Jill tidak menyangka kalau Gwen akan semarah itu padanya, tapi wajar karena Jill telah melakukan hal gila. Padahal dulu mereka berdua sudah berjanji untuk tidak mengikuti arus pergaulan bebas dan hanya akan menyerahkan mahkota mereka sepenuhnya pada suami masing-masing nantinya.
Selain karena takut dosa, tapi mereka juga ingin menjunjung harga diri sebagai wanita. Tapi nyatanya Jill malah melanggar janji itu! Dengan pria asing pula! Dan karena alasan bodoh! Tidak heran kalau Gwen begitu murka padanya sekarang! Membuat Jill bingung memikirkan cara untuk membujuk sahabatnya!Dan kini Jill hanya bisa berharap agar kemarahan Gwen segera mereda. Jill tidak ingin kehilangan sahabatnya hanya karena tindakan bodohnya! Namun sudah dua hari ini Gwen masih tetap setia mendiamkan dan menghindarinya! Bahkan saat bertemu di kampus pun Gwen bersikap seolah tidak mengenalnya! Keterlaluan!Padahal sahabat Jill selama ini hanya Gwen, tidak heran kalau kelakuan Jill sekarang seperti anakAlvaro terpaksa melepaskan cekalan tangannya dan meringis perih. Gigitan Jill tidak main-main. Alvaro tidak pernah mengira kalau mantan kekasihnya bisa bersikap bar-bar begini, padahal dulu saat berpacaran dengannya Jill begitu manis dan penurut, tapi kenapa sekarang bisa berubah sedrastis ini?“Kenapa lo benci banget sama gue, Jill?” desis Alvaro masih sambil meringis sakit.“Lo tanya kenapa? Nggak salah? Tentu aja karena gue benci sama cowok tukang selingkuh kayak lo! Cowok selingkuh sama dengan cowok brengsek dan nggak tau diri menurut gue!” balas Jill pedas, tidak memfilter ucapannya sama sekali.“Kurang ajar!” Habis sudah kesabaran Alvaro saat mendengar berbagai macam kata hinaan yang dilontarkan Jill padanya. Egonya sebagai pria benar-benar tercoreng! Dengan amarah yang memuncak Alvaro mengangkat tangan kanannya, hendak menampar wanita kurang ajar macam Jill. Wanita yang berani menghinanya berulang kali!Tidak peduli meski mereka berada di tempat umum, ali
Ucapan Jill membuat Alvaro menyeringai puas. “Lo denger kan apa kata Jill?” ucap Alvaro dengan raut penuh kemenangan.“Gue belum selesai ngomong!” sela Jill ketus.“Gue emang belum bisa ngelupain lo. Atau lebih tepatnya, gue belum bisa ngelupain pengkhianatan yang udah lo lakuin sama gue, Brengsek! Gue masih ingat jelas waktu ngeliat lo selingkuh dengan cewek jelek model silicon kayak gitu. Menjijikkan!” lanjut Jill penuh hinaan dengan raut wajah jijik yang tampak begitu natural. Wajah Alvaro mengeras saat mendengar hinaan Jill. Tidak menyangka kalau wanita itu bisa mempermalukannya di depan pria yang tidak dikenalnya! Membuat harga diri Alvaro seperti diinjak-injak hingga tak bersisa!“Dan juga lo denger baik-baik ya. Apa yang dia bilang bukan kebohongan! Revel emang cowok gue! Dan dia jauhhhhh lebih baik daripada lo! Jadi sekarang lebih baik lo minggir! Jangan gangguin gue sama cowok gue. Paham?!” lanjut Jill sambil tangannya tanpa ragu melingkar ke pinggang
Revel begitu kesal saat mendengar ucapan Jill barusan. Tidak menyangka kalau wanita itu tidak ada rasa takut sama sekali! Bagaimana bisa seorang wanita berucap seolah pemerkosaan adalah hal biasa? Meski mereka sudah tidur bersama, tapi pemerkosaan adalah hal yang jauh berbeda kan? Revel melakukannya dengan lembut dan penuh perasaan, tidak berniat menyakiti Jill sama sekali, malah memikirkan kepuasan wanita itu! Dan yang pasti mereka berdua melakukannya secara sadar dan atas persetujuan kedua belah pihak!Tapi beda halnya dengan pemerkosa dimana mereka tidak akan memikirkan kenyamanan wanita yang dipaksanya! Malah cenderung menyakiti! Keterlaluan! Bagaimana bisa Jill menyamakan tindakan Revel dengan pemerkosa?Saat itu juga Revel berpikir, apakah dulu papa Levin juga sesulit ini saat hendak menaklukkan mama Claire? Tidak heran kalau dulu papanya begitu stress saat ingin memperjuangkan cintanya! Dulu Revel pikir papanya saja yang terlalu lebay, tapi ternyata menghada
Revel mengumpat pelan saat menyadari kalau dirinya sudah keceplosan menyebut nama Jill! Padahal Revel belum ingin memberitahu mamanya! Tapi ya sudahlah, mau bagaimana lagi? Sudah terlanjur! Mama Claire memang paling pintar mengorek informasi hingga membuat lawannya lengah. Seperti yang terjadi barusan! “Iya, Ma,” jawab Revel pada akhirnya. Terpaksa jujur, bohong pun percuma! “Hmm… nama yang bagus. Dan tadi apa kamu bilang? Mama keras kepala? Udah berani ya kamu sekarang ngomong kayak gitu sama Mama? Pasti karena Papa kamu cerita macam-macam deh! Biarin aja tuh orang, Mama nggak kasih jatah setahun baru tau rasa!” sungut mama Claire membuat tawa Revel meledak.Siapa yang tidak akan tertawa jika mamanya berbicara sevulgar itu pada anaknya sendiri? Jatah? Tentu saja Revel sudah tau jatah apa yang dimaksud oleh mama Claire disini! Tentu saja jatah ranjang alias se-ks, bukan jatah sembako! Apa ada orangtua yang seperti mamanya? Jujur Revel belum pernah menemukan orangt
Jill mengerang lirih saat mendengar suara dering ponsel, meski malas, tapi dirinya tetap berusaha membuka mata yang masih terasa berat, tubuh yang terasa lelah, ditambah lagi kepalanya sedikit pusing! Berulang kali Jill menggapai tangannya ke atas nakas, namun ponsel sialan itu tidak ketemu juga! Dimana sih? Berisik pula!Terpaksa Jill membuka mata lebar-lebar dan saat itu juga Jill baru sadar kalau dirinya tidak berada di dalam kamar tidurnya. Kamar tidurnya tidak sebesar dan semewah ini! Kamar siapa pula yang ditidurinya semalam? Kepanikan Jill semakin menjadi-jadi saat menemukan tubuhnya polos, tidak mengenakan pakaian sehelai pun! Dan Jill merasakan perutnya ditindih oleh sesuatu yang terasa berat, dengan horror Jill menoleh ke samping tubuhnya dan memekik kaget! Bagaimana bisa Revel ada disampingnya?!Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa bisa begini? Dan kenapa Jill tidak ingat? Bukankah semalam Jill pergi ke bar? Lalu bertemu Alvaro, lalu……Sekelebat ingatan te
Jill dilema. Berbohong atau berkata jujur? Apalagi Revel masih begitu gencar menggodanya membuat konsentrasi Jill semakin buyar! Dan keterdiaman Jill membuat Gwen mendengus kesal, tau pasti apa yang sedang terjadi.“Pasti sama Revel! Kalau nggak, lo nggak akan diam seperti ini!” sungut Gwen.“Lo tuh emang bener-bener keterlaluan ya?! Kita semua khawatir, tapi lo malah enak-enakan sama Revel! Percuma gue khawatir dari semalam!” lanjut Gwen menyambung omelannya dan langsung memutuskan telepon begitu saja. “Gwen? Halo, Gwen?” Jill mengumpat kasar saat Gwen kembali marah padanya! Lupa sudah pada godaan dan cumbuan yang sedang Revel layangkan padanya. Dengan bengis Jill menoleh ke arah Revel yang masih tampak begitu santai mencumbunya, terlihat tak berdosa.“Semua gara-gara lo!” geram Jill kesal.“Oh ya? Siapa suruh lo nggak bisa konsen!” elak Revel enteng.Jill menggeram kesal dan menepis tangan Revel yang sedang membelai dadanya. Tidak ingin kembali tergod
Di café X….Revel menemukan papa Levin sedang bicara dengan waitress, mungkin memesan sedikit cemilan karena sekarang masih belum saatnya makan siang. Brunch istilah, waktu antara breakfast dan lunch.“Hei, Pa!”“Hei, kamu pesan dulu aja sekalian,” tawar papa Levin.Revel meneliti menu di hadapannya dan memesan segelas lychee ice tea. Perutnya masih terasa penuh karena sarapan barusan. Meski awalnya hanya ingin makan seadanya, tapi saat melihat makanan menggiurkan yang tersaji di depan matanya membuat Revel lupa pada niat awalnya, tidak heran kalau sekarang perutnya masih kekenyangan setelah menyantap banyak makanan!“Ada apa, Pa? Tumben ajak ketemu jam segini? Lagi nggak banyak kerjaan di kantor?” tanya Revel basa-basi.“Kerjaan nggak akan pernah habis, Revel. Jadi sekali-kali Papa mau santai!”Jawaban yang membuat Revel mendengus. Menilik dari jawaban sang papa sepertinya beliau sudah mulai jenuh mengurus perusahaan. Wajar, puluhan tahun berkutat d
Wajah Jill memucat saat mendengar ucapan papa Edbert. Dijodohkan? Menikah? Di usia semuda ini? Umur Jill baru 20 tahun. Astaga! Kenapa papanya bisa sekejam itu padanya?“Aku nggak mau dijodohin atau menikah secepat ini, Pa!” tolak Jill kesal.Enak aja main jodohin dan suruh nikah. Ini hidupnya, jadi Jill tidak akan membiarkan orang lain mengatur kehidupannya. Masa depannya. Jill yang akan menentukan masa depan dan juga pasangan hidupnya sendiri. Dirinya tidak akan mau dijodohkan seperti jaman Siti Nurbaya! Meski itu oleh orangtuanya sekalipun!“Kalau begitu buktikan kamu bisa bersikap dewasa! Jangan pernah lagi membuat Papa dan Mama khawatir dengan sikap kamu yang liar dan kekanakkan seperti ini!” balas papa Edbert tidak kalah kesal dengan putrinya.Bagaimana tidak kesal kalau putri semata wayangnya tidak bisa diatur seperti ini? “Okay, aku akan buktiin kalau aku bisa bertindak dewasa, tapi jangan pernah sekalipun Papa jodohin aku dengan anak dari partner bisni