“Apa anda berniat untuk menjodohkan putri anda dengan putra saya, Mr. Bobby? Makanya anda merasa tersinggung dengan ucapan saya barusan?” cecar Claire, tidak ingin menyerah untuk mendapatkan jawaban secara terang-terangan.
Mr. Bobby dilema, apakah dirinya harus mengakui rencananya? Atau menyangkalnya saja agar kerjasama mereka dapat tetap berjalan lancar? Bukankah tadi Mrs. Claire bilang kalau dirinya bisa meminta suaminya untuk membatalkan kerjasama di antara mereka?Jika begitu, bukankah dirinya yang akan merugi karena melepaskan kerjasama dengan perusahaan yang paling berpengaruh hanya karena ambisinya untuk menjodohkan Jessie dengan Revel? Tidak bisa! Kerjasama itu harus tetap berjalan atau dirinya sendiri yang akan rugi besar! Sebagai pengusaha, dirinya pasti tidak mau rugi!Apalagi dirinya juga memang belum mengatakan niatnya secara resmi, baru hanya sekedar omongan dengan istri dan putrinya saja. Jadi masih ada kesempatan untuk menutupi dan menyangkalnya! Ya, begJill menatap papa Edbert dengan raut terluka, hilang sudah rasa hormatnya kepada sang papa. Yang kini Jill rasakan hanyalah rasa benci! Benci pada ayah kandungnya sendiri yang sudah tega menampar dirinya!“Jill….” lirih papa Edbert saat dirinya sadar kalau sudah melakukan hal yang tidak seharusnya. Bagaimana bisa seorang papa menyakiti putrinya sendiri? Papa Edbert ingin mengucapkan kata maaf, namun lidahnya kelu. Ego dan harga dirinya sebagai seorang papa menghalangi niatnya untuk mengatakan hal itu!Namun Jill bergeming, meski air matanya mengalir turun, tapi nada suaranya masih terdengar begitu tegas dan jelas, bercampur sakit hati.“Papa nggak perlu bilang apapun lagi, akhirnya sekarang aku tau kalau buat Papa yang terpenting hanyalah perusahaan! Kalau begitu anggap saja kalau aku sudah mati! Anggap saja kalau Papa tidak pernah memiliki anak sepertiku!” geram Jill dan langsung berderap pergi tanpa menoleh sedikitpun meski kedua orangtuanya memanggil namanya berulang
Air mata Jill kembali jatuh, sakit hati dengan perlakuan papanya. Setelah disakiti oleh Alvaro, sekarang Jill harus dijodohkan dengannya? Bahkan papanya sendiri tidak percaya dengan kelakuan busuk Alvaro! Apakah papanya harus melihat Jill hancur dan menderita lebih dulu, baru setelah itu percaya dengan ucapannya?Jill menarik nafas, berpikir langkah apa yang harus diambilnya sekarang. Jill tidak ingin lagi merepotkan Gwen. Dirinya sudah cukup sering menginap di rumah Gwen jika ada masalah. Lagipula untuk saat ini Jill tidak akan pulang ke rumahnya. Tidak, sampai papanya membatalkan rencana perjodohannya dengan si Alvaro brengsek!Jill berpikir sejenak dan kembali melajukan mobilnya ke ATM terdekat, sekarang Jill harus mengambil banyak uang cash lebih dulu sebelum diblokir oleh papanya! Jika tidak ada uang dan tidak ada tempat tinggal, matilah dia! Dengan pemikiran itu, Jill segera menggasak habis uang di ATM nya!‘Ini bukan licik, tapi lihay!’ batin Jill, berusaha memben
“Kita akan kembali ke Amerika minggu depan,” beritahu Mr. Bobby mendadak membuat Jessie mendelik kaget.Bukankah dulu papanya bilang akan berada di Jakarta cukup lama? Tapi kenapa sekarang jadi berubah? Apa karena tujuannya untuk menjodohkan Jessie dengan Revel gagal total? Apalagi papanya jadi lebih sering uring-uringan setelah acara makan malam bersama waktu itu! Separah itukah akibat dari perjodohan yang gagal?“Tapi kenapa, Pa? Apa terjadi masalah pada perusahaan kita di Amerika?” tanya Mrs. Aileen dengan raut cemas.Jessie bersyukur karena mamanya menggantikan dirinya untuk menanyakan pertanyaan yang juga hinggap di kepalanya sejak tadi.“Untuk apalagi kita tinggal lama-lama disini kalau Jessie tidak bisa menarik perhatian Revel! Buang-buang waktu saja!” balas Mr. Bobby sambil memandang Jessie dengan tatapan kecewa. Seolah harapannya pupus karena ulah Jessie.Sakit, itulah yang Jessie rasakan saat ini. Jadi papanya menyalahkan dirinya karena gagal menjadikan
Mr. Bobby terkesiap dan baru menyadari kebenaran dari ucapan pelayannya, dengan tergesa pria itu menggendong istrinya, meninggalkan Jessie begitu saja. Saat ini yang ada di dalam pikirannya hanyalah keadaan istri dan janin yang ada di dalam rahim istrinya! Dirinya takut terjadi sesuatu yang buruk!Sedangkan Jessie yang berada seorang diri di rumah hanya bisa menangis saat melihat mamanya harus dilarikan ke rumah sakit karena ulahnya, meski masih berusia 5 tahun, tapi dirinya adalah anak yang cerdas dan tau apa yang sedang terjadi. Pelayan sibuk membujuk dan menenangkan Jessie sampai akhirnya anak kecil itu tertidur karena terlalu lelah menangis.Di rumah sakit…..Mr. Bobby meremas kedua tangannya dengan gelisah, tidak sabar menunggu dokter yang sedang menangani istrinya di dalam sana. Dirinya tidak henti-hentinya berdoa sejak tadi, berharap tidak terjadi hal buruk. Hingga akhirnya dokter keluar dari ruangan yang langsung dicecar oleh berbagai macam pertanyaan,“
Jill merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal, pertama kali tidur di tempat asing ini terasa sangat tidak nyaman, tapi saking lelahnya pada akhirnya Jill tetap terlelap setelah pusing mencari pekerjaan kesana kemari! Ternyata cari kerja emang beneran nggak gampang! Perlu effort lebih!Jill menguap lebar dan mencari ponselnya yang tergeletak manis di samping bantal, keningnya berkerut heran saat melihat Revel mengirimkan pesan padanya. Bukankah mereka semalam sudah berbincang di telepon? Untuk apalagi kekasihnya itu mengirim pesan? Tidak biasanya seperti ini!Dengan rasa penasaran yang memuncak, Jill membuka pesan dan tersenyum kecil. Heran karena kekasihnya jadi manja begini.‘Beb, kamu lagi apa? Aku suntuk banget nih. Liburan tapi nggak ngapa-ngapain. Besok ketemuan yuk?’ Begitulah isi pesan yang dikirimkan oleh Revel padanya. Jill menimbang-nimbang sejenak sebelum membalasnya.‘Morning! Sorry semalam aku udah tidur. Boleh, kamu mau jalan kemana hari ini?’Pesan
Claire mengerutkan kening saat melihat Revel kembali bersama Jill, terlihat heran saat melihat wajah mereka yang tampak serius.“Tumben pagi-pagi kamu udah ajak Jill kesini? Tanpa pemberitahuan pula. Ada apa?”“Ada yang mau aku omongin, Ma.”Claire belum sempat menjawab saat suara Levin terdengar di ujung ruangan.“Jill? Ada apa pagi-pagi sudah kesini?”Bagaimana Jill tidak semakin grogi kalau mendapat pertanyaan yang sama dalam kurun waktu berdekatan begini? Tidak sampai satu menit kayaknya! Dan Jill merasa kehadirannya tertolak karena dipertanyakan berulang kali!“Duduklah dulu baru jelaskan pada kami maksud kedatangan kamu sepagi ini!” ucap Claire singkat, meski dirinya sangat amat penasaran dan tidak bisa menunggu lebih lama lagi, tapi sebagai tuan rumah yang baik tetap harus bisa bersikap sopan kan? “Ada apa?” tanya Claire saat mereka semua sudah duduk di ruang tamu. Jill duduk di samping Revel, berhadapan dengan Levin dan Claire, tangannya ber
Bayar uang sewa? Kenapa mamanya jadi matre begini? Apa uang belanja yang papanya kasih masih kurang banyak sampe mau jadi ibu kost begini? Dan bukankah mamanya memiliki penghasilan sendiri dari saham meski hanya berdiam diri di rumah? “Tapi, Ma….”“Itu syaratnya. Kalau setuju kamu boleh tinggal disini, tapi kalau nggak, silahkan kamu cari tempat lain!” putus Claire dengan nada final.“Kenapa harus begitu sih, Ma?” protes Revel jadi malu dan tidak enak hati sendiri. Dirinya tidak menyangka kalau mamanya akan memungut bayaran dari Jill, padahal kekasihnya itu sedang kesulitan keuangan! Keterlaluan!“Lho, Mama hanya ingin membuktikan ucapan Jill barusan. Bukannya kamu bilang ingin belajar mandiri, Jill? Kalau kamu hanya menumpang hidup di rumah orang tanpa melakukan apapun, malahan kamu nggak akan bisa mandiri kan?” tanya Claire dengan penekanan di setiap kata ‘mandiri’.Jill mengangguk kaku, sadar akan kebenaran dari ucapan tante Claire.“Tapi saya belum
“Pa, bagaimana kelanjutan kerjasama antara Papa dengan Om Edbert?” tanya Alvaro pada papanya saat mereka sedang sarapan pagi bersama seperti biasa.“Kenapa? Apa kamu sudah tidak sabar agar dapat memperistri Jill? Kamu cinta sama dia?” tanya Yosua pada putranya. Alvaro hanya mengangkat bahu saat mendengar godaan sang papa.“Apa perlu cinta untuk menikah? Aku rasa tidak, Pa!” Yosua terkekeh mendengar jawaban putranya yang ternyata memiliki pemikiran yang sama persis dengan dirinya. Apa itu cinta? Tidak penting! Pernikahan hanyalah sebuah status agar dipandang hormat oleh orang lain, apalagi jika menikah dengan pengusaha yang sederajat atau malah lebih tinggi daripada mereka.Dan yang lebih penting lagi, pernikahan hanyalah status agar mereka dapat menyalurkan hasrat se-ks kepada pasangannya, karena jika tidak, pasti akan dianggap berzina! Meski yang sebenarnya terjadi, baik setelah menikah pun mereka tetap bisa jajan di luar, mencari wanita yang jauh lebih m