Share

Mencurigakan

Penulis: Risma Dewi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-13 10:31:55

Pagi-pagi Aira sudah menyibukkan dirinya di dapur. Walaupun Bu Indarti melarangnya untuk bekerja, tapi ia menolak dengan dalih sudah sehat dan tak enak jika berdiam diri. Sesungguhnya Aira berusaha mengalihkan pikirannya dari Zayen. Setiap teringat Zayen, Aira selalu ingin menangis.

"Aira, kamu antarkan makanan lagi buat Niko, ya?" ucap Bu Indarti setelah mereka selesai menyiapkan makananan.

Aira terdiam. Enggan sekali rasanya. Tapi untuk menolak juga sungkan.

"Ra! Kamu keberatan ya?"

Aira menggeleng sambil menyunggingkan senyum yang sangat dipaksakan.

"Sepertinya, Niko selera makannya muncul kalau kamu yang antar, Ra!" tutur Bu Indarti.

"Baik, Bu," jawab Aira sambil mengangguk.

Bu Indarti menyunggingkan senyum sambil meletakkan semua makanan untuk Niko yang masih terbaring di kamarnya ke dalam nampan.

"Sudah nih! tinggal kamu bawa," ucap Bu Indarti pada Aira.

Aira meraih nampan dan melangkah dengan berat hati menuju kamar Niko. Pintu kamarnya sudah terbuka, jadi Aira langsung saja ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gara-Gara Status Palsu   Pembicaraan Keluarga Besar Majikan

    "Udah selesai makannya, Ra?" tanya Bu Indarti melihat Aira melangkah dengan tergesa menuju dapur. "Udah, Bu. Emang Niko lagi enggak selera makan. Ini cuma dimakan separuh," sahut Aira sambil menuang sisa makanan Niko ke tempat pembuangan. "Oh, tapi mendinganlah, daripada enggak makan. Selama Niko sakit dan kamu juga belum sehat total, kamu enggak usah ngerjain apa-apa dulu di dapur, ya. Biar saya yang urusin semuanya. Tugasmu cuma nemanin Niko makan, terus kamu istirahat.""Kok gitu, Bu?" Aira mengerutkan dahi. "Ya ... biar kalian berdua sama-sama cepat pulih. Kalau perlu, kamu sama Niko sering-sering makan bareng. Biar selera makan. Atau kalian mau makan di luar berdua? Siapa tahu bosan sama masakan rumah?" tawar Bu Indarti sambil tersenyum. Penawaran Bu Indarti sontak membuat Aira menggeleng tegas. "Sa-ya ... permisi ke kamar dulu, Bu," pamit Aira. Ia merasa Bu Indarti seperti sedang berusaha mendekatkan dirinya dengan Niko."Iya, silahkan," sahut Bu Indarti sambil tersenyum ra

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-14
  • Gara-Gara Status Palsu   Terguncang

    Aira memandang Niko. Niko membuang muka berpura-pura memandang ke arah lain. Malu rasanya jika ia mengingat bagaimana ia memaksa perasaannya pada Aira di Taman Cerdas saat itu. Apalagi status Aira saat itu masih sebagai istri orang."Benar, Pak!" Kali ini Aira bersuara menjawab. Dalam hatinya masih kesal dan menganggap Niko biang masalahnya dengan Zayen."Niko!" Panggil Pak Margono.Niko terperanjat. Sungguh dia tak siap jika papanya bertanya macam-macam."Kamu benar-benar menyukai Aira? Sejak kapan?"Niko menggaruk-garuk tengkuknya. Ingin rasanya ia melarikan diri dari depan keluarganya saat itu juga. Ia benar-benar malu akibat tingkahnya sendiri."Niko! Benar kamu menyukai Aira?" ulang Pak Margono setengah membentak.Niko mengangguk sambil menunduk. Sungguh ia merasa sangat malu mengakui perasaannya yang tak lazim di depan seluruh keluarganya."Sejak kapan?" Pak Margono menatap putranya lekat-lekat.Niko menggeleng dengan kepala yang semakin tertunduk.Pak Margono menghela nafas be

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-14
  • Gara-Gara Status Palsu   Terpaksa

    Aira memandang wajah Bu Indarti yang nampak penuh pengharapan. Majikan yang sedari dulu memang selalu memperlakukan dirinya seperti anak sendiri. Demi melihat wajah teduh itu tetap bahagia, Aira meraih kembali pulpen yang semula terlepas dari genggaman.Aira segera meraih surat cerai tersebut. Walaupun tangannya masih gemetar namun, Aira tetap berusaha menandatangani kolom di atas nama lengkapnya.Setelah ditandatangani oleh Aira, Bu Indarti kembali meraih surat cerai tersebut dan memasukkan ke dalam amplop semula. Setelah itu ia meletakkan surat cerai tersebut di samping tempat duduknya.Sejak detik itu, Aira mengakhiri kisahnya dengan Zayen. Namun demikian, rindunya masih tersimpan dan berlanjut untuk Zayen di dalam segumpal daging bernama hati.Usai menandatangi surat cerainya, Aira kembali menangis sesenggukan. Aira beranjak meninggalkan Bu Indarti, Pak Margono, dan Niko ke kamarnya. Ada rasa sakit yang tak terhingga menempel di hatinya. Dulu Aira pernah menginginkan berpisah dar

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-15
  • Gara-Gara Status Palsu   Hampa

    Tok ... tok ... tok ....Aira yang masih terlelap samar-samar mendengar pintu kamarnya di ketuk. Aira mendorong selimut yang masih menutupi kakinya lalu beranjak bangun. Aira menatap wajahnya di cermin. Terlihat sembab dan pucat, kantung matanya tampak jelas, akibat terlalu banyak menangis dan kurang tidur. Aira menatap jam dinding."Astaga! Sudah jam 07. 00. Belum menyiapkan sarapan!" Aira bergumam pada dirinya sendiri dengan panik. Aira segera membuka pintu, tampak Bu Indarti berdiri di depannya."Maaf, Bu ... semalam Saya tidur kemalaman. Jadi kesiangan, kenapa Ibu enggak bangunin?" Aira menunduk sambil bertanya sekaligus meminta maaf. Harusnya jam segini sarapan sudah siap di meja makan."Hehehehh ... kenapa Ibu harus membangunkan calon menantu Ibu, sedangkan kondisinya sedang tak sehat," ucap Bu Indarti membuat Aira tertegun sejenak mengingat malam tadi ia menerima permintaan keluarga majikannya. Aira yang baru bangun tidur, masih seperti orang linglung mengikuti langkah Bu I

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-15
  • Gara-Gara Status Palsu   Mencurigakan

    Aira meletakkan tas dan sebuah koper kecil di depan, lalu duduk memegang stang bersiap menuju rumah lamanya. Aira bersiap meninggalkan kediaman Bu Indarti walaupun besok tetap kembali lagi untuk bekerja seperti biasanya. Aira melajukan kecepatan motornya dengan santai, membelah jalanan yang tampak rame di jam orang-orang bersantai.Beberapa saat kemudian, Aira tiba di rumah kecil yang begitu ia rindukan. Setelah memarkirkan sepeda motor Zayen yang kini menjadi miliknya, Aira terdiam sejenak memandang rumah mungil yang menyimpan banyak cerita tentang dirinya dan Zayen. Airmatanya menetes membasahi pipi, kesedihan seakan-akan mengucapkan selamat datang padanya.Aira menyeka air mata lalu melangkah memasuki rumahnya dengan penuh harapan, agar dapat menggapai kehidupan yang lebih baik lagi di hari esok dan seterusnya.Dengan tangan gemetar, Aira membuka pintunya perlahan-lahan. Baru saja ia melangkahkan kaki melewati pintu, ingatannya kembali melayang ketika pertama kali memasuki rumah te

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-19
  • Gara-Gara Status Palsu   Lebih Cepat Lebih Baik

    "Kenapa pula panggilan telponmu enggak diangkat?" Pak Margono menelisik wajah putranya dengan seksama. "Oh, i-tu. Itu nomor operator nawarin paket bulanan murah, Pa. Malas aja," sahut Niko berusaha bersikap biasa saja. "Jadi gimana? Kamu sudah mantap memilih Aira?" Kali ini Bu Indarti kembali mengulang pertanyaan yang diberikan suaminya tadi."Iya, Ma. Soal waktu saya serahkan ke Mama sama Papa saja. Tapi, secepatnya sih, lebih bagus," sahut Niko kali ini tanpa keraguan sedikitpun lagi. "Oke! Nik, begitu masa Idah Aira selesai, Mama dan Papa akan menikahkan kalian secepatnya. Mama takut, Aira akan berubah pikiran bila terlalu lama mengulur waktu."Kali ini Bu Indarti yang lebih dulu mengambil keputusan. Ucapannya pun terkesan mendesak. Tapi ada benarnya juga. Bukan tidak mungkin Aira berubah pikiran bila mereka terlalu lama baru mengadakan pernikahan.Niko yang semula memang resah memikirkan hal itu menjadi begitu senang. Namun, ia berusaha bersikap biasa saja di depan kedua orang

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-19
  • Gara-Gara Status Palsu   Pasrah

    Seminggu lagi akad nikah akan di langsungkan di kediaman Bu Indarti. Bu Indarti nampak sibuk dengan segala persiapan supaya Aira terlihat cantik. Mulai dari latar akad, sampai juru foto ia siapkan untuk mengambil momen tersakral dalam hidup anak sulungnya."Aira, hari ini kita pergi ke penata rias buat fitting baju kebayamu," ajak Bu Indarti."Iya, Bu," jawab Aira singkat.Aira yang sudah pasrah dengan jalan hidupnya tidak menuntut banyak. Ia hanya mengikuti apa yang di inginkan oleh keluarga calon suaminya. Sore itu Bu Indarti dan Aira menuju ke tempat yang di maksud Bu Indarti. Aira diminta untuk memasang beberapa model baju yang semuanya berwarna putih."Kamu suka yang mana, Ra?" Aira diam, matanya memang sedang menatap beberapa gaun yang di perlihatkan padanya, namun pandangannya kosong. Pikirannya tertuju saat dulu ia mengenakan kebaya saat akan menikah dengan Zayen."Aira ...." Aira terkesiap ketika tangan Bu Indarti menyentuh bahunya."I-iya Bu?" Jawabnya gugup."Kamu suka y

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-19
  • Gara-Gara Status Palsu   Jalan Jodoh

    Di sebuah sudut kota seberang sana.Seorang lelaki menatap jalanan di temani oleh secangkit kopi. Pikirannya melanglang buana, menyeberangi lautan, mendaki gunung, menerjang lembah dan hutan. Hatinya begitu merindu, rindu pada seorang gadis. Mantan istri yang sebentar lagi akan menjadi milik orang lain.Jika orang berkata, dibalik seorang pria yang hebat ada seorang wanita yang hebat mendampinginya. Ah, Aira ... bagaimana bisa menjadi hebat, jika dirimu tak lagi di samping? Semangat hidup ikut tertinggal bersama dirimu diseberang pulau.Cinta bukan selalu tentang saling memiliki dan bersama. Terkadang cinta memaksa untuk melepaskan. Terkadang juga memaksa untuk merelakan. Melepaskan bukan berarti menyerah, melainkan mengikhlaskan. Kini, lelaki tersebut hanya bisa mengenang dan merenung dari jauh. Berharap Tuhan mengirim hati yang baru untuk mengobati. Hati yang mampu membuat sayap-sayap patah utuh hingga bisa mengepak kembali.Memang, cinta tak bersyarat, karena ia tumbuh di sanubar

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-19

Bab terbaru

  • Gara-Gara Status Palsu   Akhir Sebuah Cerita (Ending)

    4 tahun kemudian ....Sebuah keluarga kecil beranggotakan 4 orang melangkah turun dari pesawat. Kedua orang tuanya tersenyum lebar, doa mereka terkabul untuk bisa kembali menjajakkan kaki di pulau Kalimantan.Setengah berlari mereka mengejar langkah kedua bocah yang tak pernah lelah berlari."Ragil ... Rasya ... jangan lari-lari terus, bunda capek, Nak!" Seru Ibunya yang menggunakan baju gamis berwarna merah maron dengan jilbab hitam. Ia nampak kesulitan, mengejar dua bocah yang sedang lincah-lincahnya.Sang Bapak, yang mengenakan jaket berwarna senada, hanya geleng-geleng kepala sambil tertawa melihat tingkah kedua bocahnya.Dari jauh tampak dua orang berdiri, untuk menyambut kedatangan mereka. "Ibuuuu ....""Airaaa ...."Kedua wanita tersebut saling berpelukan menumpahkan kerinduan. Sementara kedua bocah yang tadi berlari-lari menyembunyikan wajah di belakang ayahnya."Hey, Ragil! Rasya! Sini ... ini juga Nenek dan Kakek" ucap Aira memperkenalkan Bu Indarti dan Pak Margono pada ked

  • Gara-Gara Status Palsu   Rejeki Nomplok

    Aira dan Zayen baru saja selesai salat subuh. Zayen masih saja mengajak Aira bermanja-manjaan dan melarang Aira keluar dari kamar. Aira terpaksa menuruti kemauan bayi besarnya tersebut."Zayen, Bank jauh gak dari sini?" Tiba-tiba Aira bertanya.Zayen diam tak menjawab."Zayeeen! Dengar enggak sih Aku nanya!" Sungut Aira kesal."Enggak!""Enggak kok jawab.""Panggil Aku, Mas dulu ... baru aku jawab!""Hedeeh! Iya ... iyaaa ... Mas Zayen Zeyeeeenggg. Bank jauh enggak dari sini?""Mau ngapain ke Bank?"Aira duduk di samping Zayen dan meraih tangan suaminya. "Kalau aku panggil sayang aja, enggak papa kan?"goda Aira tanpa menghiraukan pertanyaan Zayen sebelumnya."Terserah dah, penting jangan panggil nama, ya! Mau ngapain ke Bank?" Ulangnya."Ya ... ya ... ya ... Sayaang, tadi malam, Bu Indarti transfer uang kita yang udah masuk untuk bayar rumah sama motor yang disana dia bayar juga. Karena rumahnya sekarang ditempatin sendiri ama Niko, jadi uang kita total di ganti.""Oh, Gitu! Tapi bia

  • Gara-Gara Status Palsu   Akhirnya

    Zayen melihat raut wajah istrinya yang nampak gelisah. Ingin sekali ia membawa istrinya ke kamar dan bertanya. Tapi kerabat dan tetangga masih datang silih berganti. Bisa jadi bulan-bulanan dia, jika siang bolong ketahuan mengajak Aira ke kamar.Zayen tersenyum sendiri, ingat bagaimana pernikahan pertamanya dengan Aira yang penuh kepalsuan, bagaimana Aira pingsan setelah ia mengucapkan Ijab qobul, bagaimana mereka bertengkar sepanjang bulan madu yang penuh kepalsuan.Zayen sedikit heran dengan reaksi sebagian orang. Ia diam-diam memperhatikan mereka seperti menemoohkan istrinya. Mungkin itu sebabnya Aira gelisah. "Ah ... lambat kali matahari tenggelam," gumam Zayen dalam hati.Menjelang Ashar, kerabat sudah mulai pulangan. Rumah mereka mulai sepi. Aira dan Alya membersihkan sisa-sisa piring kotor yang belum di cuci. Sebagian tadi sudah di cuci oleh orang-orang yang berdatangan secara bergantian. Sementara itu Zayen membersihkan sisa-sisa sampah tisu dan Aqua yang masih berceceran.K

  • Gara-Gara Status Palsu   Yang Kedua Kali

    "Ada yang ngebet minta di halalin nih! Kayaknya ....""Ihhh ... Zayeeen!" Aira memukul lengan Zayen pelan."Eh, bukan ngebet ... kebelet!""Iiihhhh ...." Aira mencubit tangan Zayen sambil menunduk malu.Zayen tertawa gemas melihat tingkah Aira. Jika tidak berada ditempat umum sudah pasti di peluknya wanitanya itu."Yakin? Mau dihalalin lagi sama aku?"Aira mengangguk malu-malu."Tapi ..."Aira mendongakkan wajahnya harap-harap cemas, mendengar kata tapi dari mulut Zayen."Tapi apa?" Aira tak sabar."Tapi, aku enggak punya mobil. Enggak bisa beliin kamu berlian," ucap Zayen sambil tersenyum simpul.Aira mencubit pinggang Zayen berkali-kali dan menjawab," tapi kamu masih punya uang buat bayar penghulu kan?Lalu mereka tertawa berdua."Tapi, Zayen! Darimana dulu kamu bisa berpikir menyerahkan aku ke Niko, kaya barang aja!" Aira kembali merengut.Zayen menarik nafas panjang. Lalu mulai bercerita."Waktu malam, sebelum pagi-pagi Aku marah itu, ada nomor enggak kukenal ngirim video ke Aku."

  • Gara-Gara Status Palsu   Pertemuan Kembali

    "Tunggu!" Suara wanita memanggilnya. Aira membalikkan badan, rupanya mempelai wanita yang memanggil."Apa ... kamu bernama Aira?" Tanyanya."I-iya!" Aira menganggukkan kepalanya dan lanjut menunduk lagi."Masuklah!" Perintahnya kembali.Aira diam, tidak melangkah masuk juga tidak meneruskan keluar. Mempelai wanita tersebut berbisik ke telinga calon suaminya. Lalu suaminya mengangguk-angguk.Mempelai wanita tersebut mengisyaratkan kepada seseorang untuk membawanya ke kamar."Ayo!" Ia menghampiri Aira dan membawanya masuk ke kamar yang nampaknya merupakan kamar pasangan yang akan menikah. Aira menurut saja arah wanita tersebut menariknya, ia tak mengerti maksud perlakuan mereka."Disini dulu, ya! Sampai akad selesai. Kami khawatir kamu membuat keributan lagi!" ucap wanita tersebut sambil mengunci pintu kamar dari luar.Aira yang masih bingung dan malu hanya pasrah. Entah setelah itu apa yang akan mereka lakukan padanya, ia benar-benar sudah pasrah.Aira duduk di pinggir ranjang yang su

  • Gara-Gara Status Palsu   Ceroboh

    Aira mengecek jarak tempatnya berada dengan alamat Zayen. 30 menit, tertera. Aira segeara memanggil Gojek."Selama janur kuning belum melengkung, masih ada harapan," Aira nekad ingin menggagalkan akad nikah Zayen bagaimanapun caranya.Beruntung jalanan tampak senggang. Aira bisa sampai di alamat tujuan sesuai perkiraan waktu. Aira membayar gojek lalu melangkah menuju ke sebuah rumah yang nampak ramai. Aira melirik ke kanan-kiri, alamat tidak mencantumkan nomor rumah. Tapi ia yakin, di tempat yang ramai itulah akan berlangsung akad nikah.Aira berlari dan menerobos kerumunan orang. Belum nampak kedua mempelai yang akan melangsungkan akad nikah, karena acaranya masih setengah jam lagi."Hentikan!" Teriak Aira dengan suara lantang.Orang-orang yang semula riuh melihat kedatangannya, mendadak diam. "Ada apa ini? Kamu siapa?"Seorang lelaki tua menghampiri Aira yang masih berdiri dengan tubuh bergetar."Aku Aira, aku calon istri dari mempelai laki-lakinya," jawab Aira lantang.Suara orang

  • Gara-Gara Status Palsu   Sepertinya Dia

    Hari sudah beranjak siang, Aira kembali tiba di hotel."Huh!"Aira melempar tasnya ke kasur dan langsung merebahkan diri. Tangannya langsung memijit-miji kakinya yang sakit bukan kepalang."Sialan ...." gerutunya.Aira benar-benar sebal karena mengejar mayat lelaki tua yang beristri dua tadi. Tapi kemudian Aira tersenyum, ia tak membayangkan bila mayat tadi benar mayat Zayen. Aira terus memijit-mijit kakinya yang sakit sekali. Ia meringis, ada bagian yang terkelupas karena kena gesekan sandalnya saat berlari. Aira kembali meraih handuk untuk mandi lagi."Asem," sungut Aira sambil mengendus-ngendus bagian keteknya sendiri.Selesai mandi, Aira merasa sangat lapar. Sebelum meninggalkan hotel menuju alamat Zayen, Aira berniat keluar untuk mencari makanan. Tadi pagi, Aira lupa makan. Energinya terkuras habis hari ini. Aira melangkah dengan lemas.Aira mencari-cari tempat makan yang ada di sekitar melalui internet. Aira banyak menemukan restoran hingga warteg yang menawarkan makanan.Aira

  • Gara-Gara Status Palsu   Sia-Sia

    "Jam berapa dibawa, Mbak?" Aira bertanya dalam isak tangisnya."Baru aja, Mbak, mungkin bersamaan sama datangnya Mbak," terang petugas.Aira mengingat-ngingat kejadian saat masuk tadi. Ada sebuah ambulan yang berpas-pasan dengannya di depan gerbang menuju ke kiri."Apa tadi, yang di bawa ambulan mbak?" Aira memastikan."Iya, benar!"Tanpa pikir panjang Aira langsung berlari meninggalkan rumah sakit. Ia melihat jalanan masih macet panjang. Sekuat tenaga ia berlari. Aira yakin masih mampu mengejar ambulan yang membawa jenazah Zayen.Benar saja, dari kejauhan tampak mobil ambulan yang bertulis mobil Jenazah terjebak macet. Aira berlari lebih cepat lagi. Sekitar beberapa meter lagi Aira sudah sampai ke mobil tersebut. Namun sayangnya, macet sudah berkurang dan Ambulan tersebut menjauh.Aira yang wajahnya sudah tak terurus karena kelelahan berlari sambil menangis, langsung mencari cara. Ia melihat seorang wanita naik motor sendirian. Aira segera menghadang dengan kedua tangannya. Tentu saj

  • Gara-Gara Status Palsu   Berita Mengejutkan

    Pagi-pagi sekali Aira sudah siap untuk berangkat menuju bandara Sepinggan Balikpapan. Tiket yang ia dapat tadi malam melalui aplikasi traveloka terbang pukul 12.15 menuju Bandara Juanda, Surabaya.Bu Indarti dan Pak Margono yang mengantarkan Aira. Ninda tak bisa ikut karena ada kegiatan sosial di kampusnya."Aira!" Tiba-tiba Aira dikejutkan oleh kedatangan Niko, Davina, dan Widya. Tak ketinggalan bayi mungil mereka."Aira ... Aku ... mau minta maaf," ucap Widya lirih sambil memeluk Aira yang sudah siap memasuki mobil."Maaf? Untuk apa?""A-aku ... yang mengirim video itu. Waktu itu, A-ku sedang menemani anakku bermain di Taman cerdas, maaf ... karena Aku sempat berniat tidak baik, pada rumah tanggamu, Aira," ucap Widya sambil tertunduk. "Aku dengar dari Davina, Kamu mau mencari Zayen. Aku minta maaf, kalau karena ulahku kalian bertengkar. Aku alan mendoakan kebahagiaan untukmu, Aira. Semoga Kamu dan Zayen bisa bertemu lagi, kalau sudah bertemu, sampaikan maafku pada Zayen," do'a Wid

DMCA.com Protection Status