Amira terkejut melihat Keenandra sudah ada di dalam rumahnya sejak pagi hari. Dia baru saja bangun dan kekasihnya itu sedang duduk manis di ruang makan sambil memotong-motong kecil sarapannya.
Keenandra menoleh dengan senyum indah terpatri di bibirnya."Selamat pagi kesayangan. Aku tadi datang jam enam terus buat sarapan untuk kamu. Hari ini libur, mau kemana?" Amira menghampiri Keenandra lalu mengecup dahinya."Aku mau istirahat di rumah. Rasanya perutku aneh sejak semalam. Kamu mau ajak aku pergi atau bagaimana?" tanya Amira sembari membuka lemari pendingin mencari susu dingin untuk tambahan kopinya."Aku mau ajak kamu ke sebuah tempat. Kalau kamu sakit, tunda minggu depan saja," jawab Keenandra yang membuat Amira penasaran."Kemana? Itu sesuatu yang penting atau—""Pemakaman." alis Amira menekuk. "Aku sudah dapat alamat pemakaman kedua orangtuamu. Aku hanya ingin mengeceknya saja.""Dimana?""Kamu mau"K-kakak?" Pria itu mengangguk, memeluk Amira dengan erat. Amira yang berlari menghambur ke pelukannya tiba-tiba teringat dengan orangtuanya di masa kecil dulu. Ingatan dua puluh tiga tahun yang lalu kembali berlayar di kepalanya. "Amira." Keduanya saling berpelukan melepaskan kerinduan yang telah lama dipendam. Amira akhirnya memiliki keluarga yang sebenarnya. Air mata yang tak pernah putus menandakan dirinya masih begitu merindu pada kakaknya yang selama ini dicarinya dalam mimpi. "Amira takut." Amira terisak di dalam pelukan kakaknya. Ia sempat menoleh ke belakang, tepatnya pada tempat Keenandra berdiri sekarang. Kekasih Amira itu tersenyum dengan mata merah berkaca-kaca. "Sekarang jangan takut lagi ya. Kakak sudah mendengar ceritanya dari mulut kekasih kamu." pria itu menepuk-nepuk punggung Amira dengan lembut lalu membawanya berjalan menuju kekasihnya yang telah menunggu di dekat pintu masuk. Setelah lelah berjalan, Am
"Aku baru tahu kalau Amira itu adik ipar aku. Kenapa dunia sempit?" keluh Natalia yang hanya dibalas anggukan oleh Keenandra. "Kamu mencari tahu tentang keluarga Amira?" "Pertama, sudah ada kejanggalan dengan surat perjanjian pernikahan milik aku. Yang kedua, tentang seluk-beluk adopsi Amira di keluarga Winata. Kenapa rasanya aneh, masa sih Amira tidak punya saudara satupun?" Keenandra mengunyah kacang sembari menjawab pertanyaan dengan santai. "Jenius juga." Keenandra menoleh ke belakang, rupanya Amira belum juga muncul dari ruang kerja kakaknya. Ia kembali mengambil kacang yang berada di dalam toples kecil di hadapannya. "Aku selalu jenius. Tidak seperti calon tunanganmu itu." dalam sekali suap, lima kacang dikunyah oleh Keenandra. Amira mencebikkan bibirnya kesal dengan jawaban Keenandra yang menyebalkan. "Aneh. Kamu musuhan terus dengan Andrinof," tudingnya. "Andrinof yang terus nekat mendekati Amira membuat aku harus j
Amira terus tersenyum mengingat kejadian hari ini yang terus membekas di kepalanya. Pelangi indah telah melingkar cantik di kehidupannya. Badai yang sempat membuatnya terjatuh, perlahan meninggalkannya. Amira menoleh, ia tersenyum lebar melihat wajah damai Keenandra yang ikut tersenyum seperti dirinya dalam tidur. Usapan demi usapan Amira berikan untuk Keenandra yang masih menutup matanya. Pria itu lelah tapi bahagia. Untuk satu alasan, Amira mengecup pipi kekasihnya lalu berbisik di telinganya. "Terima kasih, sayang. Aku akan berusaha memberikan yang terbaik buat kamu." Tanpa diduga Keenandra yang terbangun karena usapan lembut tadi menarik tangan Amira agar masuk ke dalam dekapan lembutnya. Amira memekik terkejut akan tindakan tiba-tiba itu lalu memukul lengan besar milik kekasihnya. "Ih, kamu. Kaget tahu!" pekik Amira. "Senang?" Amira mengangguk. "Semuanya untuk kamu, sayang. Jalan kita dipermudah tuhan." Amira tidur di atas tubuh
"Bu Amira." Citra masuk ke dalam ruangan Amira setelah mengetuk pintunya. Amira menaruh pena lalu mendongakkan wajahnya menatap Citra. "Ada tamu. Dia ingin ketemu Bu Amira." "Siapa?" tanya Amira mengerutkan dahinya. "Natalia." Amira tersenyum lalu mengangguk membiarkan tamu yang Citra maksud masuk ke dalam ruangan. Saat Natalia menginjakkan kakinya, Amira menyambut wanita itu dengan pelukan layaknya saudara. "Kak Amira." Natalia memeluk Amira dengan hangat. "Maaf kesini enggak bilang-bilang. Tadi aku tanya sama Andrinof alamat kakak. Aku ganggu enggak?" Amira menggelengkan kepalanya. "Enggak, kamu enggak ganggu kok. Ada sesuatu yang penting?" Amira mempersilakan Natalia untuk duduk di sofa tengah sedangkan dirinya memanggil asisten kantor untuk membawakan Natalia minuman, lalu bergabung duduk bersama dengan adik iparnya itu. "Kak, nanti aku mau makan siang sama Andrinof. Dia bilang mau ajak aku ke resto favoritnya
Amira dan Keenandra menahan napas mereka dalam-dalam saat dokter membuka hasil tes yang diberikan oleh suster beberapa menit lalu. Keenandra menegang, begitu pula dengan Amira. Kedua wajah tenang mereka tak bisa menghilangkan kekhawatiran yang begitu besar terlebih dengan hasil tes di tangan dokter itu. "Jangan bermain-main, dok." Keenandra tak sabar dengan hasil tesnya. Amira menyikut lengan Keenandra dan menyuruhnya diam. "Wow, sudah ada yang tak sabar rupanya. Sebentar ya." dokter itu mengulum senyumnya hingga melebar. Sungguh, Keenandra tak menyukai senyum aneh itu sekarang. Tak lama kemudian dokter itu mengulurkan tangannya. "Selamat ya, kalian berdua akan jadi ayah dan ibu segera." "Amira hamil?" sebenarnya Keenandra sudah tahu, hanya saja pernyataan dokter membuatnya terkejut. Dipeluknya tubuh Amira lalu dengan brutalnya ia menciumi setiap sudut wajahnya. Mengungkapkan kebahagiaan yang terlalu besar hingga melupakan dokter di depannya.
Sidang lanjutan perceraian Keenandra dan Aletta kembali digelar. Kali ini agendanya hanya untuk mediasi kedua belah pihak dan mendengarkan pembelaan dari pihak Aletta yang merasa dituduh telah membuat surat palsu. Di sisi Keenandra, mau bagaimanapun cara Aletta membela diri tetap saja dia yang punya bukti untuk menceraikan Aletta secepatnya. Aletta menunduk sedih sejak masuk ke dalam ruang sidang. Memakai baju putih dengan rambut yang diikat rapi ke belakang, serta riasan wajah yang tak terlalu mencolok membuatnya tampak seperti seorang terdakwa. Sementara Keenandra duduk tegap tak menoleh sedikitpun pada istrinya yang masih terus menunduk di sampingnya. Keenandra tidak luluh dengan sikap Aletta yang terlihat pasrah. "Saudara Keenandra, mempertimbangkan pernikahan kalian yang baru berjalan seumur jagung apakah tidak ada keputusan lain yang akan kalian lakukan. Mengingat, Aletta telah menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang istri pada Keenandr
Aletta tak terima dengan keputusan hakim yang telah mengesahkan perceraian antara ia dan Keenandra. Sepulangnya dari pengadilan, ia menangis meraung-raung tak hentinya hingga orangtuanya kebingungan. Terutama Sonia yang tentunya malu jika orang bertanya apa yang terjadi pada anak semata wayangnya. Sedangkan Ardiwira hanya diam saja, ia bahkan tak membantu istrinya sama sekali saat Aletta meraung-raung di kamarnya. "Pa, bantu Aletta. Tolong temui keluarga Bara. Minta Keenandra untuk menenangkan Aletta." Sonia panik, berlari dari kamar Aletta yang terletak di lantai dua. Tak membalas, Ardiwira memilih menghabiskan makanannya. "Pa, Aletta anak kita." "Ya, saya tahu. Saya harus apa? Sejak awal saya tidak ingin terlibat dengan akal-akalan kamu dan Aletta. Tapi saya dibawa ke dalam permainan kalian. Saya sebenarnya malu, saya seperti tak punya wajah kalau bertemu dengan keluarga mereka. Lalu, kamu meminta saya untuk datang ke keluarga itu? Kamu kira saya peng
Acara gosip di televisi membuat kepala Amira berputar. Beritanya selalu simpang siur, Amira dijadikan tertuduh dari retaknya hubungan Aletta dan Keenandra. Klik. 'Berita hari ini datang dari pasangan yang baru saja resmi bercerai di pengadilan agama dengan begitu dramatis. Mereka adalah Keenandra dan Aletta yang pernikahannya sempat menghebohkan dunia infotainment. Tampak sang mantan istri menangis histeris sementara mantan suaminya memilih pergi dari ruang sidang menuju mobilnya. Yang lebih mengejutkan lagi, ternyata sudah ada kekasih si mantan suami yang telah menunggunya dari dalam mobil. Apakah benar gosip yang beredar, kalau Amira adalah pengusik rumah tangga Aletta dan Keenandra?' Klik. Layar menghitam. Amira menoleh ke samping, sudah ada Keenandra yang baru saja pulang dari kantor. "Kok dimatikan? Aku kan mau nonton," rengek Amira dengan mata berkaca-kaca. "Acara sampah. Besok aku buat klarifikasi sama mereka." Keena
[Breaking news: Pemilik agensi QA entertainment dipanggil pihak kepolisian berdasarkan laporan dari estetique cosmetic atas pencemaran nama baik yang dilakukan oleh pemilik agensi.] "Aletta, sudah dua kali kamu seperti ini. Apa sih yang kamu inginkan? Kita bisa hidup dengan damai kan?" Amira menghela napasnya kasar. Ia sebenarnya sudah lelah dengan semua hal yang berkaitan dengan Aletta. Amira bersandar di sofa ruangannya. Setelah Aletta dipanggil oleh pihak kepolisian, ia langsung meminta wanita itu untuk datang ke kantornya. Untung saja ia menurutinya. Kini, mereka berdua tengah berhadapan dengan tatapan saling menghunus satu sama lain. "Aku masih dendam sama kamu. Tapi sebenarnya aku juga dijebak oleh Anna. Kamu kenal orang itu?" Amira mengangguk. "Lalu, apa yang akan kamu lakukan?" "Dia kan sudah kabur sama papa mertua. Biarkan saja," jawab Amira santai. "Jadi, dia selingkuhan om Bara?" Amira mengangguk. "Yang aku tahu, dia itu mantan pacar Keenan." "Ya, dia balas dendam sam
"Aletta! Apa yang kamu perbuat pada Keenan sampai dia marah dan menganggu papa? Sudahlah Aletta. Jangan pernah mengusiknya lagi." Aletta yang baru saja bangun dari tidur dan duduk di meja makan hanya memutar bola matanya malas. Ia merasa kesal terus digurui oleh ayahnya. Rasa sakit hatinya masih terasa hingga sekarang, apakah ayahnya tak peduli padanya lagi? "Papa! Aku tuh lagi memperjuangkan nama baikku yang sudah dirusak oleh mereka. Papa sepertinya lebih senang nama baikku hancur daripada nama ayah yang memang sudah hancur sejak dulu," ketus Aletta. Sonia membelalakkan matanya. Ia tak menyangka jika anaknya akan berani berkata kasar pada ayahnya sendiri. Ardiwira hampir saja akan melayangkan tamparannya pada Aletta, untung saja Sonia bisa mengatasinya. "Jangan seperti ini pada anak sendiri. Bicara dengan baik dan jangan berbuat keributan," ujar Sonia. Ardiwira menurunkan tangannya lalu melanjutkan lagi makan paginya. Sonia menaruh roti isi ke piring Aletta dan menyuruhnya maka
Amira tidur lebih dulu setelah makan malam. Matanya sangat lelah setelah seharian duduk mendengarkan rapat mendadak yang dilakukan oleh tim legal untuk membahas fitnah yang ditujukan pada brand miliknya. Walaupun itu bukan tugas utama tim legal, tapi mereka bisa menanganinya karena masih berhubungan dengan reputasi brand yang mereka jaga selama ini. Menjelang tengah malam Amira terbangun. Rasa haus yang mencekat tenggorokannya membuatnya terpaksa bangun dan turun dari ranjang. Matanya menyipit mendapati tempat kosong di sampingnya. Rupanya sang suami juga terbangun di tengah malam. "Kau belum tidur atau baru bangun?" tanya Amira yang melihat sosok Keenandra di sofa ruang tengah. "Kemarilah." Keenandra menepuk tempat kosong di sebelahnya. Amira mendekat. Karena rasa haus yang menyerang, ia begitu saja menyambar gelas minum milik suaminya lalu meneguknya hingga tandas. "Kenapa terbangun, ada pekerjaan yang membuatmu tak bisa tidur?" tanya Amira. Keenandra menggelengkan kepalanya. I
Keenandra memimpin langsung rapat divisi penyiaran yang rencananya akan menyiarkan tentang manipulasi surat hutang yang dilakukan oleh perusahaan kecil milik keluarga Ardiwira. Sebenarnya kasus ini sudah ditutupi dengan rapi oleh keluarga itu namun tiba-tiba mencuat karena lawan yang dihadapi oleh Ardiwira adalah anak perusahaan milik kakak Amira. Kebetulan yang sangat bermanfaat. Kepala divisi penyiaran sudah menyiapkan draft untuk berita skandal itu esok hari. Ia memaparkan bahwa hasil investigasi itu sangatlah mudah, mengingat perusahaan milik kakak Amira juga pernah berhubungan dengan SUN TV. Banyak yang telah mereka dapatkan langsung dari sumbernya. "Semua aman?" tanya Keenandra. Kepala divisi mengangguk. "Siapkan semuanya dengan baik. Saya mau narasumber, hasil investigasi di kantor pajak dan semua yang berhubungan dengan kasus itu ditunjukkan ke depan publik. Kasus ini mungkin adalah kasus kecil, tapi ini menyangkut dengan kelakuan Aletta yang s
Rencana penghancuran itu dimulai. Aletta yang berada di belakang layar memainkan perannya dengan apik. Ia membuat konten yang berhubungan dengan niatnya untuk menghancurkan reputasi baik Amira. Minggu pertama, ia mulai membahas kosmetik yang sedang viral. Aletta sengaja menaruh nama kosmetik milik Amira sebagai bahan percobaan. Lalu minggu depannya, ia membahas tentang status anak yang lahir di luar pernikahan dan yang paling puncaknya, ia juga membahas tentang nepotisme di kalangan para pengusaha agar bisnisnya berjalan dengan lancar. Hal ini tentunya menuai pro kontra yang cukup menarik di kalangan publik. Satu sisi menunjukkan sisi positif, tapi di sisi lainnya sangat berpotensi menimbulkan isu sensitif yang sedang beredar. Benar saja, publik jadi menduga jika semua yang dikatakan oleh konten milik agensi baru Aletta tengah menyindir Amira, pebisnis muda yang dirumorkan telah merebut Keenandra dari sisi Aletta. 'Ini jelas menyindir Amira. S
Amira memperlihatkan pesan yang tadi diterimanya pada Citra, sekretarisnya. Wanita itu terkejut tak percaya. Pasalnya, selama ia bekerja dengan Amira, baru kali ini bosnya itu mendapatkan ancaman serius dari salah satu musuhnya. Dan sepertinya, orang yang mengancam ini mengenal baik Amira dan suaminya. "Menurutmu, apa ini ada kaitannya dengan Aletta?" tanya Amira dengan wajah serius. "Apa yang harus kulakukan?" "Mbak Amira, selama ini Aletta tidak pernah mengancam mbak walaupun ada permusuhan diantara kalian. Ya, walaupun sering memaki dan itu sudah biasa. Tapi, ini sesuatu yang berbeda." Citra mengetukkan jarinya pada dagu. Ia berpikir sejenak lalu kembali berkata, "Apakah ini orang yang berbeda? Maksud aku—" "Tepat sekali. Aku sama berpikiran seperti kamu. Tak mungkin Aletta mengancamku seperti ini. Seburuk-buruknya dia, hanya sebatas caci maki saja. Siapa sebenarnya yang telah mengancamku?" "Mungkin saja—" "Siapa yang mengancammu?" pintu ruangan terbuka dengan kasar dari luar.
Anna tidak main-main dengan rencananya menghancurkan Keenandra dan keluarganya. Ia nekat mendatangi petinggi rumah sakit yang pernah dikenalnya lalu membebaskan Aletta dengan surat yang menyatakan jika wanita itu telah sembuh total dari penyakitnya. Ia mengajak Aletta untuk bekerjasama membuat sebuah acara online yang berfokus pada perubahan psikologis seseorang dan mentalitasnya juga. Acara seperti itu sedang banyak disukai masyarakat kelas menengah dan berhasil mengangkat nama Aletta sebagai salah satu survivor di sana. Hal ini tak luput dari pengawasan Keenandra yang baru mengetahui cerita viral Aletta lewat media sosial yang sering dibacanya. Ada satu video yang menayangkan kisah tentang Aletta dari sisi seorang istri yang tersakiti karena pengkhianatan suaminya. Lalu kisah itu dibelokkan dengan narasi bahwa Amira yang telah membuat kehancuran itu. "Siapa sih yang tak sakit hati kalau lihat suami masih menghubungi mantan tunangannya? Ya, pastilah semua wanita akan mengamuk," uj
Tidak bisa mendekati Keenandra dengan cara halus, Anna rupanya masih punya banyak ide licik untuk mendekatinya. Terpikirkan di kepalanya untuk mendekati Amira, istri Keenandra itu tapi ia tak punya akses lebih dekat dengannya. Sambil menunggu umpannya datang mendekat, Anna lebih baik menjemput bola terlebih dahulu. Dari rumor yang ia dengar dari para penggosip dunia hiburan, mantan istri Keenandra kini tengah dirawat di sebuah rumah sakit jiwa di Jakarta. Walau dia sendiri belum bisa memastikannya. "Mau ke mana?" tegur Mia, sahabat dekat Anna yang tinggal bersama di apartemennya. Sejak isu perselingkuhan mencuat, Anna tak bisa lagi menggunakan fasilitas dari Bara untuk sementara. Ia tak mau disorot oleh media. "Mencari sesuatu," sahut Anna. "Kau tidak sedang merencanakan sesuatu yang salah, kan?" Mia rupanya mencurigai tingkah Anna. Tidak biasanya wanita itu pergi sesiang ini di hari kerja. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan olehnya. "Jangan macam-macam. Kalau ingin balas d
"Dia pikir dia siapa?" Anna memukul meja kayu di ruangan kerja Bara setelah diusir oleh Keenandra dari ruangannya. Matanya memerah marah dengan emosi yang hampir saja tak bisa dikendalikannya. Niatnya untuk mendekati mantan kekasihnya hilang dalam sekejap karena kata-kata kasar pria itu. "Ternyata dia makin jauh sekarang. Aku pikir, dia hanya singgah sementara lalu akan kembali padaku." Anna memejamkan mata sambil berjalan mengitari ruangan kerja itu. Kepalanya berpikir banyak hal dan cara agar Keenandra mau menerima kehadirannya lagi. Dulu, Keenandra adalah satu-satunya pria yang mau berteman dengannya saat masih sekolah. Dia adalah pria yang selalu memberikan tangannya untuk diraih saat sedang ada masalah. Namun, semenjak orangtuanya tahu tentang hubungan mereka dan mengancam masa depan, mereka pun berpisah. Anna tak tahu apa yang terjadi di tahun berikutnya. Sejak mereka putus, Anna memilih menyingkir dari hidup Keenandra dan tak menunjukkan wajahnya lagi. "Apa yang harus kul