“Sure! Lo mau buktiin langsung?” tantang Revel tanpa bermaksud mengklarifikasi tuduhan Jill padanya. Membiarkan Jill berpikir semaunya.
‘Tolak, Jill! Jangan kayak wanita murahan! Jangan sampai Revel menganggap lo cewek gampangan!’ batin Jill.“Gue nggak mau kena penyakit! Lo abis mesra-mesraan sama pelacur itu dan sekarang ngajakin gue ngamar? Ogah! Gue nggak sudi!” tolak Jill setengah hati, apalagi tubuhnya menginginkan yang sebaliknya! Dasar tubuh kurang ajar! Otak mesum!Revel mengangkat alis, memikirkan kalimat yang tepat agar wanita di dekatnya itu luluh dan kembali masuk ke dalam perangkapnya. Seperti kemarin.“Gue nggak pernah bilang kalau gue abis main sama mereka kan? Lo sendiri yang berasumsi kayak gitu!” cibir Revel membuat Jill terdiam.Jill mengangkat bahu, enggan berkomentar. Lebih tepatnya Jill bingung harus berkomentar apa. Kalimatnya tadi sudah menyiratkan penolakan, aneh jika tiba-tiba Jill berubah pikiran kan? Lagipula Jill harus jual mahal!Tubuh berotot Revel tampak begitu menggoda, tanpa sadar Jill mengulurkan tangan hendak menyentuh otot-otot yang seolah memanggilnya. Terasa begitu jantan. Maskulin. Membuat Jill terpesona, tidak sabar ingin merasakan kehangatan pelukan Revel.“Sentuhan lo bikin gue nggak sabar, Baby!” desah Revel waktu merasakan kelembutan jari lentik Jill diatas kulitnya.Jill tersadar dan beringsut mundur saat melihat tatapan mata Revel yang begitu lapar terarah padanya, pada tubuh polosnya lebih tepatnya. Jill bagaikan seekor kelinci yang hendak diterkam oleh serigala buas.Tatapan Revel membuat Jill serba salah. Sebagai wanita, ada rasa takut di hatinya, takut Revel memperlakukannya secara kasar, tapi disisi lain, Jill ingin merasakan keliaran pria itu. Keliaran yang membuat Jill melayang nikmat! Dan kali ini Jill tidak sempat berpikir panjang, karena Revel tidak mengizinkannya.Jill kembali memekik saat Revel tidak memberinya kesempatan untuk mempersiapkan diri. Pria itu langsun
Jill tertegun sejenak menatap wajah Revel. Terkesima. Terpesona. Bukan karena pertanyaannya, tapi karena sikap Revel. Sikap pria itu sangat berbeda jauh jika mereka sedang bermain diatas ranjang. Jika sedang bercinta, Revel selalu memperlakukannya dengan lembut dan penuh perhatian, tidak dingin sama sekali! Pria yang memiliki dua kepribadian yang saling bertolak belakang itu sungguh unik! Tapi Jill menyukainya. Jill menyukai kelembutan, ketangguhan dan keperkasaan Revel padanya di saat-saat seperti ini. “Masih sanggup?” goda Jill, kali ini tanpa nada mengejek atau menghina sama sekali. Benar-benar hanya bertanya.“Sure! Gue masih sanggup melakukannya berulang kali kalau sama lo,” balas Revel percaya diri. Tidak ada keraguan sama sekali dalam suaranya.“So, do it, please!” jawab Jill memberi izin. “Really?” tanya Revel memastikan.“Yes!”Jill tidak peduli jika Revel menganggapnya sebagai wanita gampangan karena dirinya juga tidak dapat mengendalika
“Why? Bukannya lo suka?” goda Revel.Jill terdiam, tidak menyangkal, Jill cukup sadar kalau Revel bukan pria bodoh yang dapat dibohongi begitu saja. Terlebih lagi tubuh Jill berkhianat dan menikmati sentuhan pria itu! Apalagi desahan nikmat terlontar keluar dari bibir Jill tanpa dapat dikendalikan! Dasar bibir kurang ajar, kenapa tidak bisa menahan diri dan malah mendesah keenakan begini?!Dengan sekali sentakan, Jill sudah kembali berada dibawah tubuh Revel. Wanita itu hanya bisa memekik kaget dan tertegun saat melihat wajah Revel yang sudah kembali berlumur gairah. Padahal hari masih pagi! Dan mereka baru bangun tidur! Astaga! Apa pria itu tidak lelah setelah semalaman menggempurnya?!Staminanya terbuat dari apa sih? Jill tidak habis pikir! Tidakkah Revel memikirkan Jill yang masih merasa lelah setelah melayaninya hampir semalaman? Tidakkah pria itu berniat memberi Jill waktu istirahat yang lebih panjang untuk memulihkan tenaga sebelum kembali digempur oleh junior perk
Sejujurnya Revel tidak menyangka kalau gadis angkuh yang dikenalnya ternyata cukup bodoh jika dihadapkan dengan pria dan rasa cinta! Bukankah seharusnya Jill harus bersikap lebih cerdas? Saat itu Revel percaya dengan ungkapan kalau cinta itu buta! Revel sudah melihat contohnya langsung dari Jill, dirinya memiliki banyak informan terpercaya. Banyak dari mereka yang menceritakan tentang perdebatan yang terjadi antara Jill dan sahabatnya yang bernama Gwen.Bahkan nasihat Jayden, bartender yang ditemui Revel kemarin, juga diabaikan oleh Jill! Ternyata sejak awal baik Gwen maupun Jayden memang tidak menyukai Alvaro, namun Jill yang sudah dibutakan oleh rasa cinta mengabaikan pendapat sahabatnya begitu saja! Dan baru menyadari kebenaran dari ucapan kedua sahabatnya saat Revel memperlihatkan secara langsung tingkah bobrok Alvaro di depan matanya! Live! Maka dari itu Revel tidak bosan memperhatikan Jill dari jauh. Tidak bosan mengintai Alvaro, berusaha mencari celah, kesa
Jill berbalik dan terkesiap kaget saat melihat Revel berdiri tidak jauh darinya, sudah mengenakan pakaian lengkap. Bersandar santai di tembok. Entah sudah berapa lama pria itu berada di sana, Jill tidak menyadarinya. Sejak tadi dirinya hanya fokus berbicara dengan Gwen, apalagi Revel tidak bersuara sama sekali! “Gue balik dulu ya,” pamit Jill, bingung harus bicara apalagi.“Mau gue antar?”“Nggak usah. Gue bawa mobil. Bye!”Dan Jill berlalu pergi begitu saja membuat Revel heran dengan perubahan sikap wanita itu. Padahal semalam dan tadi pagi mereka baru melakukan hal panas, tapi kenapa sekarang sikap Jill jadi dingin lagi? Apa salahnya? Kenapa sikap wanita itu sangat mudah berubah? Membuat Revel bingung! ‘Apa mungkin Jill masih merasa canggung sama gue? Tapi masa iya setelah berulang kali saling memuaskan masih merasa canggung? Hah, cewek emang sulit diprediksi! Entahlah! Biarkan saja dulu,’ putus Revel.Dan sekarang pikiran Revel malah beralih kepada pembi
Hampir seharian ini Revel tidak bisa konsentrasi dengan skripsinya. Sikap aneh Jill membuat Revel merasa bingung dan bertanya-tanya. Belum lagi dengan obrolan perjodohan itu! Meski Jill sudah menolak, tetap saja ada kemungkinan kalau sahabatnya nekat dan tetap mengenalkan Jill pada pria lain kan?‘Nggak boleh! Apa lebih baik telepon langsung dan ajak Jill ketemu?’Tapi Revel ragu, bisa-bisa dirinya langsung ditolak! Apalagi sikap Jill tadi kembali dingin padanya! Padahal Revel sudah berbaik hati menawarkan bantuan untuk mengantar Jill pulang! Nasib! “Biarin aja dulu, lebih baik beri Jill waktu sebentar. Lagian gue yakin kalau Jill juga nggak mungkin terima perjodohan itu,” pikir Revel mencoba berpikir positif.Menurutnya lebih baik memberi waktu untuk Jill berpikir. Revel tidak ingin membuat Jill merasa terbebani dengan kehadirannya. Apalagi wanita itu belum mengingatnya! Jadi meski berat karena tidak bisa melihat Jill selama beberapa hari ini, tapi Revel berus
“Udah, nggak usah dipikirin. Itu udah jadi masa lalu.”“Hmm…”“Btw kalo gitu lo udah bisa buka lowongan buat cowok baru donk? Lo tau sendiri kalau banyak cowok yang ngincer lo jadi cewek mereka. Atau gue jodohin aja deh,” goda Gwen, kembali ke topik perjodohan yang sempat diutarakannya beberapa hari lalu.Ucapan yang membuat Jill heran karena tidak biasanya Gwen segigih ini hendak menjodohkannya. Apa Gwen memiliki niat terselubung? Tapi apa? “Nggak ada ya acara perjodohan! Gue nggak mau! Lo tau sendiri kalau gue lebih suka cari cowok sendiri, lagipula siapa tau nanti, dalam waktu dekat ini maksudnya, ada yang menarik perhatian gue!” tolak Jill. Gwen terkekeh mendengar jawaban sahabatnya.“Ya udah deh. Gue cuma berharap lo bisa dapet cowok yang lebih baik. Jangan cowok brengsek macam Alvaro!” harap Gwen.“I hope so. Jujur gue capek kalau harus mulai hubungan baru sama cowok sih. Jadi gue harap kali ini ada yang bener-bener serius sama gue.”“Bener-be
Revel meraih kunci mobilnya dan berlari kecil, namun langkahnya terhenti otomatis saat melihat papa dan mamanya sedang berada di ruang keluarga. Tumben. Padahal ini hari biasa, bukan hari libur, kenapa papanya nggak kerja? Malah asyik mesra-mesraan sama mamanya! Bikin Revel iri aja!Padahal Revel sendiri masih belum memiliki pasangan resmi untuk bermesraan. Belum, sampai Jill menerimanya nanti! Sekarang saja Revel masih harus memikirkan alasan untuk bertemu dengan Jill! Bisa dibilang jalan yang harus ditempuh untuk mendapatkan hati Jill masih cukup panjang dan berliku! Semoga saja Tuhan berkenan melunakkan hati Jill! “Papa tumben di rumah? Nggak ngantor?”“Bosan kerja!” jawab papa Levin asal.“Kamu kalau jawab ngasal banget sih, Levin!” tegur mama Claire gemas.Jawaban seperti itu keluar dari bibir seorang pemilik perusahaan yang memiliki cabang sampai ke kancah international? Sungguh tidak bertanggung jawab! Tapi tentu saja Revel tidak menyuarakannya. Tidak ing
Satu tahun kemudian…Di salah satu hotel bintang lima terlihat dekorasi yang begitu mewah namun terkesan elegan, tidak norak. Jill memasuki ballroom sambil menggandeng lengan Revel yang sedang menggendong baby Luiz. Di umur yang hampir menginjak tiga tahun, baby Luiz terlihat semakin tampan, mengikuti wajah Revel.Di belakang mereka ada seorang baby sitter sambil mendorong stroller kosong, untuk jaga-jaga jika Luiz mengantuk di tengah acara pesta. Sejak beberapa bulan yang lalu, Jill akhirnya menyerah pada bujukan Revel dan mengikuti keinginan suaminya yang tidak tega melihatnya kelelahan jika harus mengurus Luiz sendirian.‘Aku nggak mau kamu terlalu capek dan jatuh sakit, Baby. Apalagi selain mengurus Luiz, kamu juga masih harus mengurusku.’Ya, sejak menikah dengan Revel, Jill memang ingin mengurus keperluan suami dan anaknya sendiri, bahkan dirinya sampai rela berhenti kerja hanya untuk mengurus rumah tangganya. Jill lebih memilih menjadi ibu rumah tangga daripad
Beberapa bulan kemudian….Revel menatap bangga pada putranya yang semakin pintar, lucu dan menggemaskan. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang pengusaha, bermain dengan buah hatinya merupakan kebahagiaan tersendiri untuk Revel. Dan sekarang di waktu santai, itulah yang dirinya lakukan.Bermain dengan Luiz sepuasnya sekalian menggantikan tugas Jill menjaga anak meski hanya sementara. Perhatian Revel beralih dari Luiz kepada Jill yang baru saja memasuki ruang keluarga dengan piring buah di tangannya. Hal yang memang biasa dilakukan setiap hari. Makan buah agar sehat.Senyum lebar mengembang di wajah cantik Jill yang tampak polos, tanpa adanya jejak make up sama sekali, namun tidak menutupi kecantikan alami yang terpancar jelas. Kecantikan yang membuat Revel tidak bisa mengalihkan pandangan barang sedetik pun dari istrinya. Dari dulu.“Hei, kamu lagi main apa sama Papa? Kok senang banget sih?” tanya Jill sambil menggoyangkan tangan kecil Luiz. Tidak ada jawaban
“Jadi siapa nama cowok yang kemarin, Jill?” cecar Jessie tidak sabar saat datang ke rumah Jill pagi-pagi, persis dengan gaya ibu-ibu komplek yang begitu penasaran akan gossip terbaru! Tidak ingin ketinggalan berita! “Cowok? Oh yang itu! Masa lo nggak kenal sih? Bukannya udah pernah ketemu ya pas pergi sama gue?” tanya Jill masih tidak percaya kalau Jessie tidak mengenal pria yang kemarin membuat gadis itu sampai ternganga takjub!“Mana ada? Belom lah! Kalau udah gue nggak mungkin lupa sama cowok ganteng begitu!” sanggah Jessie yakin, mengulang ucapannya kemarin.“Masa iya sih?” tanya Jill sambil mengusap dagunya pelan, berpikir keras.“Jangan kebanyakan mikir! Cepet kasih tau gue siapa namanya? Gue udah penasaran dari kemarin tau!” cecar Jessie lagi membuat Jill berdecak sebal karena seperti sedang dikejar oleh debt collector!“Tuh cowok namanya Jayden! Dia temen gue yang kerja sebagai bartender!”“Bartender?” ulang Jessie lemas. Seolah harapannya untuk
Matthew menatap Gwen yang baru saja selesai mandi. Akhirnya malam ini mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Hal yang tidak berani Matthew bayangkan sebelumnya, terlebih saat mengingat waktu Gwen menjauhinya dulu, begitu membuatnya frustasi. Apalagi istrinya itu sangat sulit dibujuk!Hati Matthew menghangat saat melafalkan kata ‘istri’ meski hanya dalam hati. Dadanya bergemuruh dipenuhi euphoria yang bernama kebahagiaan. Matthew masih asyik dengan pikirannya saat Gwen bertanya dengan nada heran,“Kamu belum mau mandi?”“Ini aku baru mau mandi,” jawab Matthew agak kikuk, belum terbiasa berada berduaan dengan wanita yang telah resmi menjadi istrinya hari ini dalam satu kamar. Gwen mengambil hairdryer dan mengeringkan rambut, tidak ingin tidur dalam keadaan rambut basah karena bisa bikin kepalanya sakit nanti. Gwen sedang fokus dengan rambut dan hairdryer di tangannya saat tangan Matthew memeluk pinggangnya dari belakang. Refleks wanita itu memekik kaget!“Asta
Lamunan Revel mengenai perusahaan pupus saat melihat Jill menggeliat dan membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari sore yang menerpa indera penglihatannya. “Hei, kamu udah pulang dari tadi?”“Nggak kok, baru aja. Kamu pasti capek banget sampe ketiduran gini.”“Nggak juga kok, cuma anginnya enak aja bikin aku ngantuk dan ketiduran,” kilah Jill tidak ingin membuat Revel khawatir dan malah menambah beban pikiran sang suami yang pasti sudah begitu banyak, apalagi dengan masalah perusahaan yang pasti tidak akan pernah ada habisnya.Revel hanya mengangguk, sadar kalau Jill tidak ingin membuatnya khawatir.“Jadi gimana kantor hari ini? Banyak kerjaan?”“Ya begitulah, setiap hari pasti ada aja.”“Tapi nggak ada masalah kan?”“Nggak kok, semuanya aman. Kamu tenang aja, okay?”Jill mengangguk, menggendong baby Luiz perlahan agar tidak membuatnya terbangun dan membaringkannya di baby box.Beberapa bulan kemudian…
Dokter dan suster yang melihat kejadian itu tidak urung menatap Revel dengan raut kasihan tapi juga geli. Revel yang menyadari kalau mereka hampir terbahak melihat apa yang terjadi barusan hanya bisa menunduk, karena lagi-lagi harus menahan malu akibat ulah istrinya! Nasib!Sejak dulu Jill memang sudah menjadi titik kelemahannya. Begitu juga kali ini, Revel harus rela menurunkan wibawanya di depan dokter dan suster yang bertugas. Revel sadar kalau sebentar lagi cerita mengenai dirinya yang dianiaya oleh Jill pasti akan tersebar luas! Tapi ya sudahlah, terima nasib aja! Siapa yang menyangka kalau Revel akan cinta mati pada wanita sebar-bar ini? Iya kan?“Selamat ya, Pak. Bayinya laki-laki dan terlahir sehat,” ucap dokter.Dengan penuh haru Revel menatap bayinya. Bayi yang merupakan perpaduan antara dirinya dengan Jill! Astaga! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan bayi setampan ini? Memang sih, Revel sadar kalau dirinya tampan dan Jill juga cantik, tapi tetap saja dirinya
Revel berdecak gemas karena pertanyaannya malah dijawab asal-asalan oleh Jill! Padahal dirinya sedang bertanya serius! Sangat amat serius! Revel ingin segera tau hasil testnya! Revel ingin tau apakah usahanya hampir setiap malam sudah membuahkan hasil atau belum! Jika belum, Revel tidak akan bosan untuk terus berusaha sampai Jill positif hamil! Usaha yang akan Revel lakukan dengan senang hati karena sama-sama dapat enak! “Aku serius, Jill!” sergah Revel menahan sabar. Jill meringis saat Revel sudah memanggil namanya dengan nada seperti itu, tanda kalau pria itu sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya. “Itu kan yang muncul garis dua, yang artinya aku positif. Dan karena ini testpack kehamilan, berarti tandanya aku positif hamil, Revel. Bukan positif covid,” jelas Jill, tidak ingin diomeli oleh suaminya yang terkadang bisa bersikap menyebalkan juga. “Serius?” lirih Revel dengan suara tercekat, tidak percaya kalau akhirnya Tuhan ke
“Hmm…. Matthew kemarin ngajakin gue merit,” aku Gwen dengan suara lirih. Jill ternganga sejenak sebelum akhirnya memekik kaget.“What?! Lo serius?!” “Seriuslah!”“Brengsek juga tuh cowok!” omel Jill membuat Gwen mengernyit bingung. “Kenapa jadi brengsek, Jill?”“Ya brengsek lah! Masa ngomong soal pernikahan melalui video call sih? Itu kan hal serius, Gwen! Harusnya Matthew bahas soal itu face to face sama lo!” sungut Jill tidak terima. Untung Revel tidak melakukan hal itu, jika tidak, Jill pasti akan kesal!“Tapi lo tau sendiri kalau Matthew kan nggak mungkin datang ke Jakarta cuma buat ngajakin gue merit!” bantah Gwen membela kekasihnya. Gwen tidak terima waktu Jill mengatai Matthew brengsek. Enak aja!“Cuma lo bilang? Ngajakin lo merit bukan sekedar ‘cuma’, Gwen! Itu hal serius! Mana ada sih cowok yang ngelamar ceweknya melalui video call? Lagian dia bisa aja bahas soal itu langsung pas datang ke acara resepsi pernikahan gue sama Revel! Padahal dia ka
Dua bulan kemudian…..Revel memijat keningnya yang terasa pusing, sudah dua minggu terakhir ini pekerjaannya begitu menumpuk. Siapa yang mengira kalau mengurus perusahaan akan jauh lebih melelahkan dan memusingkan daripada kuliah? Tidak heran kalau papanya ingin pensiun dini dan memilih menikmati hari tua bersama mamanya!Tentunya saat Revel sudah bisa mengurus perusahaan sendiri nantinya! Bukan sekarang! Untung sampai saat ini papanya dan uncle Nick selalu membantunya, tidak membiarkan Revel melangkah seperti anak hilang sendirian! Revel berhenti memijat keningnya saat mendengar pintu ruangannya diketuk dan muncul wajah papanya.“Kamu kenapa, Revel? Kok keliatannya pusing banget?” “Emang aku lagi pusing, Pa!”“Kenapa? Ada masalah pekerjaan?”“Nggak sih, cuma kayaknya aku kebanyakan lembur jadinya agak drop,” jelas Revel.“Ya udah, malam ini jangan lembur dulu. Maksud Papa jangan lembur di kantor ataupun di rumah. Paham maksud Papa kan?” tanya Levin