#25
Tok, tok!"Assalamualaikum!" Alma mengetuk pintu perlahan, kemudian masuk ke dalam rumah.Suasana rumah itu cukup gelap dan sepi. Hanya ada beberapa lampu yang menyala dan Alma belum melihat batang hidung putri kecilnya."Lily, Mama udah pulang. Kamu di mana, Nak?" Alma menyusuri beberapa ruangan untuk mencari keberadaan putrinya.Tak lama kemudian, Lily tiba-tiba muncul. Gadis kecil itu berlari ke arah Alma, kemudian berhambur ke pelukan ibunya itu. Lily benar-benar lega setelah ia mendengar suara sang ibu. Gadis kecil itu sudah menunggu kepulangan Alma sejak tadi."Mama!" Lily memeluk Alma dengan erat. Terlihat sekali jika bocah kecil itu sangat ketakutan saat berada di rumah sendirian ketika hujan lebat."Lily! Kamu baik-baik aja kan, Nak?" tanya Alma membalas pelukan buah hatinya tak kalah erat.Dengan tangan kecilnya, Lily meng#26"Ngapain kamu ke sini, Mas?" tanya Alma begitu wanita itu membukakan pintu untuk Reno.Reno menatap nyalang ke arah Alma. Dari tatapan pria itu, terlihat jelas kemarahan besar yang tersimpan oleh mantan suami Alma itu.Plak!Tanpa mengatakan apa pun, tiba-tiba Reno langsung melayangkan tamparan ke wajah Alma, hingga membuat tubuh wanita itu tersungkur ke lantai. Alma benar-benar syok, begitu pula dengan Lily yang langsung berlari menghampiri ibunya saat ia melihat Alma terhempas ke ubin karena ulah sang ayah."Mama!" Lily berteriak kencang. Bocah itu langsung memeluk ibunya yang tengah menahan rasa sakit di wajah karena pukulan Reno.Gadis kecil itu menangis dalam dekapan sang ibu. "Mama nggak apa-apa, kan? tanya Lily dengan tangis sesenggukan.Manik mata Alma memerah. wanita itu menatap Reno dengan mata penuh amarah."Apa-apaan kamu, Mas? Kenapa kamu datang-
#27"Pak Rafael …," ucap Alma dengan suara lirih, nyaris tak terdengar ketika melihat orang yang menylamatkan dirinya dari amukan Reno."Br3ngsek! Siapa kamu, hah!" seru Reno seraya meronta agar pria itu melepaskan tangannya.Rafael menghempaskan kasar tangan Reno usai menghadiahi lelaki yang berstatus suami Alma itu dengan tatapan tajam menghujam."Gak penting kamu tahu siapa saya, tapi saya gak akan diam saja melihat kamu menganiaya seorang perempuan! Apa kamu gak punya ibu atau saudara perempuan, hm? Gimana perasaanmu kalau melihat mereka diperlakukan begitu?" ucap pria berpakaian sangat rapi itu. Reno tampak menelisik penampilan pria itu, dari wajah, gaya rambut, bahkan dia juga baru menyadari sebuah mobil terparkir tak jauh dari tempatnya berada. Ia ingat persis model bahkan plat mobil tersebut."Oh, jadi kamu ya, yang jadi selingkuhan wanita murahan ini!" tunjuk Reno pada Alma yang baru saja dibant
#28Rafael terdiam cukup lama. Ia tidak mengerti jalan pikiran wanita yang ada di hadapannya sama sekali. Padahal menurutnya akan jauh lebih mudah untuk bercerai jika sekaligus melaporkan Reno atas tuduhan KDRT."Kamu benar-benar udah yakin gak akan mempolisikan dia?" tanya Rafael lagi.Alma menggeleng cepat. "Nggak, Pak. Saya yakin itu."Rafael tampak menghela napasnya pelan. Ingin mendebat keputusan Alma, tapi rasanya dia tak memiliki hak apa pun karena hubungan mereka tak sedekat itu."Baiklah kalau begitu, saya gak akan maksa kamu. Tapi satu hal, kalau suatu saat nanti kamu berubah pikiran dan ingin memenjarakannya maka jangan sungkan untuk meminta kesaksian saya, Alma," ucap pria itu bersungguh-sungguh.Alma tak menjawab, dan hanya merespon ucapan Rafael dengan anggukan singkat.Lantas setelahnya, Rafael berpamitan pulang karena hari sudah menjelang malam dan dia tak mau membuat sang ibu kha
#29"Mama mikirnya kejauhan banget sih. Kok bisa kepikiran kalau Rafa suka sama Alma." Rafael terkekeh kecil.Suasana yang sempat tegang saat menunggu kata-kata dari Rafael, seketika berubah cair."Ya ampun, bukannya jawab pertanyaan Mama." Mama Arum mencebikkan bibirnya, kesal."Maaf, Ma. Kalau waktunya sudah tiba nanti, Rafa pasti bawa wanita yang akan aku nikahi. Mama tenang aja," ucap Rafael menenangkan sang mama."Ya, tapi kapan, Nak? Mama kan udah tua, gak salah kan kalau Mama ingin lihat kamu menikah dan memiliki anak." Mama Arum tampak bersungguh-sungguh mengatakan kemauannya yang belum dapat Rafael wujudkan."Mama sabar ya. Waktunya pasti akan tiba." Rafael berucap sambil mengulas senyum misterius di wajahnya."Oh, ya. Gimana kabar Alma sekarang, Rafa? Katanya kamu udah ketemu sama dia. Apa kamu juga tau tempat tinggalnya yang sekarang?" tanya Mama Arum mengalihkan pembicaraan."Kabarnya baik kok, Ma. Kebetulan tadi itu Rafa terlambat karena nganterin Alma pulang ke rumahnya,
#30Dengan berat hati, Bu Kamila merelakan koleksi emasnya untuk dipakai Reno dulu. Tentu saja, dengan jaminan Reno segera mengembalikannya berkali lipat, bahkan wanita paruh baya itu menuntut jika Reno juga harus bisa mengumrohkannya."Reno pamit dulu, Ma." Reno melangkahkan kakinya keluar rumah, lalu Reno melajukan mobilnya menuju ke kantor. Mobil itu merupakan insentif dari kantornya.Perasaan Reno bercampur aduk saat ini. Ada sisi hatinya yang masih tak rela melepaskan Alma. Akan tetapi, sisi hatinya yang lain tak mau lagi mempertahankan Alma karena apa yang sudah dilakukan oleh dirinya dan Bu Kamila sudah pasti sangat menyakiti hati Alma. "Semoga keputusanku menceraikan Alma benar." Reno menggumam pelan. Tujuannya saat ini adalah kantor tempatnya bekerja. Lalu, setelahnya Reno akan izin untuk pergi keluar sebentar ke kantor pengadilan agama dan mengajukan gugatan cerai terhadap Alma."Hanya ini yang bisa kulakukan untuk menebus seluruh kesalahanku padamu, Alma. Aku janji, akan m
#31Alma tampak masih menggelengkan kepalanya. Seolah-olah apa yang barusan dikatakan dokter bukanlah kenyataan."Dokter … anda gak salah, kan? Apa mungkin dokter salah diagnosa? Saya kemarin sempat kehujanan, saya pasti cuma masuk angin, Dok," ratap Alma, wanita itu sangat syok dan enggan menerima kenyataan."Nggak, Bu. Saya yakin, saya nggak salah saat memeriksa Ibu." Dokter kesehatan yang disediakan oleh pihak pabrik pun tetap bersikukuh jika dia tak mungkin salah memeriksa.Alma tampak sangat tertekan. Pikirannya entah melayang ke mana-mana. Berbagai macam kekhawatiran terlintas di kepalanya.Rafael yang hendak masuk ke ruangan untuk mengetahui kondisi Alma pun tak sengaja mendengar racauan Alma tentang ketidaksiapannya menerima kehamilannya itu. Pria itu merasa iba, dan tahu bagaimana kondisi rumah tangga Alma. Hamil di saat seperti ini tentu membuat Alma jadi bimbang."Kamu pasti kuat dan bisa melalui semuanya, Alma. Aku pastikan akan berada di sisimu." Rafael berucap pelan, men
#32Alma berusaha menunjukkan wajah tenang terutama di hadapan Lily. Meskipun hatinya terus dihantui rasa khawatir atas kabar kehamilan yang baru diketahuinya itu. Sebuah pesan kembali masuk ke ponselnya. Ternyata itu adalah pesan dari salah satu rombongan jamaah umroh yang berangkat bersama Bu Hasna. Alma sempat bertukar nomor ponsel dengan beliau saat mengantarkan Bu Hasna beberapa hari yang lalu.Rupanya, Bu Wirda mengirimkan beberapa foto Bu Hasna ke ponsel Alma dan sekaligus mengabari kalau Bu Hasna baik-baik saja di sana.[Neng Alma, ini tadi Bu Hasna sempat saya fotoin. Jadi saya kirimin semuanya ke Neng Alma. Alhamdulillah … kita semua di sini sehat wal afiat, Neng. Tunggu kami kembali ya.]"Ibu …," lirih Alma sembari memandangi foto Bu Hasna cukup lama.Tak terasa air mata menitik perlahan dari kedua kelopak matanya. Alma sungguh merasakan kesedihan saat ini, dan dia sungguh merindukan Bu Hasna yang kini menjadi satu-satunya tempat bersandar."Mama, kenapa nangis?" tanya Lil
#33"Gimana? Kamu udah ketemu kan sama anaknya Tante Kamila? Ganteng, kan?" cecar Bu Rasti ketika Sofia baru saja pulang."Iya, ganteng kok, Ma," sahut Sofia malas-malasan."Kalau ganteng kenapa ekspresimu kayak gitu sih?""Ya, nggak kenapa-napa, Ma. Aku capek aja, dari tempat kerja langsung mampir ke rumah temen Mama," tutur Sofia. Ia enggan menceritakan pada sang mama kalau tadi dia bahkan tak sempat untuk berkenalan secara layak dengan Reno, karena Bu Rasti pasti akan mengomelinya habis-habisan."Ya sudah, pokoknya kamu udah tau kan, gimana gantengnya si Reno anaknya Tante Kamila itu, kerjaan dia juga udah lumayan lho, gajinya tetap," ucap Bu Rasti terkesan mempromosikan anak dari teman arisannya itu.Sofia menghela napasnya berat. "Kayaknya ini yang kedua puluh kali mama bilang gitu deh." "Eh, iya kah? Sebanyak itu ya?""Kayaknya si Reno juga belum cerai sama istrinya kan, Ma?" "Iya sih, tapi kan bakalan cerai juga! Jadi, kamu harus pepetin terus, biar nanti kalau udah sah cera