Dear Reader,
Pada bab 137 ada kesalahan penulisan nama tokoh, Author sudah merevisinya namun masih dalam peninjauan. Untuk itu, Author mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Pada kesempatan ini juga, Author ingin mengucapkan: "Selamat Hari Raya Idul Fitri" untuk reader yang merayakan, "Mohon maaf lahir dan bathin." Dan "Selamat berlibur" bagi reader yang tidak merayakan.
Semoga kita semua senantiasa selalu dalam kebaikan dan kebahagiaan. Jangan lupa untuk selalu menebar cinta, kasih sayang dan kebaikan untuk sesama.
Karena dengan cinta, hidup akan terasa indah.
Dengan cinta, perbedaan akan menjadi warna indah yang semakin menambah semaraknya suasana.
Dan dengan cinta, hidup akan menjadi lebih bermakna.
Jangan pernah lelah menebarkan kasih sayang pada sesama, demi dunia yang lebih damai dan indah.
You mean so much for me
Salam hangat penuh cinta untuk kalian semua
*Elhawra*
“Apa?!” teriak Richard. “Bodoh, segitu saja kalian nggak bisa nangani.” Richard sangat murka, dia memaki-maki.“Ada apa Richard?” tanya laki-laki yang dipanggil big bos itu.“Ada penyusup yang membebaskan tawanan saya.” Richard menjawab dengan emosi.“Di gudang barumu itu?” tanya laki-laki itu lagi, Richard mengangguk.“Lalu bagaimana dengan barang-barang penting dan aset kita?”“Sepertinya mereka hanya menginginkan tawanan itu.” Richard mencoba meyakinkan.“Saya tidak mau tahu soal tawananmu itu, sekarang segera pindahkan barang-barang penting dari sana, karena tempat itu sudah tidak aman.” Lelaki itu segera memberikan intruksi.“Baik bos, akan saya bereskan malam ini juga.”Sementara itu, Emmy dan Bill telah tiba di rumah sakit. Emmy yang mengurus pengobatan Victoria, sedangkan Bill melapor pada Nathan.Nathan segera memberitahu Nina dan yang lainnya, kini semua bisa bernapas lega. Namun masih ada kekhawatiran di hati Nathan, karena Richard masih bebas berkeliaran, sedangkan kebenc
“Maksud bapak?” Bob terkejut, ada kekhawatiran menyeruak di hatinya, demi melihat sikap Nathan yang biasanya hangat kini menjadi dingin dan serius. Ini mesti berkaitan dengan Rebecca.Bob benar-benar sial, ia sama sekali tidak tahu siapa Rebecca, sebelumnya wanita itu terlihat sangat baik dan manis, hingga ia jatuh hati padanya, namun ternyata wanita itu hanya memanfaatkannya. Meskipun sebenarnya ia masih penasaran mengenai hubungan Rebecca dan Nathan di masa lalu, namun sedikit banyak ia bisa meraba, kalau Rebecca tergila-gila pada Nathan.Nathan menghela napas, ia menatap Bob dengan tatapan yang membuat Bob tidak bisa berkutik.“Sebelum aku menerimamu, aku telah mengajukan beberapa persyaratan pada tuan Carter, apa kakekmu tidak memberitahumu?”“I-iya, Pak. Kakek sudah memberitahukan semuanya.”“Oke, coba kau ingat, adakah belakangan ini yang kau langgar salah satunya?”Bob terdiam, ia mencoba mengingat kembali semua pesan kakeknya, tiba-tiba wajah cucu tuan Carter itu menjadi pucat
“Terkait Nathan? Masalah apa, Bob?” Mike bertanya dengan bingung. Bob menghela napas panjang, ia pun kembali mengungkit tentang insiden di acara malam itu, dimana Rebecca dengan kalut menyandera Nina dan menuntut nathan melakukan sesuatu yang menurutnya aneh.Karena terlihat jelas, sepertinya Rebecca sangat mengenal Nathan, ia juga menyebut Sonya. Bob ingin mengklarifikasi hal itu pada Sonya, seperti yang dikatakan Rebecca, namun ia khawatir Sonya akan memanipulasi, Bob tidak mau melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kali, ditipu dan dimanfaakan oleh kakaknya sendiri.Mike menghela napas, semula ia tidak ingin menceritakan hal itu karena terkait masa lalu Nathan, namun ia kembali mempertimbangkan kekhawatiran Bob. Sonya memang sangat licik, dia tidak akan peduli pada hubungan keluarga, baginya yang terpenting adalah kesenangannya sendiri.Akhirnya Mike pun menceritakan semua tentang Rebecca, Sonya dan Nathan. Tentang kontrak pernikahan dengan Sonya yang sudah berakhir, Bob menyela
“Apa?” Sonya tertegun. Itu adalah kartu yang diberikan Bob, apa mungkin anak itu juga memblokirnya? Namun belajar dari pengalaman sebelumnya, Sonya tak ingin dipermalukan lagi, maka ia mulai menyimpan uangnya sendiri yang bisa ia gunakan saat fasilitas yang diberikan orang lain diambil darinya. Sonya segera mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan kartu miliknya pada petugas kasier, setelah menyelesaikan pembayaran belanjaannya Sonya memutuskan untuk mencari Bob, ia harus mengklarifikasi anak itu, mengapa kartunya diblokir. Sonya segera menuju kantor Bob, karena ia yakin anak itu masih berada di kantornya. Semenjak sang kakek menitipkan Bob pada Nathan untuk belajar bisnis, maka sikap anak itu tidak jauh berbeda dari sang senior, gila kerja. Sonya tertegun ketika ia tiba di kantor Cart, perusahaan yang didirikan okeh kakeknya. Dulu, ia tidak asing dengan tempat ini, karena ia pernah berkantor di sini sebagai CEO Cart. Sayangnya, kelakuan Sonya yang buruk membuat tuan Carter menarik ke
“Apa maksudmu, Bob?” Sonya bertanya ditengah keterkejutannya, ia sama sekali tidak menyangka kalau adiknya akan berkata begitu. Bagaimanapun, sejak kecil hubungan keduanya cukup baik, meskipun mereka berbeda ibu. Dibalik sifat buruknya, sesungguhnya Sonya sangat menyayangi adiknya, ia selalu berusaha melindungi dan membela Bob, manakala ibunya menghardik anak tirinya itu. Begitupun dengan Bob, ia sangat menghormati dan menyayangi Sonya, tidak pernah sekalipun Bob membantah Sonya, ia sangat penurut dan bersikap lembut pada kakaknya. Ini adalah pertama kalinya Sonya melihat Bob bersikap seperti itu, itu sebabnya ia seolah tak percaya kalau lelaki yang berdiri itu adalah Bob, adiknya. “Apa kau sudah tidak menganggap aku sebagai kakakmu, hah? Apakah ini juga ajaran si Brengsek Nathan?” “Cukup Sonya!” bentak Bob. “Jangan selalu menyalahkan orang lain, tapi tanya dirimu sendiri, apakah kau masih pantas menjadi seorang kakak?” Sonya tertegun, ia benar-benar tidak mengerti arah pembicara
“Siapa kalian?!” tanya Emmy dengan suara yang tegas dan tajam, namun dengan volume yang rendah, hal itu agar tidak menimbulkan kepanikan orang-orang di sekitar mereka.“Tenang Nona, simpan senjatamu, kami bukan musuh.” Lelaki itu menjawab, juga dengan suara yang hanya terdengar oleh mereka berdua.“Lalu siapa kalian, dan mengapa mengikuti kami?” Emmy masih dalam posisi dan sikap semula, ia masih menodongkan senjatanya di tubuh lelaki tadi, sebelum ia mendapatkan kepastian, ia tidak akan melepaskannya.“Kami adalah bodyguard yang ditugaskan untuk mengawal Nyonya Nathan.”“Siapa yang menyewa kalian?”“Tuan Nathan wilson sendiri,” jawab lelaki itu.“Shit!”Emmy segera menyimpan senjatanya lalu bergerak cepat dan kembali berada di samping Nina. Lelaki yang tadi ditodong Emmy termangu, wanita yang menjadi asisten Nyonya Nathan itu ternyata bukan asisten biasa, gerakannya sangat cepat, dan tingkat kewaspadaannya sangat tinggi, tapi mengapa tuan Nathan masih menyewa bodyguard lagi? Bukankah
“Nathany, bukankah itu ...” Nina tertegun, tatapannya tertuju pada seorang wanita yang berada tidak jauh dari mereka. Nathan mengikuti arah tatapan mata istrinya, ia tersenyum.“Biarkan saja, sayang. Mungkin dia sedang menunggu pelanggannya.” “Nathany, apa mungkin Richard juga ada di sini? Bukankah Sonya itu berkaitan dengan Richard?”“Bisa jadi, yang pasti orang itu tidak akan muncul terang-terangan karena dia sekarang adalah buronan polisi.”“Apa mungkin Sonya akan ke Philly juga, Nathany? Karena sepertinya dia akan Take Off juga.”“Itu juga masuk akal, karena keluarganya ada di Philly. Tapi sayang tenang saja, karena kita tidak akan naik pesawat komersial.” Nathan menenangkan Nina yang terlihat sedikit khawatir. “Emmy, lain kali jangan sewa private jet dari bandara ini.”“Siap, bos!” jawab Emmy sigap. Sebelumnya ia selalu menyewa di bandara khusus, namun karena jadwal di sana full jadi ia mengambil sewa di bandara umum itu. Nathan dan rombongannya segera melangkah menuju terminal
“Kecuali satu orang? Maksudnya bagaimana, kek?” tanya Nathan, saat itu Nathan berdiskusi hanya berdua dengan sang kakek, sedangkan Nina sedang bersama dengan Christy dan ibunya, mereka berencana akan masak bareng untuk makan malam, oleh sebab itu Christy dan ibunya langsung membawa Nina pergi berbelanja.Kakek Wilson menghela napas pelan, “Carter sudah menceritakan semuanya, ia sangat sedih dan marah kepada Sonya. Carter sudah kehabisan cara untuk membuat Sonya berubah, oleh karena itu dia memutuskan untuk mencoret nama Sonya dari daftar ahli warisnya, ia juga melarang Sonya menggunakan nama Carter di belakang namanya.”“Hmm, pantas tadi di bandara dia marah-marah seperti orang gila,” timpal Nathan.“Di bandara? Apa kamu dan istrimu bertemu Sonya?”“Yeah, dia marah-marah dan menuduh aku mempengaruhi Bob bersikap kurang ajar pada kakaknya.”“Hmm, kamu sih Tan nggak mau dengar kakekmu ini, coba kalau kamu punya unit private jet sendiri, nggak akan seperti itu, kan? Kasihan istrimu, Nina
Nathan tertegun, “Maaf, maksudnya bagaimana?” “Begini, Sir. Saya adalah president direktur di salah satu perusahaan di Belfast, jadi saya bisa dengan mudah memberikan Anda jabatan di perusahaan saya, sehingga Anda tidak menganggur di sini.” Pria itu berkata dengan bangga, ia adalah suami dari salah satu sepupu Nina yang tidak memiliki peranan di Kastil O’Meisceall, ia bisa hadir di acara itu karena sang istri mendapat undangan, sebab ayahnya adalah salah satu sepupu Lord Arthur. “Oh, terima kasih atas penawaran dan kebaikan Anda.” Nathan menjawab sambil tersenyum, meskipun jauh di hatinya ia kesal, karena secara tidak langsung mereka menuduh Nathan menumpang hidup pada keluarga istrinya. Secara kebetulan Aran mendengar pembicaraan lelaki itu, ia merasa berkewajiban meluruskan semuanya. “Haha, apa yang kau tawarkan pada Sir Nathan Wilson tadi?” Aran tertawa sambil mendekati Nathan dan pria tadi, tentu saja tawa Aran itu mengundang perhatian yang lain, sehingga mereka semua menoleh
“Tan, kamu harus segera kembali ke Philly.” Kakek Wilson meminta Nathan kembali. Nathan tertegun, mengapa kakeknya memintanya kembali. Sang kakek pun menjelaskan kalau ia sudah berunding dengan paman dan tante Nathan akan mengadakan perayaan atas kehamilan Nina. Karena ini adalah cicit pertamanya dan cucu pertama mereka. “Ya ampun aku kira ada apa, Kek.” Nathan tertawa mendengar penjelasan kakeknya. “Tapi maaf kek, aku dan istriku belum bisa kembali dalam waktu dekat ini, karena saat-saat ini adalah saat-saat rawan untuk kehamilan istriku, ia akan kelelahan melakukan penerbangan jauh.” Terdengar helaan napas kakek Wilson. “Apa kondisi Nina kurang bagus?” “Oh, semuanya bagus, kek. Di sini aku tidak perlu khawatir, karena di Kastil ini ada dokter dan perawat keluarga yang mengawasi dengan ketat, termasuk makanan untuk istriku pun dibuat khusus dengan nutrisi yang tepat untuk usia kehamilan istriku. Selain itu, di sini juga aku tidak perlu khawatir ada orang-orang yang berniat tidak b
“Hal penting, hal penting apa Nathany?” tanya Nina bingung.“Sayang, sebulanan ini kita full bercinta, tidak ada libur semalam pun.”“Kamu bosan, Nathany? Atau lelah?” potong Nina cepat, keduanya adalah pasangan muda yang masih sangat bergairah dalam berhubungan intim.Nathan terkekeh mendengar komentar istrinya. “Bagaimana mungkin aku bosan, sayang. Kamu tahu sendiri kan, aku sering minta nambah.”“Hm, terus?” Nina bingung dengan sikap suaminya.“Aku hanya heran untuk bulan ini, buan-bulan sebelumnya aku biasa libur seminggu di awal bulan, menunggu tamu bulananmu selesai, tapi bulan ini ...”“Nathany.” Nina tersentak mendengar suaminya menyinggung soal tamu bulanan, ia segera bangun dan mengambil ponselnya untuk melihat kalender bulanannya.“Ya Tuhan! Nathany!” Nina terpekik seraya menutup mulutnya.“Kenapa, sayang?” Nathan bangun dan ikut tegang.“My Hubby Baby, aku sudah telat 6 hari,” ujar Nina gembira.“Oh, benarkah?” Nathan terkejut, Nina mengangguk sambil menunjukan jadwal kale
“Dad...” Aran bergumam, matanya berkaca-kaca melihat sang ayah terlihat gagah dan sehat. Sungguh suatu keajaiban. Sebelumnya, sang ayah terlihat tak berdaya, jangankan untuk bisa berjalan seperti itu, untuk bangun saja harus dipapah.Lord Arthur tersenyum pada Aran dan Nathan hangat, ia pun menuju kursi tempat duduknya di tengah-tengah, sedangkan Nina duduk di sebelah kanan di dekatnya, Nathan duduk di samping Nina. Aran duduk berseberangan dengan Nina, ia berada di sebelah kiri ayahnya.“Maaf ya kalau kalian lama menunggu, tadi babby Aliceku tertidur,” ucap Lord Arthur tersenyum sambil melihat Nina yang juga tersenyum malu.“Tidak apa-apa, Dad. Aku sangat bahagia melihat kondisi Daddy sekarang, sungguh suatu keajaiban.” Aran berkata dengan antusias.“Itu benar, Aran. Kita akan merayakan kedatangan Lady Maxwell, sekaligus pengukuhan gelarnya dan pencatatan namanya di daftar keluarga Maxwell.”Lord Arthur berkata dengan penuh semangat, ia memerintahkan Fred untuk mempersiapkan segala s
“Masalahnya, aku curiga dengan istriku, kak.” Nathan berujar sambil menatap kakak iparnya, wajah tampannya terlihat serius. Wajah Aran pun tak kalah serius melihat adik iparnya seperti itu, curiga? Curiga apa?“Maksudnya bagaimana? Curiga sama Alice? Curiga dalam hal apa?”Rentetan pertanyaan meluncur dari mulut bangsawan muda itu. Nathan menghela napas, ia menjelaskan kalau Nina masih muda, energik dan bukan tipikal wanita manja yang suka mengeluh. Sejak kecil, ibunya telah melatihnya untuk bisa mandiri. Ia selalu tahan menghadapi kesulitan apa pun tanpa pernah mengeluh. Kalau hanya naik turun tangga, itu bukan hal yang bisa membuatnya mengeluh.Dari semenjak Nathan mengenal Nina, tidak pernah wanita itu mengeluh hal apa pun padanya, mereka memang suka mendiskusikan berbagai hal, namun bukan sebagai keluhan. Namun, Nathan ingat, Nina pernah mengeluh sering lelah, gampang merasa capek dan inginnya bermalas-malasan di kamar. Dan itu terjadi beberapa hari sebelum insiden penabrakan terj
Nina dan Nathan tertegun, berita penting? Berita penting apa? Bukankah jamuan makan malam masih akan berlangsung satu jam lagi? Nina dan Nathan segera menemui tuan Fred, lelaki itu diutus secara pribadi oleh Lord Arthur untuk menjemput Nina ke ruangan pribadinya. Nina tertegun, jantungnya berdetak tak menentu, hal yang telah lama ia nanti-nantikan, bertemu langsung dengan sang ayah sebagai anak dan ayah. Nathan bisa merasakan kegelisahan sang istri, ia menepuk bahu Nina dengan lembut, lalu menggenggam erat tangan Nina yang mulai terasa dingin. Nathan mengangguk sambil tersenyum untuk memberikan dukungan. “Ayo sayang, ini waktu yang sekian lama kamu tunggu-tunggu. Aku akan menggendongmu sampai ke bawah.” Nathan mengelus sang istri dengan lembut, Nina mengangguk, support dari sang suami telah membuatnya tenang. Nathan menggendong Nina menuruni anak tangga, meskipun Nina menolak namun Nathan langsung membopong sang istri. “Silahkan sayang, aku akan menungggumu di depan paviliun ini s
Tiba-tiba, Nina merapatkan tubuh pada suaminya. “Nathany, apa aku bermimpi?” bisik Nina. “Kenapa, sayang?” balas Nathan heran. “Bangunan di depan kita ini seperti ilustrasi di cerita-cerita dongeng.” Nina menatap bangunan tinggi yang berdiri di hadapannya, ada beberapa menara menjulang di tiga sisi. Cahaya terpancar dari setiap jendela yang terlihat di keseluruhan bangunan yang terbuat dari batu alam yang kokoh itu. “Namanya kastil-kastil kuno Eropa ya begini, sayang. Para illustrator kan membuat gambar berdasarkan gambaran real yang pernah ada, lalu mereka menambahkan imajinasi untuk memperkaya kreasi mereka.” Nathan menjelaskan sambil ikut menatap bangunan kuno namun megah itu. “Lho kalian kenapa berdiri di sini?” Aran menghampiri mereka yang masih belum beranjak, padahal kendaraan yang mengantar mereka sudah pergi. “Kami takjub dengan pemandangan kastil ini, kak. Benar kan, sayang?” Nathan menjawab yang ditimpali dengan anggukan Nina. “Sepertinya, usia kastil ini sudah cukup t
“Takut? Takut kenapa, my love?” Nathan tertegun, ia menatap sang istri, dan terlihat kegugupan di wajah cantik itu. “Bukankah ini adalah saat-saat yang sudah lama kamu nantikan, bertemu dengan ayah kandungmu.” “Benar Nathany, aku memang sangat merindukan Daddy, tapi aku bingung apa yang harus aku lakukan nanti, apa yang harus aku katakan? Aku takut nanti malah menjadi asing dengan ayahku sendiri.” Nina menghela napas pelan, pertanyaan demi pertanyaan melintas di pikirannya. “Kamu tahu kan, Nathany. Aku tidak pernah merasakan bagaimana rasanya pelukan seorang ayah, aku tidak tahu bagaimana cara menghadapi dan berbakti pada seorang ayah.” Nathan terdiam mendengar ucapan istrinya, bagaimanapun ia lebih beruntung dari Nina karena selama delapan belas tahun Nathan hidup dalam kasih sayang kedua orang tua lengkap, jadi ia bisa merasakan kasih sayang seorang ayah. Sedangkan Nina, ayahnya meninggalkannya saat ia baru berumur 1 tahun, belum ada memory yang tertinggal di ingatannya tentang sa
“Will, lihat itu!” tukas tuan Carter, matanya tak lepas dari sepasang anak muda yang sedang berdansa diantara pasangan-pasangan lainnya. Kakek Wilson pun mengikuti arah tatapan sahabatnya, kakek Nathan itu tertegun.“Christy? Siapa anak muda itu? Apa mungkin teman kuliahnya?” gumam kakek Wilson.“Itu cucu perempuanmu kan, Will?” tanya tuan Carter memastikan, kakek Wilson mengangguk.“Kamu tahu siapa pemuda yang sedang berdansa dengan cucumu?” tanya tuan Carter lagi, ada riak kegembiraan di wajahnya, sedangkan kakek Wilson hanya mengedikkan bahu.“Itu Bob, cucukku,” jawab tuan Carter sambil tersenyum.“Oh, itu yang namanya Bob?”“Yeah, benar Will. Aku memang belum sempat mengenalkan padamu, selama ini dia sibuk belajar di luar negeri, pas kembali langsung aku suruh memegang perusahaan dibawah bimbingan Nathan.”Kakek Wilson manggut-manggut, tapi bagaimana keduanya bisa saling mengenal dan terlihat langsung akrab begitu? Kedua kakek itu pun heran. Dulu mereka susah payah untuk menyatuka