Home / Romansa / Gairah Tersembunyi Bos Killer / Bab 8. Rahasia Dibalik Sandwich

Share

Bab 8. Rahasia Dibalik Sandwich

Author: El Hawra
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Seorang pria yang sudah dikenal Nathan langsung masuk, ia nampak terkejut melihat Nathan yang terbatuk-batuk, ia melihat ke atas meja, terhidang beberapa potong sandwich yang terlihat menggugah selera. Nathan segera meraih gelas dan meneguk air putih untuk menetralisir tersedaknya.

“Brengsek! Kenapa masuk nggak ketuk pintu dulu?” hardik Nathan.

Lelaki yang baru datang itu menggaruk rambutnya sambil nyengir, “He he, sorry bos, aku lupa,” jawab Michael polos. Tanpa disuruh ia langsung duduk di samping Nathan.

“Wah, sepertinya lezat, Tan. Aku nggak ditawari, nih?” Rengek Michael sambil menatap sandwich di meja.

“Memang belum sarapan, Mike?” tanya Nathan melanjutkan makannya, Michael menggeleng.

“Ya sudah, ambil sepotong aja, jangan lebih,” tegas Nathan.

“Ha ha ha, sejak kapan bos yang satu ini pelit sama sarapan, biasanya kalau  makanan langsung dikasih aku untuk dihabiskan.” Michael tertawa sambil menggerutu, namun tangannnya aktif meraih sepotong sandwich.

“Ck, berisik! Ini beda, ini spesial.” Kedua pria itu sibuk mengunyah makanan di atas meja hingga ludes tak bersisa.

“Tan, enak banget. Pesan di mana? aku mau pesan juga besok.” Michael berkata serius.

“Enak, kan?” tanya Nathan sambil tersenyum.

“Nagih,” jawab Michael, “beli di mana? aku mau pesan.” Nathan tidak menjawab, pria itu hanya tersenyum.

“Ya elah, Tan. Aku mau beli sendiri, gak minta ditraktir, kasih aku nomor teleponnya aja, aku mau pesan.”

“Ck, apa sih, Mike. Itu kan hanya sandwich, kamu bisa pesan di mana pun.” Nathan beralasan, ia tidak mungkin mengatakan kalau itu buatan Nina, belum waktunya sahabatnya ini tahu.

“ini beda, Tan. Seperti buatan chef terkenal.” Michael berkata serius, “kamu tahu kan, aku tuh penggila kuliner, jadi bisa tahu mana buatan tangan orang biasa, mana buatan seorang chef.”

Nathan tertawa mendengar analisa sahabatnya, Michael tertegun manakala Nathan menjelaskan kalau itu hanya buatan tangan biasa, bukan chef. Namun Nathan berkeras tidak memberitahu, membuat Michael semakin penasaran.

“Tenang saja, besok akan aku pesankan lagi, kamu datang saja ke mari,” ujar Nathan.

“Serius, Tan?” tanya Michael berbinar, Nathan mengangguk, “eit, tapi ada syaratnya,” imbuh Nathan. Michael menatap sahabatnya penuh tanya. “Ketuk pintu dulu sebelum masuk, kamu hampir saja membuat aku mati karena tersedak.”

Michael tak bisa menahan tawanya, ia terbahak-bahak melihat tingkah aneh sahabatnya itu, “Okay, boss. Sorry.”

Kedua sahabat sekaligus sepupu itu pun terlibat perbincangan serius, apalagi kalau bukan masalah pribadi Nathan dengan keluarganya.

“Hmm, jadi begitu?” gumam Nathan.

“Benar, Tan. Kamu harus meyakinkan kakek supaya hubungan formalitas kalian segera diakhiri.” Michael berpendapat, ia merasa gerah melihat wanita yang secara formalitas menjadi bagian keluarga besarnya, namun tingkahnya sangat bertolak belakang dengan prinsip keluarga besar mereka.

“Kakek nggak akan bisa berbuat apa-apa, Mike. Karena term and conditions nya sudah jelas, jika aku menikah dengan gadis yang aku cintai dan mencintai aku, maka hubungan formalitas itu akan berakhir dengan sendirinya.” Nathan menegaskan.

“Iya tapi sampai kapan, Tan. Kamu sendiri seperti gunung es begitu sama perempuan, bagaimana kamu akan bisa mendapatkan cinta sejati. Tiap hari ngedate sama berkas-berkas terus,” keluh Michael, ia prihatin dengan kehidupan sahabatnya ini.

Nathan tersenyum menatap sahabatnya, “Tenang, Bro. Matahari hangat akan segera melelehkan bongkahan es itu, saat itu musim semi akan tiba, bunga-bunga akan bermekeran indah.” Nathan menepuk bahu Michael yang terbengong-bengong mendengarkan ucapan sepupunya itu.

Nathan bergegas ke luar untuk meeting dengan klien, sebelumnya ia berpesan pada Emi agar siang nanti Richard dan Nina harus sudah siap mempresentasikan laporan mereka.

“Emi,” panggil Mike yang masih terdiam membeku di ruangan Nathan.

“Iya, Pak Mike,” jawab wanita itu sigap.

“Apa bos kamu salah minum obat?” tanya Mike dengan kebingungannya.

“Maksudnya bagaimana, Pak?” jawab Emi heran, “Pak Nathan sehat-sehat saja, jadi tidak meminum obat apa pun.”

Michael menghela napas, “Maksudku ada yang aneh sama bos kamu itu, kata-katanya barusan bukan seperti ucapan seorang Nathan.”

“Maaf, Pak. Kalau mengenai kata-kata itu saya tidak mengerti, tapi aktifitas pak Nathan biasa saja, tidak ada yang aneh.” Emi terdiam sejenak, “oh iya, bedanya pagi ini Pak Nathan sarapan sandwich.”

“Nah sandwich,” potong Michael, rasa penasarannya kembali muncul, “Nathan pesan sandwich di mana?”

“Itu tidak pesan, Pak. Tapi kiriman dari seseorang,” ucap Emi.

“Seseorang? Siapa?” tanya Michael semakin bingung.

“Maaf, Pak. Saya tidak bisa memberitahukan.” Emi akan selalu mejaga rahasia bosnya, itu adalah bagian dari tugasnya. “Saya permisi, Pak. Masih banyak yang harus saya kerjakan.” Wanita itu pun segera berbalik, meninggalkan Michael yang masih kebingungan.

“Tunggu-tunggu, Emi!”  Michael bergegas mengejar Emi. Wanita itu berhenti, lalu menatap Mike.

“Apakah yang mengirim perempuan?” tanya Michael.

“Ya, perempuan,” jawab Emi datar, ia bergegas melangkah dengan kaki panjangnya. Michael mengangguk-angguk sambil tersenyum.

“Sepertinya si Nathan sudah menemukan tambatan hatinya, tapi gadis mana yang tahan sama gunung es itu, tapi ini menarik, aku harus cari tahu, sepertinya ada rahasia dibalik sandwich lezat itu,” gumam Michael, lelaki yang berprofesi sebagai lawyer itu bergegas meninggalkan kantor Nathan.

Emi secara terpisah memberitahukan pesan Nathan pada Nina dan Richard.  Asisten Nathan itu juga memberikan sebandel berkas yang telah ia buat salinan hard copy dari laporan proposal yang dibuat Nina.

Jam makan siang pun tiba, Laura segera mengajak Nina makan siang bersama, seperti biasanya. Nina tidak banyak bicara, gadis cantik yang biasanya energik itu menjadi pendiam, terlihat ada kemurungan dan kegugupan di wajah cantiknya.

“Nina, kamu kenapa?” tanya Laura bingung. Belum sempat Nina berucap, tiba-tiba seorang pria telah berdiri di depan mereka.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mila Comel
serruuuu banget jadi kepo sama ending nya nih gimana mhuhehehe
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 9 Persiapan Meeting

    Laura tertegun, mau apa lagi cowok julid ini ke mari, apa ada kaitannya dengan perubahan sikap Nina? Gadis itu masih berusaha menebak dan memahami situasi yang terjadi. Richard, lelaki yang disebut Laura julid itu tersenyum sarkastik. Laura paham, senyum itu ditujukan untuk sahabatnya Nina, karena mata pria itu tak pernah lepas dari menatap Nina.“Ehm, maaf Tuan Richard, sepertinya Anda ingin bergabung makan siang dengan kami,” ujar Laura sarkastik, “tapi maaf kami hanya ingin makan berdua, jadi tidak mengundang orang lain.”Pria itu menatap Laura dan tersenyum sinis. “Saya tidak butuh undangan kalian, justeru saya yang akan mengundang kalian untuk merayakan keberhasilan saya mendapatkan project baru dari bos.”Laura melirik Nina, gadis itu tidak bereaksi apa-apa, sedikit banyak ia bisa meraba situasinya.“Well, memang penting ya merayakan pekerjaan yang belum terlihat pasti hasilnya,” ujar Laura sinis.“Apa maksud kamu?” Richard terlihat jengkel.“Nggak ada maksud,” ketus Laura samb

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 10. Presentasi

    Seorang lelaki berjalan dengan langkah panjang, bergegas menyusul Nina. Demi melihat Pak Ben, ia pun menghentikan langkahnya. “Selamat siang Pak, Ben.” Richard menyapa Pak Benjamin dengan sapaan yang ramah. Sebelumnya ia tidak tahu siapa saja anggota komite yang akan hadir, tapi melihat lelaki paruh baya itu berdiri di sini, ia mengerti. Pak Benjamin, manager kawakan ini salah satunya. Richard sebenarnya merasa kesal, karena ia diberitahu mendadak, sehingga belum sempat mencari tahu siapa saja anggota komite yang akan hadir. Padahal sebelum-sebelumnya ia diberi jeda 1 atau 2 hari, sehingga ia bisa melobi mereka untuk mendukungnya. “Siang Richard, jadi kamu dan Nina yang akan presentasi siang ini?” tanya lelaki paruh baya yang akrab dipanggil Ben itu. “Benar Pak Ben, Pak Nathan sendiri yang menyerahi tugas ini pada saya.” Richard berujar bangga. Pak Ben menatap Richard sambil mengerutkan kening, “Pak Nathan sendiri yang memberi tugas ini ke kamu?” ulangnya, Richard mengangguk sam

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 11. Kekacauan di Ruang Meeting

    Semua orang terkejut, Nina pun berhenti dari presentasinya, mereka melihat ke arah sumber suara, Richard berdiri, dan berteriak dengan emosi bahwa Nina telah menjiplak laporannya. “Apa maksud Anda saudara Richard?” tanya salah seorang anggota komite. “Bapak-bapak dan ibu-ibu sudah melihat proposal saya, dan lihat! apa yang disampaikan perempuan ini, sama persis, dia menjiplak laporan saya.” Richard berkata dengan tajam, ia berjalan mendekat kepada Nina. “Bapak-bapak tahu, perempuan ini hanya anak kemaren sore yang belum mengerti apa-apa, tapi dia membuat laporan persis dengan milik saya, itu artinya dia menjiplak milik saya.” Kini semua mata menatap Nina, meminta penjelasan. suasana di ruang meeting itu menjadi tegang. Namun Nina tetap tenang, tak ada sedikit pun kepanikan di wajahnya. “Saudari Nina, apakah benar apa yang dikatakan saudara Richara?” tanya salah satu tim komite. Nina tetap tenang, ia menjawab dengan tegas, “saya tidak pernah me

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 12. Selamat Nina

    Tidak lama setelahnya pintu terbuka, dua orang security masuk, Emy memberi kode ke arah Richard, kedua security itu pun memegang kedua tangan lelaki itu. “Hei tunggu! Apa yang kalian lakukan?” Richard berteriak. “Saya tidak ingin ada kekacauan di ruang ini, energy negatif harus dikeluarkan.” Nathan berkata dengan dingin. “M-maksudnya bagaimana, Pak?” tanya Richard gugup. “Apakah Anda lupa? Kemarin Anda datang ke ruangan saya, mengatakan kalau Nina tidak becus kerja dan pemalas, lalu Anda menawarkan diri agar Anda mengambil alih tugas itu, dan menjanjikan akan selesai besok pagi,” tegas Nathan. “Tapi, bukankah bapak setuju?” tanya Richard, ia merasa terpojok dan dikuliti. “Ya, saya mengangguk bukan berarti menyerahkan begitu saja tugas ini, untuk itu meeting ini diadakan, saya memberikan kesempatan kepada Anda untuk membuktikan kemampuan Anda.” Nathan menatap Richard dengan tajam. “Tapi apa? Anda bisa memaparkan tapi tidak bisa mempertanggung jawabkan, menjawab satu pertanyaan

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 13. Laptop Baru

    “Jangan senang dulu gadis sombong! Aku nggak akan tinggal diam, aku akan mencari berbagai cara untuk menyingkirkanmu.” Lelaki itu menyeringai, tatapannya sangat tajam, dipenuhi dendam dan kebencian kepada Nina, ia segera berbalik dan pergi meninggalkan kantor besar itu.Sementara itu, Nina tengah bersiap-siap untuk pulang, karena jam pulang sudah tiba, apalagi besok weekend, para karyawan biasanya sangat bersemangat karena bisa memanfaatkan 2 hari itu untuk berkumpul dengan keluarga dan orang-orang terkasih.“Nina!” panggil Laura. Gadis itu bergegas masuk dan memeluk Nina.“Hei Miss bawel, apa-apaan ini?” tanya Nina kebingungan.”“Selamat ya, Nina. Akhirnya kamu berhasil mendapatkan project besar ini,” ujar Laura ceria.“Eh, kamu tahu dari mana, Ra?” tanya Nina heran, ia berpikir belum banyak yang tahu karena baru ditetapkan siang tadi.“Hmm, ketinggalan info kamu, sekarang kamu lagi jadi trending topik loh gosip di kantor ini,” ujar Laura bangga.“Ha? Masa sih? Kok cepat banget, ka

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 14. Kamu Harus Pindah

    Tante Sophia menghela napas sebelum ia berkata, “Nina, cinta sejatinya tak bisa diukur dengan materi, sebanyak apa pun material yang diberikan tidak bisa dijadikan patokan kalau seseorang sungguh-sungguh mencintaimu.”Nina terdiam, ia mencoba mencerna kata-kata Tante Sophia. “Dan sebagai seorang wanita, harus mempunyai harga diri, jangan pernah meminta apa pun dari seorang lelaki sebelum menjadi pasangan yang resmi.”“Nina mengerti Tante, Nina tidak pernah meminta apa pun sama Nathan,” jawab Nina sambil tersenyum, “Oya menurut Tante, apa Nina harus kembalikan laptop ini?”“Hmm, kalau Nathan benar-benar tulus, dia akan tersinggung jika kamu menolaknya, disamping itu mungkin dia melihat jika kamu benar-benar membutuhkan laptop ini.” Tante Sophi berpendapat.“Benar Tante, Nathan pasti tahu apa yang Nina pikirkan, karena belakangan ini Nina sering diganggu oleh rekan kerja yang dengki sama Nina, dia mensabotase hasil kerja Nina.” Nina menjelaskan masalah gangguan yang ia hadapi di kantor.

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 15. Makan Malam Special

    Nina tertegun, sepertinya Nathan sangat kesal dengan kejadian barusan, maklum ia belum terbiasa dengan kehidupan anak-anak kost, yang suka bergurau seenak mulut mereka.“Nathanny kamu jangan ambil hati kejadian tadi, mereka Cuma bercanda,” Nina meyakinkan.“Becanda? Itu sudah pelecehan, nyiul-nyiulin kamu, memang kamu burung?” Nathan masih terlihat emosi.“Ya ampun Nathanny, cowok-cowok kalau lagi pada ngumpul ya memang begitu, tapi mereka nggak pernah berlaku kurang ngajar kok sama aku atau cewek-cewek lain yang ngekost di situ,” kilah Nina.“Pokoknya nggak bisa, kamu harus pindah dari sana.” Nathan bersikeras.Nina menghela napas, “aku harus pindah kemana, menurutku lingkungan di situ cukup baik, mereka bertetangga dengan baik, saling peduli dan saling membantu, aku sudah lama tinggal di situ.”“Kamu tenang saja, aku yang akan atur semuanya,” ujar Nathan, ia segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi asistennya. Nathan mengintruksikan Emi untuk segera mencarikan appartement siap

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 16. Menu Kenangan

    Nathan menatap Nina dengan rasa penasaran yang besar, sedangkan Nina tersenyum, ia mengalihkan tatapannya ke arah dinding-dinding kaca patri dengan ornamen-ornamen mewah tersebut. Nina menghela napas, “dia sangat special untukku, karena dialah yang mengantarkan aku ke dunia ini.” “Maksudmu, orang tuamu?” sela Nathan. Nina mengangguk, ia menjawab tanpa menoleh, “Mama.” Nathan menghela napas, “sayang, apa Mama kamu sering ke mari?” tanya Nathan, ia memang belum banyak tahu tentang keluarga Nina. “Ya, hampir setiap hari,” jawab Nina sambil tersenyum. “Ha? Setiap hari makan di sini?” Nathan bingung, sekaligus takjub. “Tentu makan di sini, karena Mama yang meracikan makanan untuk tamu-tamu di sini.” Nina tersenyum, ia kembali ke tempat duduknya, sebelum Nathan bertanya lagi ia menceritakan jika mendiang Mamanya dulu adalah salah satu chef ternama di negeri ini, dan ia menjadi chef utama atau executive chef di restauran ini. Nathan terkejut, ia kembali memastikan benarkah mamanya Nina

Latest chapter

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 166. Bayi Kembar

    Nathan tertegun, “Maaf, maksudnya bagaimana?” “Begini, Sir. Saya adalah president direktur di salah satu perusahaan di Belfast, jadi saya bisa dengan mudah memberikan Anda jabatan di perusahaan saya, sehingga Anda tidak menganggur di sini.” Pria itu berkata dengan bangga, ia adalah suami dari salah satu sepupu Nina yang tidak memiliki peranan di Kastil O’Meisceall, ia bisa hadir di acara itu karena sang istri mendapat undangan, sebab ayahnya adalah salah satu sepupu Lord Arthur. “Oh, terima kasih atas penawaran dan kebaikan Anda.” Nathan menjawab sambil tersenyum, meskipun jauh di hatinya ia kesal, karena secara tidak langsung mereka menuduh Nathan menumpang hidup pada keluarga istrinya. Secara kebetulan Aran mendengar pembicaraan lelaki itu, ia merasa berkewajiban meluruskan semuanya. “Haha, apa yang kau tawarkan pada Sir Nathan Wilson tadi?” Aran tertawa sambil mendekati Nathan dan pria tadi, tentu saja tawa Aran itu mengundang perhatian yang lain, sehingga mereka semua menoleh

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 165. Sir Nathan

    “Tan, kamu harus segera kembali ke Philly.” Kakek Wilson meminta Nathan kembali. Nathan tertegun, mengapa kakeknya memintanya kembali. Sang kakek pun menjelaskan kalau ia sudah berunding dengan paman dan tante Nathan akan mengadakan perayaan atas kehamilan Nina. Karena ini adalah cicit pertamanya dan cucu pertama mereka. “Ya ampun aku kira ada apa, Kek.” Nathan tertawa mendengar penjelasan kakeknya. “Tapi maaf kek, aku dan istriku belum bisa kembali dalam waktu dekat ini, karena saat-saat ini adalah saat-saat rawan untuk kehamilan istriku, ia akan kelelahan melakukan penerbangan jauh.” Terdengar helaan napas kakek Wilson. “Apa kondisi Nina kurang bagus?” “Oh, semuanya bagus, kek. Di sini aku tidak perlu khawatir, karena di Kastil ini ada dokter dan perawat keluarga yang mengawasi dengan ketat, termasuk makanan untuk istriku pun dibuat khusus dengan nutrisi yang tepat untuk usia kehamilan istriku. Selain itu, di sini juga aku tidak perlu khawatir ada orang-orang yang berniat tidak b

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 164. Kabar Bahagia

    “Hal penting, hal penting apa Nathany?” tanya Nina bingung.“Sayang, sebulanan ini kita full bercinta, tidak ada libur semalam pun.”“Kamu bosan, Nathany? Atau lelah?” potong Nina cepat, keduanya adalah pasangan muda yang masih sangat bergairah dalam berhubungan intim.Nathan terkekeh mendengar komentar istrinya. “Bagaimana mungkin aku bosan, sayang. Kamu tahu sendiri kan, aku sering minta nambah.”“Hm, terus?” Nina bingung dengan sikap suaminya.“Aku hanya heran untuk bulan ini, buan-bulan sebelumnya aku biasa libur seminggu di awal bulan, menunggu tamu bulananmu selesai, tapi bulan ini ...”“Nathany.” Nina tersentak mendengar suaminya menyinggung soal tamu bulanan, ia segera bangun dan mengambil ponselnya untuk melihat kalender bulanannya.“Ya Tuhan! Nathany!” Nina terpekik seraya menutup mulutnya.“Kenapa, sayang?” Nathan bangun dan ikut tegang.“My Hubby Baby, aku sudah telat 6 hari,” ujar Nina gembira.“Oh, benarkah?” Nathan terkejut, Nina mengangguk sambil menunjukan jadwal kale

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 163. Keajaiban

    “Dad...” Aran bergumam, matanya berkaca-kaca melihat sang ayah terlihat gagah dan sehat. Sungguh suatu keajaiban. Sebelumnya, sang ayah terlihat tak berdaya, jangankan untuk bisa berjalan seperti itu, untuk bangun saja harus dipapah.Lord Arthur tersenyum pada Aran dan Nathan hangat, ia pun menuju kursi tempat duduknya di tengah-tengah, sedangkan Nina duduk di sebelah kanan di dekatnya, Nathan duduk di samping Nina. Aran duduk berseberangan dengan Nina, ia berada di sebelah kiri ayahnya.“Maaf ya kalau kalian lama menunggu, tadi babby Aliceku tertidur,” ucap Lord Arthur tersenyum sambil melihat Nina yang juga tersenyum malu.“Tidak apa-apa, Dad. Aku sangat bahagia melihat kondisi Daddy sekarang, sungguh suatu keajaiban.” Aran berkata dengan antusias.“Itu benar, Aran. Kita akan merayakan kedatangan Lady Maxwell, sekaligus pengukuhan gelarnya dan pencatatan namanya di daftar keluarga Maxwell.”Lord Arthur berkata dengan penuh semangat, ia memerintahkan Fred untuk mempersiapkan segala s

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 162. Cinta sang Ayah

    “Masalahnya, aku curiga dengan istriku, kak.” Nathan berujar sambil menatap kakak iparnya, wajah tampannya terlihat serius. Wajah Aran pun tak kalah serius melihat adik iparnya seperti itu, curiga? Curiga apa?“Maksudnya bagaimana? Curiga sama Alice? Curiga dalam hal apa?”Rentetan pertanyaan meluncur dari mulut bangsawan muda itu. Nathan menghela napas, ia menjelaskan kalau Nina masih muda, energik dan bukan tipikal wanita manja yang suka mengeluh. Sejak kecil, ibunya telah melatihnya untuk bisa mandiri. Ia selalu tahan menghadapi kesulitan apa pun tanpa pernah mengeluh. Kalau hanya naik turun tangga, itu bukan hal yang bisa membuatnya mengeluh.Dari semenjak Nathan mengenal Nina, tidak pernah wanita itu mengeluh hal apa pun padanya, mereka memang suka mendiskusikan berbagai hal, namun bukan sebagai keluhan. Namun, Nathan ingat, Nina pernah mengeluh sering lelah, gampang merasa capek dan inginnya bermalas-malasan di kamar. Dan itu terjadi beberapa hari sebelum insiden penabrakan terj

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 161. Baby Alice

    Nina dan Nathan tertegun, berita penting? Berita penting apa? Bukankah jamuan makan malam masih akan berlangsung satu jam lagi? Nina dan Nathan segera menemui tuan Fred, lelaki itu diutus secara pribadi oleh Lord Arthur untuk menjemput Nina ke ruangan pribadinya. Nina tertegun, jantungnya berdetak tak menentu, hal yang telah lama ia nanti-nantikan, bertemu langsung dengan sang ayah sebagai anak dan ayah. Nathan bisa merasakan kegelisahan sang istri, ia menepuk bahu Nina dengan lembut, lalu menggenggam erat tangan Nina yang mulai terasa dingin. Nathan mengangguk sambil tersenyum untuk memberikan dukungan. “Ayo sayang, ini waktu yang sekian lama kamu tunggu-tunggu. Aku akan menggendongmu sampai ke bawah.” Nathan mengelus sang istri dengan lembut, Nina mengangguk, support dari sang suami telah membuatnya tenang. Nathan menggendong Nina menuruni anak tangga, meskipun Nina menolak namun Nathan langsung membopong sang istri. “Silahkan sayang, aku akan menungggumu di depan paviliun ini s

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 160. Kesan Pertama Melihat Ayah

    Tiba-tiba, Nina merapatkan tubuh pada suaminya. “Nathany, apa aku bermimpi?” bisik Nina. “Kenapa, sayang?” balas Nathan heran. “Bangunan di depan kita ini seperti ilustrasi di cerita-cerita dongeng.” Nina menatap bangunan tinggi yang berdiri di hadapannya, ada beberapa menara menjulang di tiga sisi. Cahaya terpancar dari setiap jendela yang terlihat di keseluruhan bangunan yang terbuat dari batu alam yang kokoh itu. “Namanya kastil-kastil kuno Eropa ya begini, sayang. Para illustrator kan membuat gambar berdasarkan gambaran real yang pernah ada, lalu mereka menambahkan imajinasi untuk memperkaya kreasi mereka.” Nathan menjelaskan sambil ikut menatap bangunan kuno namun megah itu. “Lho kalian kenapa berdiri di sini?” Aran menghampiri mereka yang masih belum beranjak, padahal kendaraan yang mengantar mereka sudah pergi. “Kami takjub dengan pemandangan kastil ini, kak. Benar kan, sayang?” Nathan menjawab yang ditimpali dengan anggukan Nina. “Sepertinya, usia kastil ini sudah cukup t

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 159. Bertemu Ayah

    “Takut? Takut kenapa, my love?” Nathan tertegun, ia menatap sang istri, dan terlihat kegugupan di wajah cantik itu. “Bukankah ini adalah saat-saat yang sudah lama kamu nantikan, bertemu dengan ayah kandungmu.” “Benar Nathany, aku memang sangat merindukan Daddy, tapi aku bingung apa yang harus aku lakukan nanti, apa yang harus aku katakan? Aku takut nanti malah menjadi asing dengan ayahku sendiri.” Nina menghela napas pelan, pertanyaan demi pertanyaan melintas di pikirannya. “Kamu tahu kan, Nathany. Aku tidak pernah merasakan bagaimana rasanya pelukan seorang ayah, aku tidak tahu bagaimana cara menghadapi dan berbakti pada seorang ayah.” Nathan terdiam mendengar ucapan istrinya, bagaimanapun ia lebih beruntung dari Nina karena selama delapan belas tahun Nathan hidup dalam kasih sayang kedua orang tua lengkap, jadi ia bisa merasakan kasih sayang seorang ayah. Sedangkan Nina, ayahnya meninggalkannya saat ia baru berumur 1 tahun, belum ada memory yang tertinggal di ingatannya tentang sa

  • Gairah Tersembunyi Bos Killer   Bab 158. Persiapan Bertemu Ayah

    “Will, lihat itu!” tukas tuan Carter, matanya tak lepas dari sepasang anak muda yang sedang berdansa diantara pasangan-pasangan lainnya. Kakek Wilson pun mengikuti arah tatapan sahabatnya, kakek Nathan itu tertegun.“Christy? Siapa anak muda itu? Apa mungkin teman kuliahnya?” gumam kakek Wilson.“Itu cucu perempuanmu kan, Will?” tanya tuan Carter memastikan, kakek Wilson mengangguk.“Kamu tahu siapa pemuda yang sedang berdansa dengan cucumu?” tanya tuan Carter lagi, ada riak kegembiraan di wajahnya, sedangkan kakek Wilson hanya mengedikkan bahu.“Itu Bob, cucukku,” jawab tuan Carter sambil tersenyum.“Oh, itu yang namanya Bob?”“Yeah, benar Will. Aku memang belum sempat mengenalkan padamu, selama ini dia sibuk belajar di luar negeri, pas kembali langsung aku suruh memegang perusahaan dibawah bimbingan Nathan.”Kakek Wilson manggut-manggut, tapi bagaimana keduanya bisa saling mengenal dan terlihat langsung akrab begitu? Kedua kakek itu pun heran. Dulu mereka susah payah untuk menyatuka

DMCA.com Protection Status