공유

Bab 3

작가: Nura Sofia
“Arrgghh! Hantu! Hantu!”

Ketika Leon dan Wilbert melihat senyum anehku ini, mereka langsung ketakutan.

Namun beberapa saat kemudian, mereka mulai menggaruk tubuh mereka lagi.

Tak berapa lama kemudian, mereka berdua pun berdarah- darah, tanpa sepotong kulit yang utuh di tubuh mereka.

Aku sangat puas melihat keadaan mereka yang menyedihkan.

Inilah ganjaran mereka setelah berhari-hari melecehkan tubuhku.

Meskipun perilaku mereka aneh, aku tidak berdampak sama sekali. Aku saja masih bisa bertahan dalam keadaan demikian, maka tak heran lagi dengan keadaan mereka.

Teriakan Leon dan Wilbert menarik perhatian orang-orang desa.

Ketika mereka datang untuk memeriksa, mereka melihat dua gumpalan sosok manusia berdarah di lantai.

Semua orang terkejut dan segera berlari keluar.

“Waduh! Apakah itu Leon dan Wilbert?”

“Dari pakaiannya sepertinya iya!”

“Bagaimana mereka bisa menjadi seperti ini?”

“Rasain, pasti dapat ganjaran itu! Sudah berapa banyak kuburan yang mereka gerebek? Mereka mungkin dihantui.”

Mendengar kata-kata itu, wajah para penduduk desa menjadi semakin takut.

“Mau ngapain, untuk apa kalian semua berkumpul di sini?”

Seorang pria paruh baya mendorong masuk ke dalam kerumunan.

“Kepala Desa!”

“Kepala Desa, Leon dan Wilbert dibunuh oleh hantu!”

Kepala desa langsung mengumpat, “Omong kosong! Mana ada hantu di siang bolong gini?”

Dia berjalan menuju rumah.

Aku menatapnya dengan ironis, dan melihat dengan jelas ekspresi ngeri di wajahnya.

Dia memaksakan diri untuk tenang, pandangannya menyapu sekilas kamar dan melihat aku terbaring di tempat tidur.

Matanya langsung berbinar.

Aku melihat nafsu di matanya sama seperti saat Leon dan Wilbert menatapku.

Aku tersenyum sinis.

“Nona?”

Kepala desa melangkahi tubuh Leon dan Wilbert dan menghampiriku.

Aku hanya bisa menggerakkan jari dan ekspresi wajahku sekarang, masih tidak dapat berbicara, jadi aku hanya mengedipkan mata padanya.

“Bisu?” Mata kepala desa berbinar sejenak lalu dia berteriak, “Suruh dua wanita kemari! Sambil bawakan satu setel pakaian lagi!”

Penduduk desa di luar juga melihat aku terbaring di tempat tidur, masing-masing dengan ekspresi terobsesi di wajah mereka.

Ekspresi kepala desa menjadi muram lalu dia keluar dan mengusir semua orang.

Tak lama kemudian, dua orang wanita masuk, mengganti pakaianku dan menggendongku ke rumah kepala desa.

“Nak! Nak! Keluarlah, Ayah telah mendapatkan istri untukmu!”

Kepala desa berteriak begitu dia memasuki rumah.

“Haha, ... istri! Istri!”

Tak lama kemudian, seorang pria jangkung muncul di depanku.

Dia terlihat seperti orang bodoh dengan tatapan kusam dan ingus serta air liur di wajahnya.

Dia terkikik dan bergerak ke arahku.

“Nak, jangan terburu-buru, tunggu aku adakan upacara nikah untukmu dulu.” Kepala desa tersenyum sambil membujuk putranya yang bodoh itu.

Dia memanggil istrinya untuk memandikanku, lalu mengganti pakaianku dengan satu set pakaian pengantin berwarna merah.

Aku tak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku saat melihat pantulan diriku yang mengenakan pakaian pengantin di cermin.

Aku tidak menyangka bahwa pertama kali aku mengenakan pakaian ini adalah setelah aku mati dan untuk menikah dengan orang bodoh.

Semua orang desa segera mengetahui kalau putra kepala desa akan menikah.

Semua penduduk desa datang ke rumah kepala desa untuk melihat siapa yang menikahi putra kepala desa yang bodoh itu.

Malam itu, aku dibawa ke aula oleh istri kepala desa untuk menjalankan upacara nikah bersama putranya yang bodoh.

Aku seperti boneka yang dikendalikan orang dengan seenaknya.

Tak lama kemudian, upacara pernikahan pun selesai.

Penduduk desa mulai berteriak-teriak ingin melihat seperti apa pengantin wanita itu.

Kepala desa tertawa dan mengangkat tudung merah di kepalaku, “Lihat! Cantik sekali, kan?”

Ketika penduduk desa melihat wajahku, mereka semua tercengang.

Tapi ada juga penduduk desa yang menunjukkan ekspresi aneh, mereka adalah penduduk desa yang pergi ke rumah Leon pada siang hari tadi.

Melihat reaksi semua orang, kepala desa tertawa puas dan membawaku ke dalam kamar bersama putranya yang bodoh.

Aku kira aku akan dilecehkan oleh putra bodoh ini, tapi di luar dugaanku, orang yang terlebih dahulu melecehkanku adalah ayahnya.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

관련 챕터

  • Ganjaran Nafsu   Bab 4

    “Nak, kau tahu nggak gimana caranya kawin?” Kepala desa bertanya kepada putranya yang bodoh di dalam kamar.Putranya yang bodoh itu menatapku sambil bergumam, “Kawin, kawin.”Mata kepala desa itu berputar, dan dengan senyum lebar, dia pergi menutup pintu kamar.“Nak, aku akan memberikan contoh dulu, kau ikuti aja nanti, ngerti?”Kepala desa berjalan ke arahku dengan senyum cabul di wajahnya.Melihat ekspresinya saja, aku sudah tahu apa yang ingin dia lakukan.Aku hanya menatapnya dengan dingin.Tanpa bergeming, dia melepaskan pakaiannya dan naik ke tempat tidur.“Nak, lihatlah dengan jelas dan belajar! Jangan sampai gagal temukan lubangnya nanti!”Dia membentak putranya yang bodoh itu dan melucuti pakaian pengantinku.Aku didorong ke tempat tidur dengan kaki terbuka lebar.Dia sengaja membalikkan badanku agar putranya yang bodoh itu dapat melihat dengan jelas.“Bagus! Ayo kawin!”Putra bodoh itu bertepuk tangan dengan semangat dan berteriak kegirangan.“Pegang dengan tanganmu lalu masu

  • Ganjaran Nafsu   Bab 5

    “Apa yang mau kalian lakukan?”Seorang pemuda yang menjadi pemimpin kelompok itu menatap dengan marah ke arah penduduk desa di sekitarnya.“Pak polisi, dia adalah hantu wanita! Dia membunuh kepala desa kami, serta Leon dan Wilbert!”“Ya! Pak polisi, mereka mati dengan mengerikan!”“Bahkan nggak ada sepotong kulit pun yang tersisa, itu semua ulah hantu wanita ini!”Penduduk desa pun berbondong-bondong bicara.“Omong kosong! Dia adalah manusia yang masih hidup, bagaimana mungkin dia adalah hantu? Itu hanya takhayul kalian!”Pemuda itu menyela para penduduk desa, dia menoleh dan berbisik padaku, “Gimana keadaanmu? Apakah kau baik-baik saja?”Aku menatap matanya yang jernih, hatiku merasa aneh.Ketika dia melihat aku hanya menatapnya, dia mengira aku ketakutan, jadi dia menenangkanku, “Jangan takut, aku seorang polisi, nggak akan biarkan mereka menyakitimu.”Aku mengedipkan mata.Dia terdiam, lalu mengerti apa yang sedang terjadi, pandangannya menunjukkan rasa iba.“Bawa dia ke rumah sakit

  • Ganjaran Nafsu   Bab 6

    “Yakin! Ditemukan virus jenis karsinoma yang tidak dikenal dari tubuh mereka bertiga.”“Aku menduga penyebab kematian mereka bertiga adalah virus ini.”Ekspresi Felix berubah menjadi jelek.Aku melihat dia melirik ke arahku.Aku tersenyum, seharusnya dia sudah bisa menebak bahwa kematian ketiga orang itu berkaitan denganku.Sebenarnya aku juga penasaran bagaimana mereka mati.“Oke, aku mengerti.”Felix melambaikan tangannya dan membiarkan pria itu pergi.Dia kembali ke sisiku dan menatapku dengan serius.“Maaf, aku perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap tubuhmu.”Saya mengerjap dan mengiyakan.Setelah itu, dokter menusukkan selang kecil ke lenganku dan mengambil banyak darah.Setelah mengambil darahku, aku melihat dengan jelas ekspresi dokter berubah.Aku pun melirik ke arah selang tipis itu dan menyadari bahwa darah yang diambil berwarna hitam.Pantas saja ekspresi dokter berubah, jika aku mengalami situasi seperti itu saat masih hidup, mungkin aku juga akan pingsan karena

  • Ganjaran Nafsu   Bab 7

    “Hantu pengupas kulit yang disebut penduduk desa sebenarnya adalah kuman yang menyerang dan melarutkan jaringan subkutan mereka, itulah mengapa kulit mereka bisa dicabut dengan begitu mudah.”Mata Felix menyipit, “Masih ada kuman seperti itu di dunia ini?”Dokter tua itu mendengus, “Ada banyak kuman di dunia ini yang nggak kamu ketahui!”Aku menatap dokter tua itu, meskipun aku tidak terlalu memerhatikan apa yang dia katakan, secara garis besar aku juga mengerti bagaimana mereka mati.Aku tidak merasa bersalah sedikit pun, sebaliknya, aku merasa sangat puas.Rasakan! Siapa suruh mereka melecehkanku?“Oh ya, jangan biarkan dia menyentuh air!”“Kuman-kuman di tubuhnya sangat takut dengan air, mereka akan mencair saat bersentuhan dengan air.”“Dia bisa tetap sadar meskipun sudah mati begitu lama kurasa berkat kuman misterius yang ada di dalam tubuhnya.”“Jika kuman itu mati, dia juga akan benar-benar mati.”Dokter tua itu menjelaskan, lalu sekelompok orang itu berjalan keluar sambil bergu

  • Ganjaran Nafsu   Bab 1

    Aku mati, tapi tidak mati total. Aku tidak tahu bagaimana keadaanku sekarang, aku tidak perlu makan, ataupun tidur. Aku sadar, tapi tidak bisa menggerakkan tubuhku. Sekelilingku gelap gulita, tidak ada yang bisa kuajak bicara. Aku hampir gila!Aku tidak tahu keadaan seperti ini berlangsung berapa lama.Ketika aku kira bakal terus begini, tiba-tiba terdengar suara ketukan.Aku menjadi bersemangat.Tetapi kali ini aku tidak mau berteriak, karena aku tahu tak seorang pun dapat mendengar suaraku sama sekali.Klik!Seberkas cahaya muncul di duniaku yang gelap.“Arrghh!”Aku melihat seorang laki-laki berpakaian aneh muncul di hadapanku, kemudian dia langsung mundur ketakutan.“Untuk apa kau teriak!” tanya pria lain.“Orang… ada orang!” Laki-laki yang ketakutan itu berkata dengan gemetar.Aku diam-diam tertawa. Aku bahkan tidak tahu sudah berapa lama aku mati. Penampilanku pasti terlihat sangat menakutkan.“Omong kosong! Kalau di peti mati nggak ada orang, emang ada hantu?”“Bu... bukan! Ka

  • Ganjaran Nafsu   Bab 2

    “Kak Leon, Kak Leon, sudah belum? Sekarang giliranku!”Wilbert menyaksikan dari samping dengan rasa iri.“Ngapain kau terburu-buru? Hampir kelar kok, aku bisa merasakannya!”Leon kemudian mempercepat gerakannya.Dia mengerang dan berbaring di atasku tanpa bergerak.“Sekarang giliranku, sekarang giliranku.” Wilbert terlihat sangat tidak sabaran.Leon turun dari tubuhku sambil mengumpat, lalu Wilbert naik ke atas tubuhku lagi.Aku merasa sangat tercela melihat mereka bergiliran melecehkanku hingga dua tetes air mata darah mengalir dari sudut mataku.“S-s-s-s-!”Wilbert tiba-tiba menjerit dan segera mundur.“Ada apa lagi?”“Dia ... dia nangis! Dia masih hidup!” Wilbert menunjuk sudut mataku dengan sangat ketakutan.Saat Leon mengamati, ekspresinya tiba-tiba berubah.Dia mendekat dan menyentuh air mata darah yang mengalir dari sudut mataku, sambil menyipitkan matanya.“Sial, jangan-jangan kita bawa pulang roh jahat. Tapi, ini juga nggak terlihat seperti roh jahat!” Leon bergumam dengan ek

최신 챕터

  • Ganjaran Nafsu   Bab 7

    “Hantu pengupas kulit yang disebut penduduk desa sebenarnya adalah kuman yang menyerang dan melarutkan jaringan subkutan mereka, itulah mengapa kulit mereka bisa dicabut dengan begitu mudah.”Mata Felix menyipit, “Masih ada kuman seperti itu di dunia ini?”Dokter tua itu mendengus, “Ada banyak kuman di dunia ini yang nggak kamu ketahui!”Aku menatap dokter tua itu, meskipun aku tidak terlalu memerhatikan apa yang dia katakan, secara garis besar aku juga mengerti bagaimana mereka mati.Aku tidak merasa bersalah sedikit pun, sebaliknya, aku merasa sangat puas.Rasakan! Siapa suruh mereka melecehkanku?“Oh ya, jangan biarkan dia menyentuh air!”“Kuman-kuman di tubuhnya sangat takut dengan air, mereka akan mencair saat bersentuhan dengan air.”“Dia bisa tetap sadar meskipun sudah mati begitu lama kurasa berkat kuman misterius yang ada di dalam tubuhnya.”“Jika kuman itu mati, dia juga akan benar-benar mati.”Dokter tua itu menjelaskan, lalu sekelompok orang itu berjalan keluar sambil bergu

  • Ganjaran Nafsu   Bab 6

    “Yakin! Ditemukan virus jenis karsinoma yang tidak dikenal dari tubuh mereka bertiga.”“Aku menduga penyebab kematian mereka bertiga adalah virus ini.”Ekspresi Felix berubah menjadi jelek.Aku melihat dia melirik ke arahku.Aku tersenyum, seharusnya dia sudah bisa menebak bahwa kematian ketiga orang itu berkaitan denganku.Sebenarnya aku juga penasaran bagaimana mereka mati.“Oke, aku mengerti.”Felix melambaikan tangannya dan membiarkan pria itu pergi.Dia kembali ke sisiku dan menatapku dengan serius.“Maaf, aku perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap tubuhmu.”Saya mengerjap dan mengiyakan.Setelah itu, dokter menusukkan selang kecil ke lenganku dan mengambil banyak darah.Setelah mengambil darahku, aku melihat dengan jelas ekspresi dokter berubah.Aku pun melirik ke arah selang tipis itu dan menyadari bahwa darah yang diambil berwarna hitam.Pantas saja ekspresi dokter berubah, jika aku mengalami situasi seperti itu saat masih hidup, mungkin aku juga akan pingsan karena

  • Ganjaran Nafsu   Bab 5

    “Apa yang mau kalian lakukan?”Seorang pemuda yang menjadi pemimpin kelompok itu menatap dengan marah ke arah penduduk desa di sekitarnya.“Pak polisi, dia adalah hantu wanita! Dia membunuh kepala desa kami, serta Leon dan Wilbert!”“Ya! Pak polisi, mereka mati dengan mengerikan!”“Bahkan nggak ada sepotong kulit pun yang tersisa, itu semua ulah hantu wanita ini!”Penduduk desa pun berbondong-bondong bicara.“Omong kosong! Dia adalah manusia yang masih hidup, bagaimana mungkin dia adalah hantu? Itu hanya takhayul kalian!”Pemuda itu menyela para penduduk desa, dia menoleh dan berbisik padaku, “Gimana keadaanmu? Apakah kau baik-baik saja?”Aku menatap matanya yang jernih, hatiku merasa aneh.Ketika dia melihat aku hanya menatapnya, dia mengira aku ketakutan, jadi dia menenangkanku, “Jangan takut, aku seorang polisi, nggak akan biarkan mereka menyakitimu.”Aku mengedipkan mata.Dia terdiam, lalu mengerti apa yang sedang terjadi, pandangannya menunjukkan rasa iba.“Bawa dia ke rumah sakit

  • Ganjaran Nafsu   Bab 4

    “Nak, kau tahu nggak gimana caranya kawin?” Kepala desa bertanya kepada putranya yang bodoh di dalam kamar.Putranya yang bodoh itu menatapku sambil bergumam, “Kawin, kawin.”Mata kepala desa itu berputar, dan dengan senyum lebar, dia pergi menutup pintu kamar.“Nak, aku akan memberikan contoh dulu, kau ikuti aja nanti, ngerti?”Kepala desa berjalan ke arahku dengan senyum cabul di wajahnya.Melihat ekspresinya saja, aku sudah tahu apa yang ingin dia lakukan.Aku hanya menatapnya dengan dingin.Tanpa bergeming, dia melepaskan pakaiannya dan naik ke tempat tidur.“Nak, lihatlah dengan jelas dan belajar! Jangan sampai gagal temukan lubangnya nanti!”Dia membentak putranya yang bodoh itu dan melucuti pakaian pengantinku.Aku didorong ke tempat tidur dengan kaki terbuka lebar.Dia sengaja membalikkan badanku agar putranya yang bodoh itu dapat melihat dengan jelas.“Bagus! Ayo kawin!”Putra bodoh itu bertepuk tangan dengan semangat dan berteriak kegirangan.“Pegang dengan tanganmu lalu masu

  • Ganjaran Nafsu   Bab 3

    “Arrgghh! Hantu! Hantu!”Ketika Leon dan Wilbert melihat senyum anehku ini, mereka langsung ketakutan.Namun beberapa saat kemudian, mereka mulai menggaruk tubuh mereka lagi.Tak berapa lama kemudian, mereka berdua pun berdarah- darah, tanpa sepotong kulit yang utuh di tubuh mereka.Aku sangat puas melihat keadaan mereka yang menyedihkan.Inilah ganjaran mereka setelah berhari-hari melecehkan tubuhku.Meskipun perilaku mereka aneh, aku tidak berdampak sama sekali. Aku saja masih bisa bertahan dalam keadaan demikian, maka tak heran lagi dengan keadaan mereka.Teriakan Leon dan Wilbert menarik perhatian orang-orang desa.Ketika mereka datang untuk memeriksa, mereka melihat dua gumpalan sosok manusia berdarah di lantai.Semua orang terkejut dan segera berlari keluar.“Waduh! Apakah itu Leon dan Wilbert?”“Dari pakaiannya sepertinya iya!”“Bagaimana mereka bisa menjadi seperti ini?”“Rasain, pasti dapat ganjaran itu! Sudah berapa banyak kuburan yang mereka gerebek? Mereka mungkin dihantui.

  • Ganjaran Nafsu   Bab 2

    “Kak Leon, Kak Leon, sudah belum? Sekarang giliranku!”Wilbert menyaksikan dari samping dengan rasa iri.“Ngapain kau terburu-buru? Hampir kelar kok, aku bisa merasakannya!”Leon kemudian mempercepat gerakannya.Dia mengerang dan berbaring di atasku tanpa bergerak.“Sekarang giliranku, sekarang giliranku.” Wilbert terlihat sangat tidak sabaran.Leon turun dari tubuhku sambil mengumpat, lalu Wilbert naik ke atas tubuhku lagi.Aku merasa sangat tercela melihat mereka bergiliran melecehkanku hingga dua tetes air mata darah mengalir dari sudut mataku.“S-s-s-s-!”Wilbert tiba-tiba menjerit dan segera mundur.“Ada apa lagi?”“Dia ... dia nangis! Dia masih hidup!” Wilbert menunjuk sudut mataku dengan sangat ketakutan.Saat Leon mengamati, ekspresinya tiba-tiba berubah.Dia mendekat dan menyentuh air mata darah yang mengalir dari sudut mataku, sambil menyipitkan matanya.“Sial, jangan-jangan kita bawa pulang roh jahat. Tapi, ini juga nggak terlihat seperti roh jahat!” Leon bergumam dengan ek

  • Ganjaran Nafsu   Bab 1

    Aku mati, tapi tidak mati total. Aku tidak tahu bagaimana keadaanku sekarang, aku tidak perlu makan, ataupun tidur. Aku sadar, tapi tidak bisa menggerakkan tubuhku. Sekelilingku gelap gulita, tidak ada yang bisa kuajak bicara. Aku hampir gila!Aku tidak tahu keadaan seperti ini berlangsung berapa lama.Ketika aku kira bakal terus begini, tiba-tiba terdengar suara ketukan.Aku menjadi bersemangat.Tetapi kali ini aku tidak mau berteriak, karena aku tahu tak seorang pun dapat mendengar suaraku sama sekali.Klik!Seberkas cahaya muncul di duniaku yang gelap.“Arrghh!”Aku melihat seorang laki-laki berpakaian aneh muncul di hadapanku, kemudian dia langsung mundur ketakutan.“Untuk apa kau teriak!” tanya pria lain.“Orang… ada orang!” Laki-laki yang ketakutan itu berkata dengan gemetar.Aku diam-diam tertawa. Aku bahkan tidak tahu sudah berapa lama aku mati. Penampilanku pasti terlihat sangat menakutkan.“Omong kosong! Kalau di peti mati nggak ada orang, emang ada hantu?”“Bu... bukan! Ka

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status