Alvaro terpaksa melepaskan cekalan tangannya dan meringis perih. Gigitan Jill tidak main-main. Alvaro tidak pernah mengira kalau mantan kekasihnya bisa bersikap bar-bar begini, padahal dulu saat berpacaran dengannya Jill begitu manis dan penurut, tapi kenapa sekarang bisa berubah sedrastis ini?
“Kenapa lo benci banget sama gue, Jill?” desis Alvaro masih sambil meringis sakit.“Lo tanya kenapa? Nggak salah? Tentu aja karena gue benci sama cowok tukang selingkuh kayak lo! Cowok selingkuh sama dengan cowok brengsek dan nggak tau diri menurut gue!” balas Jill pedas, tidak memfilter ucapannya sama sekali.“Kurang ajar!”Habis sudah kesabaran Alvaro saat mendengar berbagai macam kata hinaan yang dilontarkan Jill padanya. Egonya sebagai pria benar-benar tercoreng! Dengan amarah yang memuncak Alvaro mengangkat tangan kanannya, hendak menampar wanita kurang ajar macam Jill. Wanita yang berani menghinanya berulang kali!Tidak peduli meski mereka berada di tempat umum, aliUcapan Jill membuat Alvaro menyeringai puas. “Lo denger kan apa kata Jill?” ucap Alvaro dengan raut penuh kemenangan.“Gue belum selesai ngomong!” sela Jill ketus.“Gue emang belum bisa ngelupain lo. Atau lebih tepatnya, gue belum bisa ngelupain pengkhianatan yang udah lo lakuin sama gue, Brengsek! Gue masih ingat jelas waktu ngeliat lo selingkuh dengan cewek jelek model silicon kayak gitu. Menjijikkan!” lanjut Jill penuh hinaan dengan raut wajah jijik yang tampak begitu natural. Wajah Alvaro mengeras saat mendengar hinaan Jill. Tidak menyangka kalau wanita itu bisa mempermalukannya di depan pria yang tidak dikenalnya! Membuat harga diri Alvaro seperti diinjak-injak hingga tak bersisa!“Dan juga lo denger baik-baik ya. Apa yang dia bilang bukan kebohongan! Revel emang cowok gue! Dan dia jauhhhhh lebih baik daripada lo! Jadi sekarang lebih baik lo minggir! Jangan gangguin gue sama cowok gue. Paham?!” lanjut Jill sambil tangannya tanpa ragu melingkar ke pinggang
Revel begitu kesal saat mendengar ucapan Jill barusan. Tidak menyangka kalau wanita itu tidak ada rasa takut sama sekali! Bagaimana bisa seorang wanita berucap seolah pemerkosaan adalah hal biasa? Meski mereka sudah tidur bersama, tapi pemerkosaan adalah hal yang jauh berbeda kan? Revel melakukannya dengan lembut dan penuh perasaan, tidak berniat menyakiti Jill sama sekali, malah memikirkan kepuasan wanita itu! Dan yang pasti mereka berdua melakukannya secara sadar dan atas persetujuan kedua belah pihak!Tapi beda halnya dengan pemerkosa dimana mereka tidak akan memikirkan kenyamanan wanita yang dipaksanya! Malah cenderung menyakiti! Keterlaluan! Bagaimana bisa Jill menyamakan tindakan Revel dengan pemerkosa?Saat itu juga Revel berpikir, apakah dulu papa Levin juga sesulit ini saat hendak menaklukkan mama Claire? Tidak heran kalau dulu papanya begitu stress saat ingin memperjuangkan cintanya! Dulu Revel pikir papanya saja yang terlalu lebay, tapi ternyata menghada
Revel mengumpat pelan saat menyadari kalau dirinya sudah keceplosan menyebut nama Jill! Padahal Revel belum ingin memberitahu mamanya! Tapi ya sudahlah, mau bagaimana lagi? Sudah terlanjur! Mama Claire memang paling pintar mengorek informasi hingga membuat lawannya lengah. Seperti yang terjadi barusan! “Iya, Ma,” jawab Revel pada akhirnya. Terpaksa jujur, bohong pun percuma! “Hmm… nama yang bagus. Dan tadi apa kamu bilang? Mama keras kepala? Udah berani ya kamu sekarang ngomong kayak gitu sama Mama? Pasti karena Papa kamu cerita macam-macam deh! Biarin aja tuh orang, Mama nggak kasih jatah setahun baru tau rasa!” sungut mama Claire membuat tawa Revel meledak.Siapa yang tidak akan tertawa jika mamanya berbicara sevulgar itu pada anaknya sendiri? Jatah? Tentu saja Revel sudah tau jatah apa yang dimaksud oleh mama Claire disini! Tentu saja jatah ranjang alias se-ks, bukan jatah sembako! Apa ada orangtua yang seperti mamanya? Jujur Revel belum pernah menemukan orangt
Jill mengerang lirih saat mendengar suara dering ponsel, meski malas, tapi dirinya tetap berusaha membuka mata yang masih terasa berat, tubuh yang terasa lelah, ditambah lagi kepalanya sedikit pusing! Berulang kali Jill menggapai tangannya ke atas nakas, namun ponsel sialan itu tidak ketemu juga! Dimana sih? Berisik pula!Terpaksa Jill membuka mata lebar-lebar dan saat itu juga Jill baru sadar kalau dirinya tidak berada di dalam kamar tidurnya. Kamar tidurnya tidak sebesar dan semewah ini! Kamar siapa pula yang ditidurinya semalam? Kepanikan Jill semakin menjadi-jadi saat menemukan tubuhnya polos, tidak mengenakan pakaian sehelai pun! Dan Jill merasakan perutnya ditindih oleh sesuatu yang terasa berat, dengan horror Jill menoleh ke samping tubuhnya dan memekik kaget! Bagaimana bisa Revel ada disampingnya?!Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa bisa begini? Dan kenapa Jill tidak ingat? Bukankah semalam Jill pergi ke bar? Lalu bertemu Alvaro, lalu……Sekelebat ingatan te
Jill dilema. Berbohong atau berkata jujur? Apalagi Revel masih begitu gencar menggodanya membuat konsentrasi Jill semakin buyar! Dan keterdiaman Jill membuat Gwen mendengus kesal, tau pasti apa yang sedang terjadi.“Pasti sama Revel! Kalau nggak, lo nggak akan diam seperti ini!” sungut Gwen.“Lo tuh emang bener-bener keterlaluan ya?! Kita semua khawatir, tapi lo malah enak-enakan sama Revel! Percuma gue khawatir dari semalam!” lanjut Gwen menyambung omelannya dan langsung memutuskan telepon begitu saja. “Gwen? Halo, Gwen?” Jill mengumpat kasar saat Gwen kembali marah padanya! Lupa sudah pada godaan dan cumbuan yang sedang Revel layangkan padanya. Dengan bengis Jill menoleh ke arah Revel yang masih tampak begitu santai mencumbunya, terlihat tak berdosa.“Semua gara-gara lo!” geram Jill kesal.“Oh ya? Siapa suruh lo nggak bisa konsen!” elak Revel enteng.Jill menggeram kesal dan menepis tangan Revel yang sedang membelai dadanya. Tidak ingin kembali tergod
Di café X….Revel menemukan papa Levin sedang bicara dengan waitress, mungkin memesan sedikit cemilan karena sekarang masih belum saatnya makan siang. Brunch istilah, waktu antara breakfast dan lunch.“Hei, Pa!”“Hei, kamu pesan dulu aja sekalian,” tawar papa Levin.Revel meneliti menu di hadapannya dan memesan segelas lychee ice tea. Perutnya masih terasa penuh karena sarapan barusan. Meski awalnya hanya ingin makan seadanya, tapi saat melihat makanan menggiurkan yang tersaji di depan matanya membuat Revel lupa pada niat awalnya, tidak heran kalau sekarang perutnya masih kekenyangan setelah menyantap banyak makanan!“Ada apa, Pa? Tumben ajak ketemu jam segini? Lagi nggak banyak kerjaan di kantor?” tanya Revel basa-basi.“Kerjaan nggak akan pernah habis, Revel. Jadi sekali-kali Papa mau santai!”Jawaban yang membuat Revel mendengus. Menilik dari jawaban sang papa sepertinya beliau sudah mulai jenuh mengurus perusahaan. Wajar, puluhan tahun berkutat d
Wajah Jill memucat saat mendengar ucapan papa Edbert. Dijodohkan? Menikah? Di usia semuda ini? Umur Jill baru 20 tahun. Astaga! Kenapa papanya bisa sekejam itu padanya?“Aku nggak mau dijodohin atau menikah secepat ini, Pa!” tolak Jill kesal.Enak aja main jodohin dan suruh nikah. Ini hidupnya, jadi Jill tidak akan membiarkan orang lain mengatur kehidupannya. Masa depannya. Jill yang akan menentukan masa depan dan juga pasangan hidupnya sendiri. Dirinya tidak akan mau dijodohkan seperti jaman Siti Nurbaya! Meski itu oleh orangtuanya sekalipun!“Kalau begitu buktikan kamu bisa bersikap dewasa! Jangan pernah lagi membuat Papa dan Mama khawatir dengan sikap kamu yang liar dan kekanakkan seperti ini!” balas papa Edbert tidak kalah kesal dengan putrinya.Bagaimana tidak kesal kalau putri semata wayangnya tidak bisa diatur seperti ini? “Okay, aku akan buktiin kalau aku bisa bertindak dewasa, tapi jangan pernah sekalipun Papa jodohin aku dengan anak dari partner bisni
“Apa gadis ini sesulit Mama kamu? Atau justru lebih sulit?” tanya Levin, tidak bosan mengorek informasi dari putra sulungnya.“Tumben Papa yang kepo? Biasanya juga Mama! Apa roh kalian tertukar?” sungut Revel akhirnya, separuh mengejek.“Karena Mama nggak akan bisa kasih nasehat untuk menyelesaikan masalah kamu. Tapi Papa bisa. Kamu tau kan kalau Papa berhasil memenangkan hati Mama kamu meski tidak mudah? Bahkan sampai harus menunggu hingga bertahun-tahun! Papa itu pemenang legendaris tau! Kemenangan Papa dalam meluluhkan hati Mama kamu wajib diabadikan seumur hidup!” balas Levin yakin membuat Revel mendengus, baru sadar kalau papanya begitu percaya diri.Tapi tidak heran kalau papanya berkelakuan seperti itu karena seperti ucapannya tadi, papa Levin memang memiliki pengalaman saat harus berjuang untuk merebut hati mama Claire kan? Apalagi papanya berhasil, tidak heran kalau papa Levin merasa begitu bangga karena berhasil menaklukkan hati sang mama! “Jadi apa masala
Satu tahun kemudian…Di salah satu hotel bintang lima terlihat dekorasi yang begitu mewah namun terkesan elegan, tidak norak. Jill memasuki ballroom sambil menggandeng lengan Revel yang sedang menggendong baby Luiz. Di umur yang hampir menginjak tiga tahun, baby Luiz terlihat semakin tampan, mengikuti wajah Revel.Di belakang mereka ada seorang baby sitter sambil mendorong stroller kosong, untuk jaga-jaga jika Luiz mengantuk di tengah acara pesta. Sejak beberapa bulan yang lalu, Jill akhirnya menyerah pada bujukan Revel dan mengikuti keinginan suaminya yang tidak tega melihatnya kelelahan jika harus mengurus Luiz sendirian.‘Aku nggak mau kamu terlalu capek dan jatuh sakit, Baby. Apalagi selain mengurus Luiz, kamu juga masih harus mengurusku.’Ya, sejak menikah dengan Revel, Jill memang ingin mengurus keperluan suami dan anaknya sendiri, bahkan dirinya sampai rela berhenti kerja hanya untuk mengurus rumah tangganya. Jill lebih memilih menjadi ibu rumah tangga daripad
Beberapa bulan kemudian….Revel menatap bangga pada putranya yang semakin pintar, lucu dan menggemaskan. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang pengusaha, bermain dengan buah hatinya merupakan kebahagiaan tersendiri untuk Revel. Dan sekarang di waktu santai, itulah yang dirinya lakukan.Bermain dengan Luiz sepuasnya sekalian menggantikan tugas Jill menjaga anak meski hanya sementara. Perhatian Revel beralih dari Luiz kepada Jill yang baru saja memasuki ruang keluarga dengan piring buah di tangannya. Hal yang memang biasa dilakukan setiap hari. Makan buah agar sehat.Senyum lebar mengembang di wajah cantik Jill yang tampak polos, tanpa adanya jejak make up sama sekali, namun tidak menutupi kecantikan alami yang terpancar jelas. Kecantikan yang membuat Revel tidak bisa mengalihkan pandangan barang sedetik pun dari istrinya. Dari dulu.“Hei, kamu lagi main apa sama Papa? Kok senang banget sih?” tanya Jill sambil menggoyangkan tangan kecil Luiz. Tidak ada jawaban
“Jadi siapa nama cowok yang kemarin, Jill?” cecar Jessie tidak sabar saat datang ke rumah Jill pagi-pagi, persis dengan gaya ibu-ibu komplek yang begitu penasaran akan gossip terbaru! Tidak ingin ketinggalan berita! “Cowok? Oh yang itu! Masa lo nggak kenal sih? Bukannya udah pernah ketemu ya pas pergi sama gue?” tanya Jill masih tidak percaya kalau Jessie tidak mengenal pria yang kemarin membuat gadis itu sampai ternganga takjub!“Mana ada? Belom lah! Kalau udah gue nggak mungkin lupa sama cowok ganteng begitu!” sanggah Jessie yakin, mengulang ucapannya kemarin.“Masa iya sih?” tanya Jill sambil mengusap dagunya pelan, berpikir keras.“Jangan kebanyakan mikir! Cepet kasih tau gue siapa namanya? Gue udah penasaran dari kemarin tau!” cecar Jessie lagi membuat Jill berdecak sebal karena seperti sedang dikejar oleh debt collector!“Tuh cowok namanya Jayden! Dia temen gue yang kerja sebagai bartender!”“Bartender?” ulang Jessie lemas. Seolah harapannya untuk
Matthew menatap Gwen yang baru saja selesai mandi. Akhirnya malam ini mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Hal yang tidak berani Matthew bayangkan sebelumnya, terlebih saat mengingat waktu Gwen menjauhinya dulu, begitu membuatnya frustasi. Apalagi istrinya itu sangat sulit dibujuk!Hati Matthew menghangat saat melafalkan kata ‘istri’ meski hanya dalam hati. Dadanya bergemuruh dipenuhi euphoria yang bernama kebahagiaan. Matthew masih asyik dengan pikirannya saat Gwen bertanya dengan nada heran,“Kamu belum mau mandi?”“Ini aku baru mau mandi,” jawab Matthew agak kikuk, belum terbiasa berada berduaan dengan wanita yang telah resmi menjadi istrinya hari ini dalam satu kamar. Gwen mengambil hairdryer dan mengeringkan rambut, tidak ingin tidur dalam keadaan rambut basah karena bisa bikin kepalanya sakit nanti. Gwen sedang fokus dengan rambut dan hairdryer di tangannya saat tangan Matthew memeluk pinggangnya dari belakang. Refleks wanita itu memekik kaget!“Asta
Lamunan Revel mengenai perusahaan pupus saat melihat Jill menggeliat dan membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari sore yang menerpa indera penglihatannya. “Hei, kamu udah pulang dari tadi?”“Nggak kok, baru aja. Kamu pasti capek banget sampe ketiduran gini.”“Nggak juga kok, cuma anginnya enak aja bikin aku ngantuk dan ketiduran,” kilah Jill tidak ingin membuat Revel khawatir dan malah menambah beban pikiran sang suami yang pasti sudah begitu banyak, apalagi dengan masalah perusahaan yang pasti tidak akan pernah ada habisnya.Revel hanya mengangguk, sadar kalau Jill tidak ingin membuatnya khawatir.“Jadi gimana kantor hari ini? Banyak kerjaan?”“Ya begitulah, setiap hari pasti ada aja.”“Tapi nggak ada masalah kan?”“Nggak kok, semuanya aman. Kamu tenang aja, okay?”Jill mengangguk, menggendong baby Luiz perlahan agar tidak membuatnya terbangun dan membaringkannya di baby box.Beberapa bulan kemudian…
Dokter dan suster yang melihat kejadian itu tidak urung menatap Revel dengan raut kasihan tapi juga geli. Revel yang menyadari kalau mereka hampir terbahak melihat apa yang terjadi barusan hanya bisa menunduk, karena lagi-lagi harus menahan malu akibat ulah istrinya! Nasib!Sejak dulu Jill memang sudah menjadi titik kelemahannya. Begitu juga kali ini, Revel harus rela menurunkan wibawanya di depan dokter dan suster yang bertugas. Revel sadar kalau sebentar lagi cerita mengenai dirinya yang dianiaya oleh Jill pasti akan tersebar luas! Tapi ya sudahlah, terima nasib aja! Siapa yang menyangka kalau Revel akan cinta mati pada wanita sebar-bar ini? Iya kan?“Selamat ya, Pak. Bayinya laki-laki dan terlahir sehat,” ucap dokter.Dengan penuh haru Revel menatap bayinya. Bayi yang merupakan perpaduan antara dirinya dengan Jill! Astaga! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan bayi setampan ini? Memang sih, Revel sadar kalau dirinya tampan dan Jill juga cantik, tapi tetap saja dirinya
Revel berdecak gemas karena pertanyaannya malah dijawab asal-asalan oleh Jill! Padahal dirinya sedang bertanya serius! Sangat amat serius! Revel ingin segera tau hasil testnya! Revel ingin tau apakah usahanya hampir setiap malam sudah membuahkan hasil atau belum! Jika belum, Revel tidak akan bosan untuk terus berusaha sampai Jill positif hamil! Usaha yang akan Revel lakukan dengan senang hati karena sama-sama dapat enak! “Aku serius, Jill!” sergah Revel menahan sabar. Jill meringis saat Revel sudah memanggil namanya dengan nada seperti itu, tanda kalau pria itu sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya. “Itu kan yang muncul garis dua, yang artinya aku positif. Dan karena ini testpack kehamilan, berarti tandanya aku positif hamil, Revel. Bukan positif covid,” jelas Jill, tidak ingin diomeli oleh suaminya yang terkadang bisa bersikap menyebalkan juga. “Serius?” lirih Revel dengan suara tercekat, tidak percaya kalau akhirnya Tuhan ke
“Hmm…. Matthew kemarin ngajakin gue merit,” aku Gwen dengan suara lirih. Jill ternganga sejenak sebelum akhirnya memekik kaget.“What?! Lo serius?!” “Seriuslah!”“Brengsek juga tuh cowok!” omel Jill membuat Gwen mengernyit bingung. “Kenapa jadi brengsek, Jill?”“Ya brengsek lah! Masa ngomong soal pernikahan melalui video call sih? Itu kan hal serius, Gwen! Harusnya Matthew bahas soal itu face to face sama lo!” sungut Jill tidak terima. Untung Revel tidak melakukan hal itu, jika tidak, Jill pasti akan kesal!“Tapi lo tau sendiri kalau Matthew kan nggak mungkin datang ke Jakarta cuma buat ngajakin gue merit!” bantah Gwen membela kekasihnya. Gwen tidak terima waktu Jill mengatai Matthew brengsek. Enak aja!“Cuma lo bilang? Ngajakin lo merit bukan sekedar ‘cuma’, Gwen! Itu hal serius! Mana ada sih cowok yang ngelamar ceweknya melalui video call? Lagian dia bisa aja bahas soal itu langsung pas datang ke acara resepsi pernikahan gue sama Revel! Padahal dia ka
Dua bulan kemudian…..Revel memijat keningnya yang terasa pusing, sudah dua minggu terakhir ini pekerjaannya begitu menumpuk. Siapa yang mengira kalau mengurus perusahaan akan jauh lebih melelahkan dan memusingkan daripada kuliah? Tidak heran kalau papanya ingin pensiun dini dan memilih menikmati hari tua bersama mamanya!Tentunya saat Revel sudah bisa mengurus perusahaan sendiri nantinya! Bukan sekarang! Untung sampai saat ini papanya dan uncle Nick selalu membantunya, tidak membiarkan Revel melangkah seperti anak hilang sendirian! Revel berhenti memijat keningnya saat mendengar pintu ruangannya diketuk dan muncul wajah papanya.“Kamu kenapa, Revel? Kok keliatannya pusing banget?” “Emang aku lagi pusing, Pa!”“Kenapa? Ada masalah pekerjaan?”“Nggak sih, cuma kayaknya aku kebanyakan lembur jadinya agak drop,” jelas Revel.“Ya udah, malam ini jangan lembur dulu. Maksud Papa jangan lembur di kantor ataupun di rumah. Paham maksud Papa kan?” tanya Levin