“Nathan, kalau kau tarik perempuan ini, maka beling tajam ini akan mengoyak lehernya, aku pastikan dia akan segera sampai ke neraka, hahaha.” Rebecca tertawa terbahak-bahak, sedangkan Nathan diam mematung, ia melihat wajah Nina pucat, sangat ketakutan. Wajah Nathan menegang, Rebecca benar-benar sudah kehilangan kewarasannya. Ia bahkan tidak menghiraukan darah yang keluar dari kaki telanjangnya yang terkena serpihan beling. Suasana menjadi sangat tegang, seluruh yang hadir seakan menahan napas. Beling yang ditempelkan Rebecca tepat di urat leher Nina itu sangat tajam, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Begitupun dengan orang-orangnya Tom, Bill dan Emmy, mereka harus benar-benar berhati-hati menghadapi orang yang kalap seperti Rebecca, karena ia akan benar-benar menyakiti bahkan membunuh Nina. “Nona, tolong lepaskan istriku,” pinta Nathan, suaranya bergetar. “Apa yang Anda inginkan?” “Nona-nona, apa kau lupa bagaimana memanggilku? Apa kau lupa namaku?” “Nona Rebecca, aku mohon
“Mike, jangan-jangan...” Laura tidak melanjutkan kalimatnya, ia sangat cemas. “Jangan-jangan kenapa, Ra?” desak Mike. “Jangan-jangan Richard menculik Victoria,” jawab Laura lirih. Mike menghela napas, “kita tunggu saja Mr.Tom.” Tidak menungu lama, Mr. Tom muncul, ia menjelaskan anak buahnya kehilangan jejak Richard. Terakhir terlihat Richard menyamar sebagai waiter dan menemui Rebecca, Richard juga yang memadamkan lampu, lalu masuk ke ruang monitor. Namun ketika beberapa anak buah Tom masuk ke ruang monitor, Richard menghilang. Sepertinya ia bersembunyi. “Pada saat insiden Rebecca menyandera Nina, apakah ada yang melihat Richard?” tanya Mike, yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Tom. “Ada dua kemungkinan, pertama Richard bersembunyi. Dan kedua ia sudah pergi.” Mike menganalisa. “Saya akan bekerjasama dengan pihak veneu, untuk membuka rekaman CCTV.” “OK Mr. Tom. Kalau begitu kami akan ke rumah sakit untuk menemui Nathan dan melihat kondisi Nina.” Mike dan Laura segera mening
“Emmy, Bill. Ada apa?” tanya Mike kebingungan. Bill menjelaskan bahwa di data itu terekam tempat-tempat Richard melakukan transaksi. Bukan hanya prostitusi tapi juga terlibat ke dalam jaringan obat-batan terlarang. “Tapi mengapa bisa terekam ke dalam data Victoria? Apa Victoria juga ke sana?” “Ada kemungkinan, Richard akan menjadikan Victoria sebagai manager bisnisnya, karena dia tahu latar belakang Victoria, sebelumnya ia adalah salah seorang manager handal di Wils.” Saat itu, Tom dan Nathan juga bergabung, mereka pindah ke sebuah ruangan khusus yang di sewa Nathan. Bill membeberkan data-data yang terekam di chip itu, sedangkan Tom melaporkaan hasil pemeriksaan CCTV di setiap sudut, dan terlihat seseorang menyeret paksa Victoria, masuk ke dalam mobil, dan dugaan besar yang melakukan adalah Richard. Emmy segera membuka ponselnya yang terhubung dengan ponsel Victoria, sedangkan Bill memasang headphone untuk merekam sekaligus melacak titik lokasi. Sementara itu, Richard membawa Vict
"Nathany, kakak, ada apa?" tanya Nina bingung, melihat suami dan kakaknya seperti menyembunyikan sesuatu. “Tidak apa-apa, sayang. Yang tadi berteriak untuk mengalihkan perhatian perempuan gila itu adalah Victoria.” Nathan menjelaskan. Nina sangat senang, ia harus berterima kasih pada Victoria. “Ra, besok temani Victoria ke mari, ya. Aku mau berterima kasih secara langsung padanya,” ucap Nina sambil tersenyum, dugaannya tidak salah, Victoria memang bisa dipercaya. “OK, Nin. Tapi ...” Laura berkata dengan ragu, ia menatap Mike dan Nathan, bingung bagaimana harus menjelaskan pada Nina. “Tapi kenapa, Ra?” potong Nina. Laura tidak menjawab, ia bingung. “Ada apa sebenarnya?” tanya Nina semakin penasaran, “mengapa kalian seperti menyembunyikan sesuatu?” Nina segera menatap Nathan. “Nathany, ada apa?” cecar Nina. Nathan menghela napas panjang sebelum akhirnya menjawab pertanyaan istrinya, ia harus menceritakan semuanya. “Sayang, sesuatu yang buruk menimpa Victoria.” Nathan berkata pelan
Dear Reader, Pada bab 137 ada kesalahan penulisan nama tokoh, Author sudah merevisinya namun masih dalam peninjauan. Untuk itu, Author mohon maaf yang sebesar-besarnya. Pada kesempatan ini juga, Author ingin mengucapkan: "Selamat Hari Raya Idul Fitri" untuk reader yang merayakan, "Mohon maaf lahir dan bathin." Dan "Selamat berlibur" bagi reader yang tidak merayakan. Semoga kita semua senantiasa selalu dalam kebaikan dan kebahagiaan. Jangan lupa untuk selalu menebar cinta, kasih sayang dan kebaikan untuk sesama. Karena dengan cinta, hidup akan terasa indah. Dengan cinta, perbedaan akan menjadi warna indah yang semakin menambah semaraknya suasana. Dan dengan cinta, hidup akan menjadi lebih bermakna. Jangan pernah lelah menebarkan kasih sayang pada sesama, demi dunia yang lebih damai dan indah. You mean so much for me Salam hangat penuh cinta untuk kalian semua *Elhawra*
“Apa?!” teriak Richard. “Bodoh, segitu saja kalian nggak bisa nangani.” Richard sangat murka, dia memaki-maki.“Ada apa Richard?” tanya laki-laki yang dipanggil big bos itu.“Ada penyusup yang membebaskan tawanan saya.” Richard menjawab dengan emosi.“Di gudang barumu itu?” tanya laki-laki itu lagi, Richard mengangguk.“Lalu bagaimana dengan barang-barang penting dan aset kita?”“Sepertinya mereka hanya menginginkan tawanan itu.” Richard mencoba meyakinkan.“Saya tidak mau tahu soal tawananmu itu, sekarang segera pindahkan barang-barang penting dari sana, karena tempat itu sudah tidak aman.” Lelaki itu segera memberikan intruksi.“Baik bos, akan saya bereskan malam ini juga.”Sementara itu, Emmy dan Bill telah tiba di rumah sakit. Emmy yang mengurus pengobatan Victoria, sedangkan Bill melapor pada Nathan.Nathan segera memberitahu Nina dan yang lainnya, kini semua bisa bernapas lega. Namun masih ada kekhawatiran di hati Nathan, karena Richard masih bebas berkeliaran, sedangkan kebenc
“Maksud bapak?” Bob terkejut, ada kekhawatiran menyeruak di hatinya, demi melihat sikap Nathan yang biasanya hangat kini menjadi dingin dan serius. Ini mesti berkaitan dengan Rebecca.Bob benar-benar sial, ia sama sekali tidak tahu siapa Rebecca, sebelumnya wanita itu terlihat sangat baik dan manis, hingga ia jatuh hati padanya, namun ternyata wanita itu hanya memanfaatkannya. Meskipun sebenarnya ia masih penasaran mengenai hubungan Rebecca dan Nathan di masa lalu, namun sedikit banyak ia bisa meraba, kalau Rebecca tergila-gila pada Nathan.Nathan menghela napas, ia menatap Bob dengan tatapan yang membuat Bob tidak bisa berkutik.“Sebelum aku menerimamu, aku telah mengajukan beberapa persyaratan pada tuan Carter, apa kakekmu tidak memberitahumu?”“I-iya, Pak. Kakek sudah memberitahukan semuanya.”“Oke, coba kau ingat, adakah belakangan ini yang kau langgar salah satunya?”Bob terdiam, ia mencoba mengingat kembali semua pesan kakeknya, tiba-tiba wajah cucu tuan Carter itu menjadi pucat
“Terkait Nathan? Masalah apa, Bob?” Mike bertanya dengan bingung. Bob menghela napas panjang, ia pun kembali mengungkit tentang insiden di acara malam itu, dimana Rebecca dengan kalut menyandera Nina dan menuntut nathan melakukan sesuatu yang menurutnya aneh.Karena terlihat jelas, sepertinya Rebecca sangat mengenal Nathan, ia juga menyebut Sonya. Bob ingin mengklarifikasi hal itu pada Sonya, seperti yang dikatakan Rebecca, namun ia khawatir Sonya akan memanipulasi, Bob tidak mau melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kali, ditipu dan dimanfaakan oleh kakaknya sendiri.Mike menghela napas, semula ia tidak ingin menceritakan hal itu karena terkait masa lalu Nathan, namun ia kembali mempertimbangkan kekhawatiran Bob. Sonya memang sangat licik, dia tidak akan peduli pada hubungan keluarga, baginya yang terpenting adalah kesenangannya sendiri.Akhirnya Mike pun menceritakan semua tentang Rebecca, Sonya dan Nathan. Tentang kontrak pernikahan dengan Sonya yang sudah berakhir, Bob menyela
Nathan tertegun, “Maaf, maksudnya bagaimana?” “Begini, Sir. Saya adalah president direktur di salah satu perusahaan di Belfast, jadi saya bisa dengan mudah memberikan Anda jabatan di perusahaan saya, sehingga Anda tidak menganggur di sini.” Pria itu berkata dengan bangga, ia adalah suami dari salah satu sepupu Nina yang tidak memiliki peranan di Kastil O’Meisceall, ia bisa hadir di acara itu karena sang istri mendapat undangan, sebab ayahnya adalah salah satu sepupu Lord Arthur. “Oh, terima kasih atas penawaran dan kebaikan Anda.” Nathan menjawab sambil tersenyum, meskipun jauh di hatinya ia kesal, karena secara tidak langsung mereka menuduh Nathan menumpang hidup pada keluarga istrinya. Secara kebetulan Aran mendengar pembicaraan lelaki itu, ia merasa berkewajiban meluruskan semuanya. “Haha, apa yang kau tawarkan pada Sir Nathan Wilson tadi?” Aran tertawa sambil mendekati Nathan dan pria tadi, tentu saja tawa Aran itu mengundang perhatian yang lain, sehingga mereka semua menoleh
“Tan, kamu harus segera kembali ke Philly.” Kakek Wilson meminta Nathan kembali. Nathan tertegun, mengapa kakeknya memintanya kembali. Sang kakek pun menjelaskan kalau ia sudah berunding dengan paman dan tante Nathan akan mengadakan perayaan atas kehamilan Nina. Karena ini adalah cicit pertamanya dan cucu pertama mereka. “Ya ampun aku kira ada apa, Kek.” Nathan tertawa mendengar penjelasan kakeknya. “Tapi maaf kek, aku dan istriku belum bisa kembali dalam waktu dekat ini, karena saat-saat ini adalah saat-saat rawan untuk kehamilan istriku, ia akan kelelahan melakukan penerbangan jauh.” Terdengar helaan napas kakek Wilson. “Apa kondisi Nina kurang bagus?” “Oh, semuanya bagus, kek. Di sini aku tidak perlu khawatir, karena di Kastil ini ada dokter dan perawat keluarga yang mengawasi dengan ketat, termasuk makanan untuk istriku pun dibuat khusus dengan nutrisi yang tepat untuk usia kehamilan istriku. Selain itu, di sini juga aku tidak perlu khawatir ada orang-orang yang berniat tidak b
“Hal penting, hal penting apa Nathany?” tanya Nina bingung.“Sayang, sebulanan ini kita full bercinta, tidak ada libur semalam pun.”“Kamu bosan, Nathany? Atau lelah?” potong Nina cepat, keduanya adalah pasangan muda yang masih sangat bergairah dalam berhubungan intim.Nathan terkekeh mendengar komentar istrinya. “Bagaimana mungkin aku bosan, sayang. Kamu tahu sendiri kan, aku sering minta nambah.”“Hm, terus?” Nina bingung dengan sikap suaminya.“Aku hanya heran untuk bulan ini, buan-bulan sebelumnya aku biasa libur seminggu di awal bulan, menunggu tamu bulananmu selesai, tapi bulan ini ...”“Nathany.” Nina tersentak mendengar suaminya menyinggung soal tamu bulanan, ia segera bangun dan mengambil ponselnya untuk melihat kalender bulanannya.“Ya Tuhan! Nathany!” Nina terpekik seraya menutup mulutnya.“Kenapa, sayang?” Nathan bangun dan ikut tegang.“My Hubby Baby, aku sudah telat 6 hari,” ujar Nina gembira.“Oh, benarkah?” Nathan terkejut, Nina mengangguk sambil menunjukan jadwal kale
“Dad...” Aran bergumam, matanya berkaca-kaca melihat sang ayah terlihat gagah dan sehat. Sungguh suatu keajaiban. Sebelumnya, sang ayah terlihat tak berdaya, jangankan untuk bisa berjalan seperti itu, untuk bangun saja harus dipapah.Lord Arthur tersenyum pada Aran dan Nathan hangat, ia pun menuju kursi tempat duduknya di tengah-tengah, sedangkan Nina duduk di sebelah kanan di dekatnya, Nathan duduk di samping Nina. Aran duduk berseberangan dengan Nina, ia berada di sebelah kiri ayahnya.“Maaf ya kalau kalian lama menunggu, tadi babby Aliceku tertidur,” ucap Lord Arthur tersenyum sambil melihat Nina yang juga tersenyum malu.“Tidak apa-apa, Dad. Aku sangat bahagia melihat kondisi Daddy sekarang, sungguh suatu keajaiban.” Aran berkata dengan antusias.“Itu benar, Aran. Kita akan merayakan kedatangan Lady Maxwell, sekaligus pengukuhan gelarnya dan pencatatan namanya di daftar keluarga Maxwell.”Lord Arthur berkata dengan penuh semangat, ia memerintahkan Fred untuk mempersiapkan segala s
“Masalahnya, aku curiga dengan istriku, kak.” Nathan berujar sambil menatap kakak iparnya, wajah tampannya terlihat serius. Wajah Aran pun tak kalah serius melihat adik iparnya seperti itu, curiga? Curiga apa?“Maksudnya bagaimana? Curiga sama Alice? Curiga dalam hal apa?”Rentetan pertanyaan meluncur dari mulut bangsawan muda itu. Nathan menghela napas, ia menjelaskan kalau Nina masih muda, energik dan bukan tipikal wanita manja yang suka mengeluh. Sejak kecil, ibunya telah melatihnya untuk bisa mandiri. Ia selalu tahan menghadapi kesulitan apa pun tanpa pernah mengeluh. Kalau hanya naik turun tangga, itu bukan hal yang bisa membuatnya mengeluh.Dari semenjak Nathan mengenal Nina, tidak pernah wanita itu mengeluh hal apa pun padanya, mereka memang suka mendiskusikan berbagai hal, namun bukan sebagai keluhan. Namun, Nathan ingat, Nina pernah mengeluh sering lelah, gampang merasa capek dan inginnya bermalas-malasan di kamar. Dan itu terjadi beberapa hari sebelum insiden penabrakan terj
Nina dan Nathan tertegun, berita penting? Berita penting apa? Bukankah jamuan makan malam masih akan berlangsung satu jam lagi? Nina dan Nathan segera menemui tuan Fred, lelaki itu diutus secara pribadi oleh Lord Arthur untuk menjemput Nina ke ruangan pribadinya. Nina tertegun, jantungnya berdetak tak menentu, hal yang telah lama ia nanti-nantikan, bertemu langsung dengan sang ayah sebagai anak dan ayah. Nathan bisa merasakan kegelisahan sang istri, ia menepuk bahu Nina dengan lembut, lalu menggenggam erat tangan Nina yang mulai terasa dingin. Nathan mengangguk sambil tersenyum untuk memberikan dukungan. “Ayo sayang, ini waktu yang sekian lama kamu tunggu-tunggu. Aku akan menggendongmu sampai ke bawah.” Nathan mengelus sang istri dengan lembut, Nina mengangguk, support dari sang suami telah membuatnya tenang. Nathan menggendong Nina menuruni anak tangga, meskipun Nina menolak namun Nathan langsung membopong sang istri. “Silahkan sayang, aku akan menungggumu di depan paviliun ini s
Tiba-tiba, Nina merapatkan tubuh pada suaminya. “Nathany, apa aku bermimpi?” bisik Nina. “Kenapa, sayang?” balas Nathan heran. “Bangunan di depan kita ini seperti ilustrasi di cerita-cerita dongeng.” Nina menatap bangunan tinggi yang berdiri di hadapannya, ada beberapa menara menjulang di tiga sisi. Cahaya terpancar dari setiap jendela yang terlihat di keseluruhan bangunan yang terbuat dari batu alam yang kokoh itu. “Namanya kastil-kastil kuno Eropa ya begini, sayang. Para illustrator kan membuat gambar berdasarkan gambaran real yang pernah ada, lalu mereka menambahkan imajinasi untuk memperkaya kreasi mereka.” Nathan menjelaskan sambil ikut menatap bangunan kuno namun megah itu. “Lho kalian kenapa berdiri di sini?” Aran menghampiri mereka yang masih belum beranjak, padahal kendaraan yang mengantar mereka sudah pergi. “Kami takjub dengan pemandangan kastil ini, kak. Benar kan, sayang?” Nathan menjawab yang ditimpali dengan anggukan Nina. “Sepertinya, usia kastil ini sudah cukup t
“Takut? Takut kenapa, my love?” Nathan tertegun, ia menatap sang istri, dan terlihat kegugupan di wajah cantik itu. “Bukankah ini adalah saat-saat yang sudah lama kamu nantikan, bertemu dengan ayah kandungmu.” “Benar Nathany, aku memang sangat merindukan Daddy, tapi aku bingung apa yang harus aku lakukan nanti, apa yang harus aku katakan? Aku takut nanti malah menjadi asing dengan ayahku sendiri.” Nina menghela napas pelan, pertanyaan demi pertanyaan melintas di pikirannya. “Kamu tahu kan, Nathany. Aku tidak pernah merasakan bagaimana rasanya pelukan seorang ayah, aku tidak tahu bagaimana cara menghadapi dan berbakti pada seorang ayah.” Nathan terdiam mendengar ucapan istrinya, bagaimanapun ia lebih beruntung dari Nina karena selama delapan belas tahun Nathan hidup dalam kasih sayang kedua orang tua lengkap, jadi ia bisa merasakan kasih sayang seorang ayah. Sedangkan Nina, ayahnya meninggalkannya saat ia baru berumur 1 tahun, belum ada memory yang tertinggal di ingatannya tentang sa
“Will, lihat itu!” tukas tuan Carter, matanya tak lepas dari sepasang anak muda yang sedang berdansa diantara pasangan-pasangan lainnya. Kakek Wilson pun mengikuti arah tatapan sahabatnya, kakek Nathan itu tertegun.“Christy? Siapa anak muda itu? Apa mungkin teman kuliahnya?” gumam kakek Wilson.“Itu cucu perempuanmu kan, Will?” tanya tuan Carter memastikan, kakek Wilson mengangguk.“Kamu tahu siapa pemuda yang sedang berdansa dengan cucumu?” tanya tuan Carter lagi, ada riak kegembiraan di wajahnya, sedangkan kakek Wilson hanya mengedikkan bahu.“Itu Bob, cucukku,” jawab tuan Carter sambil tersenyum.“Oh, itu yang namanya Bob?”“Yeah, benar Will. Aku memang belum sempat mengenalkan padamu, selama ini dia sibuk belajar di luar negeri, pas kembali langsung aku suruh memegang perusahaan dibawah bimbingan Nathan.”Kakek Wilson manggut-manggut, tapi bagaimana keduanya bisa saling mengenal dan terlihat langsung akrab begitu? Kedua kakek itu pun heran. Dulu mereka susah payah untuk menyatuka