Jill mengerang lirih saat mendengar suara dering ponsel, meski malas, tapi dirinya tetap berusaha membuka mata yang masih terasa berat, tubuh yang terasa lelah, ditambah lagi kepalanya sedikit pusing! Berulang kali Jill menggapai tangannya ke atas nakas, namun ponsel sialan itu tidak ketemu juga! Dimana sih? Berisik pula!
Terpaksa Jill membuka mata lebar-lebar dan saat itu juga Jill baru sadar kalau dirinya tidak berada di dalam kamar tidurnya. Kamar tidurnya tidak sebesar dan semewah ini! Kamar siapa pula yang ditidurinya semalam?Kepanikan Jill semakin menjadi-jadi saat menemukan tubuhnya polos, tidak mengenakan pakaian sehelai pun! Dan Jill merasakan perutnya ditindih oleh sesuatu yang terasa berat, dengan horror Jill menoleh ke samping tubuhnya dan memekik kaget! Bagaimana bisa Revel ada disampingnya?!Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa bisa begini? Dan kenapa Jill tidak ingat? Bukankah semalam Jill pergi ke bar? Lalu bertemu Alvaro, lalu……Sekelebat ingatan teJill dilema. Berbohong atau berkata jujur? Apalagi Revel masih begitu gencar menggodanya membuat konsentrasi Jill semakin buyar! Dan keterdiaman Jill membuat Gwen mendengus kesal, tau pasti apa yang sedang terjadi.“Pasti sama Revel! Kalau nggak, lo nggak akan diam seperti ini!” sungut Gwen.“Lo tuh emang bener-bener keterlaluan ya?! Kita semua khawatir, tapi lo malah enak-enakan sama Revel! Percuma gue khawatir dari semalam!” lanjut Gwen menyambung omelannya dan langsung memutuskan telepon begitu saja. “Gwen? Halo, Gwen?” Jill mengumpat kasar saat Gwen kembali marah padanya! Lupa sudah pada godaan dan cumbuan yang sedang Revel layangkan padanya. Dengan bengis Jill menoleh ke arah Revel yang masih tampak begitu santai mencumbunya, terlihat tak berdosa.“Semua gara-gara lo!” geram Jill kesal.“Oh ya? Siapa suruh lo nggak bisa konsen!” elak Revel enteng.Jill menggeram kesal dan menepis tangan Revel yang sedang membelai dadanya. Tidak ingin kembali tergod
Di café X….Revel menemukan papa Levin sedang bicara dengan waitress, mungkin memesan sedikit cemilan karena sekarang masih belum saatnya makan siang. Brunch istilah, waktu antara breakfast dan lunch.“Hei, Pa!”“Hei, kamu pesan dulu aja sekalian,” tawar papa Levin.Revel meneliti menu di hadapannya dan memesan segelas lychee ice tea. Perutnya masih terasa penuh karena sarapan barusan. Meski awalnya hanya ingin makan seadanya, tapi saat melihat makanan menggiurkan yang tersaji di depan matanya membuat Revel lupa pada niat awalnya, tidak heran kalau sekarang perutnya masih kekenyangan setelah menyantap banyak makanan!“Ada apa, Pa? Tumben ajak ketemu jam segini? Lagi nggak banyak kerjaan di kantor?” tanya Revel basa-basi.“Kerjaan nggak akan pernah habis, Revel. Jadi sekali-kali Papa mau santai!”Jawaban yang membuat Revel mendengus. Menilik dari jawaban sang papa sepertinya beliau sudah mulai jenuh mengurus perusahaan. Wajar, puluhan tahun berkutat d
Wajah Jill memucat saat mendengar ucapan papa Edbert. Dijodohkan? Menikah? Di usia semuda ini? Umur Jill baru 20 tahun. Astaga! Kenapa papanya bisa sekejam itu padanya?“Aku nggak mau dijodohin atau menikah secepat ini, Pa!” tolak Jill kesal.Enak aja main jodohin dan suruh nikah. Ini hidupnya, jadi Jill tidak akan membiarkan orang lain mengatur kehidupannya. Masa depannya. Jill yang akan menentukan masa depan dan juga pasangan hidupnya sendiri. Dirinya tidak akan mau dijodohkan seperti jaman Siti Nurbaya! Meski itu oleh orangtuanya sekalipun!“Kalau begitu buktikan kamu bisa bersikap dewasa! Jangan pernah lagi membuat Papa dan Mama khawatir dengan sikap kamu yang liar dan kekanakkan seperti ini!” balas papa Edbert tidak kalah kesal dengan putrinya.Bagaimana tidak kesal kalau putri semata wayangnya tidak bisa diatur seperti ini? “Okay, aku akan buktiin kalau aku bisa bertindak dewasa, tapi jangan pernah sekalipun Papa jodohin aku dengan anak dari partner bisni
“Apa gadis ini sesulit Mama kamu? Atau justru lebih sulit?” tanya Levin, tidak bosan mengorek informasi dari putra sulungnya.“Tumben Papa yang kepo? Biasanya juga Mama! Apa roh kalian tertukar?” sungut Revel akhirnya, separuh mengejek.“Karena Mama nggak akan bisa kasih nasehat untuk menyelesaikan masalah kamu. Tapi Papa bisa. Kamu tau kan kalau Papa berhasil memenangkan hati Mama kamu meski tidak mudah? Bahkan sampai harus menunggu hingga bertahun-tahun! Papa itu pemenang legendaris tau! Kemenangan Papa dalam meluluhkan hati Mama kamu wajib diabadikan seumur hidup!” balas Levin yakin membuat Revel mendengus, baru sadar kalau papanya begitu percaya diri.Tapi tidak heran kalau papanya berkelakuan seperti itu karena seperti ucapannya tadi, papa Levin memang memiliki pengalaman saat harus berjuang untuk merebut hati mama Claire kan? Apalagi papanya berhasil, tidak heran kalau papa Levin merasa begitu bangga karena berhasil menaklukkan hati sang mama! “Jadi apa masala
Levin terbahak mendengar pertanyaan putranya. Sadar kalau Revel mungkin trauma, apalagi sifat Jill mirip dengan istrinya! “Kamu takut punya pasangan yang sifatnya seperti Mama kamu?” tanya Levin masih dengan gelak tawanya. Revel hanya nyengir mendengar pertanyaan sang papa.“Lumayan, Pa. Aku nggak yakin bisa sesabar dan setahan banting Papa.”“Kamu pasti bisa. Nggak ada satu hal pun yang nggak bisa dilakukan kalau seorang pria sudah benar-benar mencintai wanita itu, Revel. Semenyebalkan apapun pasangan hidup kamu atau wanita yang kamu cintai, tapi pada akhirnya kamu akan berusaha untuk memahami dan juga mendapatkan hatinya kembali. Yang kamu perlu lakukan hanya berjuang hingga wanita itu luluh,” jawab Levin.“Tapi untuk saat ini, lebih baik kamu lepaskan Jill dulu, setidaknya sampai wanita itu menyadari perasaannya. Setelah Jill menyadari perasaannya terhadap kamu dan tidak lagi menyangkal hatinya sendiri, di saat itulah kamu mulai berjuang,” lanjut Levin sambil men
“Hmm… samperin langsung aja deh!” putus Revel, tidak peduli jika Jill akan kembali kesal padanya. Revel sudah biasa menerima amukan Jill!Tanpa dapat dicegah, Revel melangkah mendekati kursi mereka dan duduk begitu saja disamping Jill, tidak peduli kalau wanita itu kaget dengan kedatangannya yang begitu tiba-tiba, karena Revel tadi juga kaget dan tidak menyangka akan bertemu Jill disini!Itulah yang dinamakan takdir dan jodoh! Iya kan?“Lo kok bisa disini sih?” tanya Jill tidak bisa menutupi keheranannya.“Bisalah! Ini kan café. Tempat umum!” balas Revel enteng.“Lo nggak ngikutin gue kan?” tuduh Jill membuat Revel terbahak.“Mau banget diikutin sama gue?” ejek Revel membuat Jill dongkol.“Tanpa gue ikutin aja kita udah ketemu terus, itu namanya jodoh!” lanjut Revel. Jill berdecak, enggan menanggapi ucapan Revel yang terdengar ngaco di telinganya. Jodoh? Bukankah mereka hanya sekedar partner se-ks? Tidak mungkin beralih status! Apalagi pria itu
Jill masuk ke dalam mobil miliknya dengan dada berdegup kencang, masih tidak menyangka kalau Revel akan mengatakan hal segila itu padanya, di depan Gwen pula! Meski hanya bercanda, tapi bukankah itu sudah keterlaluan? Bagaimana bisa Revel bercanda mengenai hal seperti itu? Bagaimana kalau ada yang mendengar dan menganggap serius ucapan Revel? Tentu bisa bahaya dan akan berubah menjadi gosip! ‘Tapi kenapa tadi pas Revel ngomong kayak gitu lo malah jadi berharap, Jill? Udah gila kali ya berharap cowok brengsek kayak Revel beneran ngelamar lo? Nggak mungkin!’ batin Jill, frustasi dengan hatinya sendiri yang kacau balau hanya karena ucapan ngawur dari seorang Revel. Gila memang! Jill tidak menyangka kalau Revel bisa mengacaukan hati dan pikirannya sampai separah ini! Dulu saat Alvaro mengkhianatinya saja Jill tidak sekacau ini! Padahal Alvaro mengkhianati hubungan yang sudah terjalin selama 3 tahun! Tapi Revel, pria yang baru dikenalnya dalam waktu kurang d
Jill tidak tau apakah Cinthya sedang memuji atau menyindirnya. Abaikan saja, Jill tidak mau ambil pusing dan hanya tersenyum simpul tanpa merespon. “Btw lo kesini sendiri?” tanya Cinthya lagi karena Jill hanya menjawab dengan senyuman.“Yups begitulah!”“Mau gue kenalin sama temen gue nggak? Banyak yang masih jomblo lho!” bisik Cinthya berpromosi. Jill hanya terkekeh pelan dan menggeleng yakin.“Thank you tawarannya tapi kayaknya untuk saat ini nggak dulu deh karena gue mau fokus kelarin kuliah,” elak Jill, tidak ingin memperumit keadaan hidupnya. Berhubungan dengan Revel saja sudah bikin Jill sakit kepala, jadi Jill tidak ingin menambah beban pikirannya lagi dengan kehadiran pria lain yang entah darimana asalnya! Lebih baik mikirin kuliah biar cepat kelar!Dan lagi Jill masih perlu waktu untuk recovery. Memulihkan hatinya yang terluka akibat pengkhianatan Alvaro. Setidaknya untuk selanjutnya Jill harus benar-benar menyeleksi pria yang mendekati dirinya kan