Gara-gara Nikah di KUAPart 22 : Disita BankUntuk beberapa saat, aku dan Bang Yusril sama-sama diam. Dia terlihat santai saja, sedangkan aku berpikir keras atas ucapannya. Bayangan penghinaan demi penghinaan dari Nenek, Bude Nani juga Mira berputar kembali di kepala ini. Rasanya tak rela uang hasil jerih payah suamiku malah dipinjamkan kepada orang seperti Bude yang dulu begitu sombong dengan umpatan yang selalu menyakitkan hati.“Gimana, Dek, Abang sih terserah kamu saja?” Bang Yusril mengusap bahuku.“Abang sudah kerja keras dari nol, mengumpulkan uang demi merehab gubuk kita yang kata mereka adalah kandang sapi, jadi ... Nai berat untuk menyetujui Abang memberikan pinjaman itu sebab masih ada yang lebih berkecukupan dari kita dan Amirlah yang paling pantas menolong Bude Nani dan bukan kita!” ucapku mantap.“Jadi, kita akan menjadi penonton saja saat rumah Budemu disita, Dek?” Bang Yusril menatapku lekat.“Iya, sebab kita juga masih punya keperluan yang lebih penting. Robohkanlah g
Gara-gara Nikah di KUAPart 23 : Rapat Keluarga“Kasihan Budemu dan Mira, ya, Nai,” ujar Ibu dengan wajahnya yang sedih.Aku menggigit bibir, sama prihatinnya dengan Ibu. Aku jadi sedikit bersalah karena tak bisa memberikan pertolongan kepada mereka, tapi mau bagaimana juga karena kami juga sedang butuh banyak uang untuk membangun rumah.“Nai, Ibu keluar, ya, mau bantu Budemu bawa barang-barangnya. Mereka pasti mau ngungsi ke rumah Nenekmu,” ujar Ibu.“Nanti Ibu malah disemprot oleh mereka, sebaiknya jangan keluar dari rumah. Nanti kita malah dituduh menonton penderitaan mereka,” bujukku kepada Ibu sebab tak ingin dirinya malah dimarahi Bude.“Nggak apa, Nai. Walau bagaimana pun juga, Budemu itu saudara Ibu dan Ibu takkan tega membiarkan dia menderita di depan mata begini.” Ibu melangkah menuju pintu dan aku tak kausa untuk menghentikannya lagi.Aku masih mengamati mereka dari balik jendela, Ibu terlihat menghampiri Bude dan Mira yang sedang menggendong Rayyan. Melihat kedatangan Ibu,
Gara-gara Nikah di KUAPart 24 : Ada Apa Dengan Ibu?“Naima, sudah kewajiban kita sesama saudara itu harus saling membantu dalam kesusahan. Keluarga yang mempunyai rezeki lebih, sekiranya bisa membantu saudara yang sedang ditimpa musibah.” Nenek kembali mengeluarkan kata-kata bijaknya.“Mohon maaf, Nek, kenapa jadi kayak maksa begini, ya? Kok jadi terkesan Naima yang harus menanggung akibat dari kehidupan glamor Bude dan Naima di masa lalu itu? Kenapa harus Naima gitu loh? Kok jadi aneh begini? Kenapa nggak perhiasan dan ponsel Bude dan Mira saja yang dijual? Atau juga suruh Amir jual mobil atau apa kek?” Kesabaranku sudah menipis juga.“Naima, jaga ucapanmu!” Ibu mencolek punggungku dengan sambil berbisik di telinga ini.Bude Nani dan Mira hendak meledak juga mendengar ucapanku tapi Nenek memberi isyarat dengan tangannya agar tak ikutan memanas. Kutatap kesal Mira yang terlihat menggenggam ponselnya, serta Bude Nani yang terlihat menyembunyikan gelang dan kalungnya. Keluarga Ibu ini
Gara-gara Nikah di KUAPart 25 : Kena StrokeDengan kepala yang terasa sangat berat, kucoba membuka perlahan mata ini. Tampaklah Bang Yusril dan Ibu yang menatapku dengan bimbang. Ada Bu Bidan juga di sini. Apa yang terjadi dengan diriku? “Selamat, ya, Nai, Nazia akan punya adik sebentar lagi,” ujar Bu Bidan yang membuatku kaget campur senang. Ah, tapi Nazia baru satu setengah tahun.“Apa, Bu Bidan? Maksudnya bagaimana?” tanyaku dengan memegangi kepala yang masih terasa sakit.“Kamu hamil, Dek, kita akan punya anak lagi. Nazia akan ada temannya main.” Bang Yusril yang menjawab.“Apa? Bagaimana mungkin, Naima kan minun KB pil.” Aku memegangi perut.“Nggak apa-apa kok, Nai, ini rezeki dari Tuhan untuk kalian. Syukuri saja! KB pil emang sering bikin kebobolan, tapi kan Nazia udah cukup umur kok buat punya adik,” jawab Bu Bidan.“Iya, Nai, nggak apa jaraknya dekat biar jadi teman main.” Ibu mengusap pucuk kepalaku.“Ya sudah kalau begitu, saya pamit. Kandungannya dijaga, ya, Nai. Jangan
Gara-gara Nikah di KUAPart 26 : Didoakan Cepat MatiSaat aku, Ibu dan Mira turun dari rumah, mobil putih yang terparkir di depan rumah sudah berada di depan pagar.“Silakan masuk, Nyonya, akan saya antar ke rumah neneknya!” ujar pria dengan pakaian seragam biru itu, dia membukakan pintu mobil untuk kami.“Bapak ini siapa? Tidak usah repot-repot, kami bisa jalan kaki kok,” tanyaku dengan bingung akan siapa dia.“Perkenalkan, nama saya Pak Beni, supir mobil Tuan Yusril dan Nyonya Naima. Silakan masuk!” ujarnya lagi dengan menundukkan kepala.Ya Allah, apa ini mimpi? Kucubit pergelangan tangan karena tak yakin kalau semua ini adalah nyata. Aww ... sakit, aku meringis.“Ayo, Nai, naik!” Mira sudah berada di dalam mobil padahal aku tak melihat kapan ia masuknya.Dengan masih bingung campur kaget campur bimbang juga dengan keadaan nenek, kugandeng tangan Ibu untuk masuk ke dalam mobil itu. Ya Tuhan, mobil ini sangat bagus. Semoga aku nggak muntah karena mabuk. Aku berdoa dalam hati. Mungki
Gara-gara Nikah di KUAPart 27 : GodaanDengan diantar Bapak, Ibu pergi ke rumah Nenek. Sedangkan Mira, ia malah bersantai di teras rumahku dengan sambil berjoget tak jelas. Isshh ... kenapa dia? Banyak juga wanita yang ditinggal suaminya selingguh tapi setres kayak sepupuku itu.“Mir, kenapa kamu nggak ikut pulang?” tanyaku kepadanya.Mira tak menghiraukanku, ia segera meraih ponselnya yang tadi ia sandarkan di meja teras. Sepupuku itu terlihat tersenyum sendiri melihat video dirinya.“Mir, pulang sana!” ujarku lagi.“Bentar ah, Nai, aku lagi numpang buat video tik-tok ini. Siapa tahu viral, kan aku bisa jadi artis,” jawabnya lagi dengan masuk ke ruang tamu dan menatap ke sekeliling.Mira menarik kursi di teras dan meletakkannya di depan pintu dan ia kembali bergoyang-goyang tak jelas ala orang setres menurutku. Taklama kemudian, terlihat Bang Yusril berjalan dari ruang tengah menuju ke ruang tamu. Sepupuku itu semakin bergeliutan seperti siluman ular, apalagi saat suamiku semakin me
Gara-gara Nikah di KUAPart 28 : Cukup semut saja yang gatelDengan sambil tersenyum-senyum sendiri, Mira melangkah memasuki losmen tempat janjian dengan Yusril, suami dari sepupunya yang kini membuatnya begitu penasaran. Bukan karena cinta, ia hanya tak senang saja jika Naima bahagia sedangkan dia menderita karena dicampakkan Amir begitu saja setelah rumah mamanya disita bank pula. Jika ia bisa merebut Yusril dari Naima, otomatis kehidupannya akan bahagia dengan limpahan harta dan uang. Apalagi kini Yusril sudah bisa membangun sebuah rumah megah juga membeli mobil baru, ia ingin menguasai semua itu.“Naima tak pantas memiliki Yusril, akulah yang pantas menjadi istri satu-satunya. Aku akan membuat Yusril meninggalkan Naima dan memilih aku. Aku akan membalas pelakor yang telah merebut Amir, kini aku juga akan merebut suami orang pula.” Mira membatin sambil duduk tempat tidur kamar losmen.Dikeluarkannya ponsel untuk menghubungi Yusril, pria yang dulu hanya ia hina karena menjadi gembal
Gara-gara Nikah di KUAPart 29 : Sakratul MautSaat Mira membuka mata, ternyata ia sedang terbaring meringkuk di lantai kamar losmen. Ular yang melilitnya semalam sudah tak ada lagi, ia menarik napas lega karena masih bernyawa hingga detik ini karena ia menyangka sudah mati setelah pingsan tadi malam.Dengan cepat, Mira segera bangkit lalu meraih tas juga sepatunya dan kemudian keluar dari kamar losmen. Hatinya sangat sakit dan Naimalah penyebabnya karena ia yakin semua ini ulah dari sepupunya itu.Ketika sampai di pinggir jalan, Mira segera melambai tukang ojek dan meminta diantar ke rumah Naima. Ia akan membalas kelakuan sepupunya itu yang telah mengerjainya sedemikin rupa, yang membuat tubuh mulusnya mengalami merah-merah dan bentol akibat gigitan semut semalam.Sesampainya di depan rumah Naima, terlihat sepupunya itu sedang mengantar Yusril yang hendak berangkat kerja. Mira tertegun, ia sangat iri dengan pemandangan romantis itu dan semakin menginginkan kebahagiaan Naima.Mira mem
Gara-gara Nikah di KUABab 40 : TamatNani terdiam, sedangkan Mira sudah digandeng Duta untuk menempati kursi singgasana pengantin yang sudah disiapkan.“Ayo duduk, Bude!” Naima menggandeng Budenya yang terlihat menahan tangis karena malu akan pakaiannya yang salah kostum itu.Yusril menggendong Rayyan dan mengantarnya ke dekat Mira dan Duta. Sedangkan Naima mengajak Nani duduk di kursi paling depan, di meja yang sudah tertulis keterangan ‘keluarga inti.’“Nai, apa nggak bisa kita duduknya di kursi paling belakang aja? Nggak udah di depan seperti ini!” bisik Nani saat mata para tamu tertuju kepadanya.“Nggak bisa, Bude, ini meja yang sudah disiapkan untuk kita. santai aja, Bude, lagian nggak ada yang kenal juga kok dengan kita,” jawab Naima.“Eh, Naima, para tamu ini sepertinya para orang kaya deh. Apa duta itu orang kaya?” Husni yang sedari tadi hanya diam dan mengekor di belakang, kini angkat bicara juga.“Keluarganya Duta memang kaya-kaya, kalau dia sih nggak. Paman dan Bude, ayo k
Gara-gara Nikah di KUAPart 39 : Nikah di KUA“Doakan semuanya lancara kalau gitu, ya, Ma. Mira akan video call Mas Duta sekarang untuk memberitahukan kabar gembira ini, dia pasti senang.” Mira tersenyum dengan sambil mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan video.Taklama kemudain, panggilan video langsung tersambung kepada Duta dan tampaklah seorang pria yang sedang mengaduk kopi di meja dapur kantor.“Assalammualaikum, Mira,” ucap Duta.“Waalaikumsalam. Mas, aku ada berita gembira, Mama udah menyetujui rencana pernikahan kita,” ujar Mira dengan tersenyum senang dengan sambil mengarahkan ponsel ke arah dirinya dan Nani yang sedang duduk di pinggir tempat tidur.“Alhamdulillah kalau begitu, Mir. Terima kasih, ya, Ma, sudah mau merestui rencana pernikahan kami. Kalau begitu, besok saya akan mengurus berkas-berkas pernikahan kita,” jawab Duta dengan senyum senang.“Hmm ... nikahnya ... benaran bakal di KUA?” tanya Nani ragu-ragu.Duta menahan tawa melihat raut wajah calon mertaun
Gara-gara Nikah di KUAPart 38 : Yakin Kamu, Mir?“Baiklah, Mira terima lamaran Mas Duta. Mama akan menyetujui rencana kami ‘kan?” Mira berkata dengan cepat, sebelum Mamanya mengeluarkan kata-kata pedas.Nani menatap tajam Mira yang kini menatapnya dengan menganggukkan kepala, agar sang Mama menyetujui keinginannya.“Hmm ... yakin kamu, Mir?” Nani menghela napas panjang.“Yakin, Ma, Mira mohon Mama setuju, ya. Mira sudah dewasa dan sudah bisa menentukan jalan hidup sendiri, apalagi sekarang sudah ada pelajaran dari pernikahan pertama Mira yang gagal. Mira yakin Mas Duta bisa menjadi pendamping yang terbaik.” Mira tersenyum sambil menatap Duta lalu beralih kepada Mamanya.“Hmm ... terserah kalian sajalah. Kalau kamu memang tak memerlukan pendapat dari Mama, jadi ngapain juga pakai menyuruh pacarmu ini melamar segala, langsung nikah aja sekalian tak usah memberitahu Mama saja!” ketus Nani dengan sambil bangkit dari sofa dan melangkah dari ruang tamu.“Ma!” panggil Mira dengan hati yang
Gara-gara Nikah di KUAPart 37 : LamaranMira masuk kembali ke rumah dan langsung masuk ke dalam kamar, hatinya terasa amat nyeri dengan air mata yang mulai berjatuhan.“Kenapa hatiku sakit melihat Mas Duta yang bukan tipeku itu bersama wanita lain?” gumam Mira dengan tak mengerti, mengapa air matanya luruh saat ini.Diraihnya ponsel dan memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang? Mira menyapu pipinya yang basah lalu menggigit bibirnya.“Pantas saja sikapnya dingin begitu, ternyata Mas Duta sudah punya wanita lain.” Mira membatin, ia tak bisa kalau tak memikirkan Duta.Untuk beberapa saat, Mira terdiam. Ia ingin memastikan perasaannya sekarang sebab ia tak bisa menghentikan pikiran tentang Duta walau sebenarnya ia tak mau memikirkan sosok duda itu.Malamnya, Mira tak dapat lagi menahan dirinya untuk mengirim chat kepada Duta. Ia ingin memastikan siapa wanita berhijab tadi, agar ia bisa menentukan sikap sebab kini ia yakin kalau ia menyukai Duta.[Assalammualaikum, maaf mengganggu,
Gara-gara Nikah di KUAPart 36 : Nasihat NaimaSorenya, Mira memutuskan untuk berjalan-jalan ke rumah Naima, sekalian menjenguk sepupunya yang baru saja melahirkan anak keduanya itu.“Mau ke mana kamu, Mir?” tanya Nani dengan sambil menggandeng tangan Rayyan, ia mengerutkan dahi melihat tampilan Mira yang mengenakan gamis walau tanpa jilbab.“Mau ke warung, Ma,” jawab Mira asal.“Ajak Rayyan, Mir!” ujar Nani dengan menunjuk cucunya.“Nggak ah, Ma.” Mira membalik badan, lalu turun dari teras rumah.Nani menghela napas, Mira semakin tak perduli dengan Rayyan. Ia begitu membencinya, padahal bocah itu tak bersalah apa pun. Akan tetapi Mira membencinya, sama seperti ia membenci Bapaknya, Amir.Taklama kemudian, langkah Mira telah tiba di rumah Naima. Ia langsung masuk sebab pintunya terbuka. Di ruang tengah, terlihat Nazia sedang bermain dan di sampingnya terdapat box adiknya yang sedang tertidur.“Naima!” ujar Mira dengan sambil duduk di sofa depan televisi.Naima yang sedang berada di da
Gara-gara Nikah di KUAPart 35 : Ribut“Astaga Mira, mau jadi apa kamu ... lewat tengah malam begini baru pulang!” omel Husni saat membukakan Mira pintu.Mira tak menjawab, ia segera masuk dan membuka sepatu hak tingginya.“Kamu dan Mamamu itu bisanya hanya bikin malu saja! Udah jadi janda aja, masih banyak tingkah! Apa yang kamu lakukan di luaran sana sampai pukul 01.00 begini baru pulang, Mira!” Husni menghalangi langkah Mira, ia tak puas jika keponakannya itu hanya diam tanpa menjawab pertanyaannya.Mira menghela napas panjang, ia sedang malas ribut, suasana hatinya sedang tak baik saat ini.“Kak Nani, coba keluar sini! Urusan anak jandamu ini, jangan dibiarkan berkeliaran setiap malam begini, bikin sial rumah saja!” Husni berteriak nyaring dengan maksud ingin membangunkan seisi rumah agar keluar dari kamar masing-masing, terutama kakaknya.“Paman apa-apaan sih? Kok jadi bikin heboh begini,” jawab Mira ketus, ia kesal dengan Husni yang kini menghalangi langkahnya untuk menuju kamar
Gara-gara Nikah di KUAPart 34 : Hampir SajaTaklama kemudian, ada panggilan masuk dari nomor Yusril.“Assalammualaikum,” sapa Duta.“Waalaikumsalam. Bos, saya izin ya hari ini soalnya Istri baru saja melahirkan,” ujar yusril dari seberang sana.“Alhamdulillah, selamat, ya, udah dua aja anaknya. Masalah izin bereslah, urus aja dulu anak dan istrimu,” jawab Duta sambil tersenyum senang mendengar kabar gembira dari temannya itu.“Terima kasih, Bos,” jawab Yusril.“Cewek atau cowok yang kedua ini?” tanya Duta lagi.“Cowok, Bos, sesuai ama prediksi waktu USG, dan alhamdulillah lagi ... lahirannya lancar, di rumah pula.”“Alhamdulillah kalau begitu. Nanti saya akan jenguk ke sana kalau sempat.”“Iya, Bos.”Panggilan telepon berakhir, Duta bisa merasakan kebahagiaan Yusril dan dia juga ingin merasakannya suatu hari nanti. Ia kembali terkenang almarhum istrinya, yang hanya mampu melewati rumah tangga setahun saja bersamanya tanpa meninggalkan buah cinta. Sudah lima tahun ia menduda, tapi bel
Gara-gara Nikah di KUAPart 33 : DiblokirDengan wajah masam, Mira keluar dari Mall, sedangkan Duta mengekor di belakangnya dengan sambil menenteng kantong belanjaan yang berisi empat setel gamis hasil beliannya.“Mau langsung pulang atau mau jalan ke mana lagi kita?” tanya Duta dengan mensejajari langkah Mira.“Mau pulang aja, cariin taxi!” jawab Mira ketus.“Nggak usah naix taxi, saya antarin pulang naik motor aja!” tawar Duta dengan sambil tersenyum.“Nggak mau, nanti rambutku berantakan kalo naik motor!” Mira mengerucutkan bibir, hatinya sangat kesal melihat tingkah Duta yang sangat tak berkelas menurutnya.“Ya sudah, tunggu sebentar, saya teleponin taxi yang tadi,” ujar Duta dengan sambil mengeluarkan ponsel bututnya, android keluaran lama, yang hanya berukuran 4,5 inchi.“Ya Tuhan, nggak ada yang bisa dibanggain dari pria kere ini. Ponselnya juga jadul banget, mimpi apa ... kok aku bisa kenal dengan dia!” Mira membatin dengan sambil melirik Duta, lalu memijat pelipisnya. Kepalan
Gara-gara Nikah di KUAPart 32 : Beli Satu Gratis SatuTaxi itu berlalu, Duta mengajak Mira naik ke motor bututnya tapi Mira malah menolak dan memilih berjalan kaki saja untuk sampai di tangga mall sebab taxinya sudah pergi tanpa sempat mengantarnya ke parkiran Mall.Taklama kemudian, Mira dan Duta sudah berjalan bersampingan di dalam mall. Sesekali pria dengan sisir belah samping itu melirik Mira yang melangkah dengan gaya anggun menurutnya.“Mas, mau muter-muter aja kita?” tanya Mira dengan tampang dongkol.“Kamu udah makan belum? Ayo mampir makan dulu!” ujar Duta.“Ada duitnya gak kalo makan? Bayar taxi aja pakai gadai KTP,” jawab Mira dengan wajah masam.Duta menahan senyum, namun tetap berusaha pasang tampang bego.“Ada kok, ayo!” jawab Duta dengan sambil berbelok ke arah restoran Italia yang ada di mall itu.Mira mengekor di belakang Duta, dengan wajah sebel karena ia terpaksa jalan dengan pria sekere Duta. Rasanya nyesal dan mau pulang, tapi lapar, jadi ia urungkan niat.“Sela