POV Anang
***"Iya. Katanya di resto mewah depan sana."Sindy teramat kaget. "Hah? Di resto mewah, Mas? Yang bener?"Kekagetan Sindy sekarang sudah basi. Tapi memang di depan kami ada banyak sekali petugas yang mengatur lalu lintas. Sepertinya sedang hajatan pernikahan juga. Dan setelah kuselidiki juga kutoleh papan iklan, ternyata memang itu resto mewah yang dimaksud di buku undangan Maya."Sayang, apa itu ya? Mantan istriku menikah di sana? Kok alamatnya sama yang diberikan orang kantor? Jalan sini juga."Aku benar-benar teramat keheranan. Kenapa bisa lokasi yang dikirimkan oleh karibku tadi ada di jalan ini pula."Oh, atau mungkin memang pesta pemilik saham terbesar perusahaaan tempat kamu kerja di resto itu, Mas? Itu 'kan mewah banget, sepertinya pengawalan pun ketat. Seperti ada pejabat-pejabat gitu."Tunggu, mendengar komentar Sindy entah kenapa otakku jadi bingung. "Tapi, i"Pak Bos?" Dia juga menyapa bos kami."Baiklah, ayok masuk! Saya dan istri duluan!"Saat ucapan pamit terlontar dari mulut bos, entah kenapa jantungku malah berdegup kencang. Ini pernikahan mantan istriku, kenapa mereka ada di sini?"Eh, Pak Wisnu kenapa ada di sini juga ya? Diundang juga sama mantan istri saya?" tanyaku segera karena heran. Berharap saja mereka diundang oleh majikan si Yoga."Loh, Pak Anang bagaimana? Ya kita 'kan diundang. Seluruh petinggi perusahaan kita itu diundang 'kan? Pak Anang ke sini untuk hadiri pernikahan Pak Lintar 'kan?"Jleb!Kedua bola mataku melebar sembari melempar pertanyaan lewat mimik wajah dengan Ibu juga Sindy."P–Pak–Pak Lin–Lintar?" Aku tergugup setengah mati.Anehnya, Pak Wisnu dan istri malah manggut-manggut. "Ya. Memang kenapa? Maksud Pak Anang mantan istri itu bagaimana ya?" herannya mele
PoV Risma***"Sayang, apa kita lebih baik ke pernikahan tetangga dulu. Aku gak enak," kata Mas Diwan padaku. Alasan saja sepertinya, dia ingin melihat mantan bersanding dengan pria lain. "Alah, Mas, biarin aja dulu. Searah ini 'kan? Kita ke tempat nikahan bos kamu dulu saja. Pasti makanan di sana itu enak-enak dan berkelas banget, Mas. Jangan sampai perut kenyang di tempat yang menyajikan makanan murahan. CK!" Aku berdecak sampai Mas Diwan geleng-geleng kepala.Oh ya, selama pindah, aku belum pernah melihat pacarnya Maya kemari. Apa aku yang tak tahu ya? Atau, jangan-jangan sebenarnya mereka tak saling cinta. Bisa jadi juga Maya itu dimadu. Dia rebut suami orang lain demi harta. Wah, ini perlu diviralkan."Kamu ini gitu amat sama Maya. Jangan gitu ah!" protesnya.Dia sepertinya ingin melihat bola mata permaisurinya keluar. "Mas Diwan!" Aku mengeratkan dua rahang tanda kesal.Seketika ia pun meralat perkataannya. "Iya, iya. Ayok! Tapi amplopnya cuma lima puluh ribu gak apa-apa?" ucap
PoV Risma***"Mas! Di sini resepsinya?" ujarku heran setelah Mas Diwan memarkir motor bututnya. Kedua bola mataku tercengang melihat keeleganan pesta sang bos. Dari luar saja sudah banyak tamu-tamu konglomerat. Di parkiran mobil yang terlihat semuanya mobil mewah. ~kom komala~Sejenak kurogoh ponsel dari tas kecil yang harganya lima ratus ribu. Kuabadikan dulu momen ini sendiri karena Mas Diwan tak mau diajak.Ckrek!Beres sudah foto-foto di parkiran ini. Tak apa-apa di barisan motor, yang penting yang kutangkap ada mobil mewahnya di kejauhan. Nanti akan aku posting bersama lokasinya juga, supaya orang-orang tahu aku menghadiri pesta orang kaya.Kini bola mataku beralih fokus. Degh!Entah mengapa perasaanku tidak enak sekali. Dari plang yang tertera, di situ ada nama sebuah restoran mewah. Yang aku kagetkan, ini seperti nama resto tempat resepsi si Maya. Atau ada dua resto bernama sama? Oh, ya, mungkin ada resto yang sama kelas mininya."Ayok!" Mas D
PoV Author***Saat ini Risma dengan sang suami sedang mematung kaget melihat sepasang pengantin. Begitupun dengan Anang dan Sindy, keduanya masih terbelalak tanpa berkedip melihat orang yang selama ini mereka hina."Mas, ini kok bisa begini, Mas! Kita nggak mimpi 'kan?" Sindy terus merengek di samping Anang. Keberadaan mereka kini menghalangi lajunya para tamu undangan."Tidak, kenapa ini bisa begini? Anang! Jadi mantan istrimu menikahi pemegang saham terbesar di perusahaanmu!" celetuk ibu Anang dengan penuh keresahan. Ada rasa kecewa di dalam hatinya karena niat pamer pada mantan besan kini kandas.Alih-alih menjawab kini Anang hanya mampu terdiam berkali-kali mengatur napas. Ia begitu syok berat tak mampu berkata-kata lagi. Apa yang dia rencanakan untuk mempermalukan mantan istri gugurlah sudah. Ada rasa cemburu muncul di hati seorang Anang saat melihat sang mantan bermesraan
PoV Author***"Pak, tapi …."Anang berusaha menolak, namun bos terus memaksa. "Ayoklah, Pak Anang. Saya tahu Anda bukan tipikal orang yang alergi lighting kamera. Ayok!" Bos terus memaksa general manajernya. Sedangkan petinggi perusahaan Mandala Corps lainnya sudah berdiri semua siap berfoto.Apa yang mampu Anang lakukan lagi. Ditemani tatapan sayup dan kasihan dari sang ibu dan sang pacar ia pun dengan berat hati melangkahkan kaki naik ke pelaminan.Sejak langkah pertama kaki Anang menginjak pelaminan, saat itu juga fokus sepasang pengantin tertuju pada Anang."Hemh, Mas Anang!" ucap Maya dalam hati merasa kalau dirinya telah berhasil membuat mantan mati kutu. "Pucat sekali wajahmu, Mas, Mas!" batin Maya lagi-lagi berkata. Saat ini Yoga dan Maya menatap langkah demi langkah pergerakan Anang yang mulai mendekat bersama seluruh jajaran.Ternyata yang lain juga belum mengucapkan selamat,
Perhatian! (21 Untuk yang sudah menikah)Maya***Sungguh hari ini adalah kebahagiaan yang tak terhingga kudapatkan. Bahtera rumah tangga kumulai kembali dari nol bersama Mas Yoga dan juga Arya. Akhirnya, aku resmi menjadi istri dari seorang pria yang selama ini kudambakan kehadirannya. Di sisi soal harta dan tahta, ada kasih sayang yang kuharapkan, dan juga bagaimana cara dia mengharagi seorang wanita terutama seorang single parent semacamku.Kehadiran Mas Anang dan keluarganya membuatku puas sekali. Wajahnya memucat bak mayat yang direndam di air es. Jadi, bisa dibilang ia berparas mayat segar. Aku suka dengan mimik wajahnya yang sok kaya dan kini berubah menjadi pucat menahan malu.Baru tahu siapa orang yang selalu kamu hina, hah? Kamu pikir ojol atau sopir? Salah, tapi dia orang yang saat ini menjadi salah satu atasanmu. Pasti kamu ketar-ketir ingin gali lubang ya, Mas? Aku pikir pasti begitu. A
Maya***Aduh, aku malah gerogi seperti ini.Mas Yoga semakin mendekati tubuhku yang masih mengenakan handuk kimono plus handuk di kepala untuk keringkan rambut."Kamu wangi sekali," ucapnya manja membuat bulu kudukku tanpa permisi kembali berdiri. Mendengar bisikkan yang ia dekatkan ke telinga membuatku merasa terseret arus gelora cinta yang membara. Kedua kelopak mata ini hanya mampu memejamkan mata membayangkan hal-hal yang indah.Malam ini, pertama kalinya jemari Mas Yoga merayap tubuhku mulai dari arah bahu dan berakhir di dada.Ia dekatkan kembali bibirnya ke telingaku."Kalau begitu aku mandi dulu ya?" ucapnya lembut membuat napasku sesak sendiri. Berkali-kali aku mangangkat dada mengatur napas sembari memejamkan mata untuk menetralisir rasa candu.Aku pun manggut-manggut saat ia bilang hendak bersihkan badan terlebih dahulu.Terlihat dari cermin ia se
Yoga***"Selamat pagi, Sayang?"Pagi hari selalu kuawali dengan penuh kesegaran dan kebugaran. Hari ke-3 dimana aku telah sah menjadi seorang suami dari wanita yang telah kupilih."Pagi juga, Mas." Istriku melempar senyum indahnya.Kukecup pucuk kening istri yang sudah terlihat cantik sembari mempersiapkan sarapan untuk kami sekeluarga. Aku, dia, dan juga Arya. Sebenarnya ada bibi di sini, tapi sepertinya dia yang berusaha siapkan. Pakaiaannya juga sudah rapi setelan ngantor."Pagi anak Ayah yang tampan!" Tak lupa pula kusapa si kecil Arya yang telah duduk manis menunggu diriku usai berpakaian rapi hendak pergi ke kantor. Ini adalah hari pertama lagi aku masuk kerja."Pagi juga, Ayah!" Arya menjawab dengan gembira. Kuusap kepalanya lalu bokong ini pun kubawa duduk di kursi meja makan.Arya kuminta memanggilku ayah saja supaya berbeda. Karena sebutan 'papa' itu hanya untuk Mas Anang--mantan suami istriku, yaitu papa kandung Arya.Kami belum berangkat berbulan madu ke tempat yang dii