Revel terbahak melihat wanitanya jadi bersikap malu-malu begini. Siapa yang akan menyangka kalau pada akhirnya wanita yang biasanya segalak singa akan menjadi semanis kucing begini di hadapan Revel? Padahal biasanya Jill selalu bersikap ketus!
Tanpa dapat dicegah Revel memeluk wanita di sampingnya, menumpahkan segala perasaannya. Apakah ini jawaban dari semua doanya selama ini? Sepertinya iya!Revel tidak menyangka kalau saran orangtuanya manjur! Tidak menyangka kalau saran papa Levin langsung terbukti khasiatnya! Maksudnya, ternyata dengan berusaha merelakan Jill malah membuat wanita itu merasa kehilangan dan memutuskan mengejar Revel sampai ke Melbourne! Saran dari sesepuh yang memiliki pengalaman hidup memang tidak bisa diremehkan!“Aduh! Apa-apaan sih?” omel Jill berusaha menutupi rasa malu dengan sikap ketusnya seperti biasa, namun bedanya kali ini Revel tidak merasa frustasi, malah merasa lucu!“Kamu kok galak banget sih sama pacar sendiri, Beb?” tanya Reve“Kok kamu bisa tau?”“Karena aku udah paham sama sifat kamu, Beb!” jawab Revel sambil mengedipkan sebelah matanya dengan genit membuat Jill mendengus malu.“Jadi mau ya nikah sama aku?” tanya Revel lagi. “Apa orangtua kita akan kasih izin?” tanya Jill ragu, apalagi saat teringat dengan sikap ketus tante Claire, mama Revel, saat Jill datang ke rumahnya waktu itu. Bagaimana kalau tante Claire tidak kasih restu? “Itu urusanku, yang penting aku harus tau dulu apa jawaban kamu. Kamu mau nikah sama aku atau nggak?”“Nikah sama kamu sih aku mau, tapi aku belum yakin apa harus secepat ini? Kasih aku waktu untuk berpikir,” pinta Jill. Tidak ingin terburu-buru, apalagi ini menyangkut masa depannya seumur hidup!Revel mengangguk, tidak ingin terlalu mendesak kekasihnya. Sadar kalau Jill pasti masih kaget dengan ucapannya barusan. Baru kemarin resmi pacaran, hari ini sudah diajak nikah! Wanita manapun pasti akan meminta waktu untuk berpikir! “Tapi jangan lama-lama
Revel menatap wajah Jill yang masih tertidur pulas. Tidak, mereka tidak melakukan hal terlarang seperti biasanya. Murni hanya sekedar tidur tanpa melakukan hal itu. Revel tidak ingin membuat Jill menyalahkan dirinya sendiri, jadi meski sangat ingin melakukan hal itu, tapi Revel berusaha menahan diri.Revel tidak ingin Jill menganggapnya sebagai pria yang penuh nafsu. Pria yang hanya ingin memanfaatkan tubuh wanitanya. Meski itu memang benar, tapi Revel hanya bernafsu pada Jill! Tidak salah kan bernafsu pada kekasihnya sendiri? Pikiran Revel teralihkan saat melihat Jill menggeliat pelan, senyum tanpa sadar tersungging di wajah tampan Revel.Jill terkesiap kaget saat melihat Revel sudah berada di atas ranjangnya dan sedang menatapnya dengan tatapan yang membuat jantung Jill berdebar kencang! Dengan panik Jill memeriksa kondisi tubuhnya. Pakaiannya masih lengkap. Hah, syukurlah!Revel terbahak melihat tingkah wanita yang sudah resmi menjadi kekasihnya. Tingkah polos ya
Levin tertegun mendengar ucapan istrinya.“Jangan berburuk sangka, mungkin saja memang Jill baru sadar kalau dirinya mencintai Revel. Itu memang rencana kita kan? Membuat Jill merasa kehilangan agar dapat menyadari perasaannya sendiri?” bujuk Levin pelan. “Memang, tapi aku tetap merasa Jill terlalu cepat berubah pikiran. Bagaimana kalau ternyata Jill tidak serius? Bagaimana kalau hati Jill berubah lagi nantinya? Bukankah akan lebih menyakitkan untuk Revel? Diberi harapan tapi ditarik lagi itu jauh lebih sakit!”“Bukankah cinta memang selalu menyakitkan? Tapi dari situ kita belajar kan?”“Jadi kamu setuju dengan hubungan mereka?”“Kamu tidak setuju?”“Nggak juga sih, mungkin aku harus melihat keseriusan Jill dulu. Jika sudah yakin tentu aku akan setuju sepenuhnya, tapi kalau sekarang mungkin persentase rasa setujuku hanya 40%,” jawab Claire jujur.Levin tersenyum mendengar jawaban istrinya, sadar kalau itu terjadi karena kekhawatirannya sebagai seorang ma
Revel terkekeh melihat kekasihnya yang tampak merajuk. Tanpa ragu Revel memeluk Jill, tidak peduli meski mereka sedang berada di tempat umum seperti bandara. Toh ini di Melbourne bukan Jakarta! Jadi bebas! Bahkan Revel bisa melumat bibir ranum Jill jika mau, tidak seperti Jakarta yang tabu dengan hal seperti itu!“Jangan kesal gitu donk! Percaya sama aku, okay? Sama kayak aku yang percaya sama kamu,” ucap Revel lembut.“Pokoknya kamu janji jangan macam-macam ya!”“Iya, Beb! Kamu juga di Jakarta jangan macam-macam ya? Kalau ada cowok yang deketin langsung usir! Apalagi kalau misal Carl masih sering telepon, kamu harus langsung reject!” pinta Revel dengan nada cemburu yang terdengar begitu jelas, pria itu tidak berniat menutupinya sama sekali, membuat Jill terbahak geli. Tidak menyangka kalau Revel akan mengingat Carl! Padahal Carl adalah teman ngobrol yang mengasyikkan, tapi mau bagaimana lagi? Daripada Revel cemburu! Mungkin suatu hari nanti Jill bisa mempertemukan
Revel terdiam sejenak mendengar pertanyaan sang mama. Pertanyaan yang terdengar seperti angin segar di telinga Revel karena mama Claire tampak welcome dengan hubungan Revel dan Jill, tidak seperti awal! “Mau sih, Ma. Tapi aku belum tanya dia. Kalau besok malam aku ajak gimana, Ma?”“Boleh. Mama setuju aja. Menurut kamu gimana, Levin?” “Papa juga nggak masalah. Lagipula Papa ingin tau seberapa serius hubungan kalian.”Revel mengulum senyum, pertanyaan papa Levin dan undangan tidak langsung mama Claire membuat Revel semakin yakin, dan Claire yang peka langsung bertanya,“Apa ada yang ingin kamu bicarakan dengan kami, Revel?”“Iya, Ma. Nanti setelah makan malam ada yang ingin aku bahas.”“Okay. Kita ngobrol di ruang kerja Papa nanti.”Ruang kerja Levin…..“Jadi apa yang mau kamu bicarakan dengan kami, Revel?” tanya Claire tidak sabar. Apalagi waktu mereka sudah berada di ruang kerja Levin, sikap Revel menjadi mendadak gelisah, seperti cacing kepana
Revel bersandar lemah di sofa, pupus sudah harapannya untuk mengantongi restu dari orangtuanya. Jangankan restu, yang Revel dapatkan malah ceramah panjang lebar yang membuat kepalanya pusing!“Jadi Papa dan Mama tidak merestui rencanaku untuk menikahi Jill?”“Kami akan merestui rencana pernikahan kalian kalau waktunya sudah tepat, Revel. Dan ya, untuk saat ini kami tidak dapat merestui keinginan kamu,” tegas Claire.Revel tertunduk lesu mendengar ucapan mamanya.“Kami tau kalau kamu pasti kecewa dengan ucapan Mama dan Papa sekarang, tapi Mama mengatakan hal ini untuk kebaikan kamu. Untuk kebaikan masa depan kalian berdua. Mama tidak ingin kamu salah melangkah hanya karena terburu-buru mengambil keputusan. Apa kamu paham maksud Mama?” tanya Claire kembali lembut, berharap Revel benar-benar dapat memahami maksud baiknya. Tidak salah paham.“Paham, Ma,” pasrah Revel, tidak ingin membantah lagi. Lagipula Revel sadar kalau selama ini apapun yang diperbuat oleh or
Gwen meremas tangannya dengan gelisah saat waktu sudah bergulir selama 20 menit dan belum ada tanda-tanda sahabatnya akan selesai. Saking fokusnya, Gwen tidak menyadari kalau ada seseorang yang duduk di sampingnya. Pikirannya hanya tertuju pada Jill seorang! Ibaratnya Gwen sekarang sedang memakai kacamata kuda dan tidak bisa menoleh kemanapun. Tidak peduli pada siapapun. Pokoknya cuma ada Jill di otaknya! “Sahabat kamu yang lagi sidang, tapi kenapa kamu yang segugup ini, Gwen?” tanya Matthew tiba-tiba membuat Gwen tersentak kaget, tidak menduga kalau Matthew akan kembali mendekatinya padahal sudah punya pacar! Dasar pria menyebalkan!Serius, padahal selama beberapa bulan ini Gwen sudah berusaha keras melupakan Matthew meski usahanya belum sepenuhnya berhasil, tapi setidaknya hatinya tidak sesakit saat pertama kali mengetahui kabar kencan Matthew! “Emangnya kenapa? Nggak boleh? Atau ada yang larang?” ketus Gwen berusaha tidak mempedulikan debar jantungnya yang kemb
“Beb?” panggil Revel karena Jill tampak jelas sedang tidak fokus.“Ya?”“Mikirin apa? Kok malah ngelamun gitu?”“Paling juga mikirin soal baju! Cewek kan biasa gitu,” sela Gwen membantu Jill yang tampak jelas begitu galau. Sebagai sahabat yang sudah mengenal selama bertahun-tahun, Gwen paham kalau Jill pasti mengkhawatirkan sikap dari tante Claire nanti malam! Revel tersenyum kecil dan mengusap rambut panjang kekasihnya. Mencoba menenangkan.“Tenang aja, kamu pakai baju apapun cantik kok! Serius!” ucap Revel sambil menampilkan senyum menawannya. Dan pria itu mencondongkan bibirnya ke telinga Jill, hendak mengatakan sesuatu yang tampak jelas begitu rahasia. Tidak ingin Gwen ikut mendengar ucapannya.“Tapi lebih cantik lagi pas nggak pake baju alias naked!” bisik Revel dengan nada super lirih, agar hanya Jill saja yang dapat mendengar kata-katanya. Tak urung ucapan Revel membuat Jill merona dan hanya bisa mendelik kesal akibat ucapan mesum sang kekas
Satu tahun kemudian…Di salah satu hotel bintang lima terlihat dekorasi yang begitu mewah namun terkesan elegan, tidak norak. Jill memasuki ballroom sambil menggandeng lengan Revel yang sedang menggendong baby Luiz. Di umur yang hampir menginjak tiga tahun, baby Luiz terlihat semakin tampan, mengikuti wajah Revel.Di belakang mereka ada seorang baby sitter sambil mendorong stroller kosong, untuk jaga-jaga jika Luiz mengantuk di tengah acara pesta. Sejak beberapa bulan yang lalu, Jill akhirnya menyerah pada bujukan Revel dan mengikuti keinginan suaminya yang tidak tega melihatnya kelelahan jika harus mengurus Luiz sendirian.‘Aku nggak mau kamu terlalu capek dan jatuh sakit, Baby. Apalagi selain mengurus Luiz, kamu juga masih harus mengurusku.’Ya, sejak menikah dengan Revel, Jill memang ingin mengurus keperluan suami dan anaknya sendiri, bahkan dirinya sampai rela berhenti kerja hanya untuk mengurus rumah tangganya. Jill lebih memilih menjadi ibu rumah tangga daripad
Beberapa bulan kemudian….Revel menatap bangga pada putranya yang semakin pintar, lucu dan menggemaskan. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang pengusaha, bermain dengan buah hatinya merupakan kebahagiaan tersendiri untuk Revel. Dan sekarang di waktu santai, itulah yang dirinya lakukan.Bermain dengan Luiz sepuasnya sekalian menggantikan tugas Jill menjaga anak meski hanya sementara. Perhatian Revel beralih dari Luiz kepada Jill yang baru saja memasuki ruang keluarga dengan piring buah di tangannya. Hal yang memang biasa dilakukan setiap hari. Makan buah agar sehat.Senyum lebar mengembang di wajah cantik Jill yang tampak polos, tanpa adanya jejak make up sama sekali, namun tidak menutupi kecantikan alami yang terpancar jelas. Kecantikan yang membuat Revel tidak bisa mengalihkan pandangan barang sedetik pun dari istrinya. Dari dulu.“Hei, kamu lagi main apa sama Papa? Kok senang banget sih?” tanya Jill sambil menggoyangkan tangan kecil Luiz. Tidak ada jawaban
“Jadi siapa nama cowok yang kemarin, Jill?” cecar Jessie tidak sabar saat datang ke rumah Jill pagi-pagi, persis dengan gaya ibu-ibu komplek yang begitu penasaran akan gossip terbaru! Tidak ingin ketinggalan berita! “Cowok? Oh yang itu! Masa lo nggak kenal sih? Bukannya udah pernah ketemu ya pas pergi sama gue?” tanya Jill masih tidak percaya kalau Jessie tidak mengenal pria yang kemarin membuat gadis itu sampai ternganga takjub!“Mana ada? Belom lah! Kalau udah gue nggak mungkin lupa sama cowok ganteng begitu!” sanggah Jessie yakin, mengulang ucapannya kemarin.“Masa iya sih?” tanya Jill sambil mengusap dagunya pelan, berpikir keras.“Jangan kebanyakan mikir! Cepet kasih tau gue siapa namanya? Gue udah penasaran dari kemarin tau!” cecar Jessie lagi membuat Jill berdecak sebal karena seperti sedang dikejar oleh debt collector!“Tuh cowok namanya Jayden! Dia temen gue yang kerja sebagai bartender!”“Bartender?” ulang Jessie lemas. Seolah harapannya untuk
Matthew menatap Gwen yang baru saja selesai mandi. Akhirnya malam ini mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Hal yang tidak berani Matthew bayangkan sebelumnya, terlebih saat mengingat waktu Gwen menjauhinya dulu, begitu membuatnya frustasi. Apalagi istrinya itu sangat sulit dibujuk!Hati Matthew menghangat saat melafalkan kata ‘istri’ meski hanya dalam hati. Dadanya bergemuruh dipenuhi euphoria yang bernama kebahagiaan. Matthew masih asyik dengan pikirannya saat Gwen bertanya dengan nada heran,“Kamu belum mau mandi?”“Ini aku baru mau mandi,” jawab Matthew agak kikuk, belum terbiasa berada berduaan dengan wanita yang telah resmi menjadi istrinya hari ini dalam satu kamar. Gwen mengambil hairdryer dan mengeringkan rambut, tidak ingin tidur dalam keadaan rambut basah karena bisa bikin kepalanya sakit nanti. Gwen sedang fokus dengan rambut dan hairdryer di tangannya saat tangan Matthew memeluk pinggangnya dari belakang. Refleks wanita itu memekik kaget!“Asta
Lamunan Revel mengenai perusahaan pupus saat melihat Jill menggeliat dan membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari sore yang menerpa indera penglihatannya. “Hei, kamu udah pulang dari tadi?”“Nggak kok, baru aja. Kamu pasti capek banget sampe ketiduran gini.”“Nggak juga kok, cuma anginnya enak aja bikin aku ngantuk dan ketiduran,” kilah Jill tidak ingin membuat Revel khawatir dan malah menambah beban pikiran sang suami yang pasti sudah begitu banyak, apalagi dengan masalah perusahaan yang pasti tidak akan pernah ada habisnya.Revel hanya mengangguk, sadar kalau Jill tidak ingin membuatnya khawatir.“Jadi gimana kantor hari ini? Banyak kerjaan?”“Ya begitulah, setiap hari pasti ada aja.”“Tapi nggak ada masalah kan?”“Nggak kok, semuanya aman. Kamu tenang aja, okay?”Jill mengangguk, menggendong baby Luiz perlahan agar tidak membuatnya terbangun dan membaringkannya di baby box.Beberapa bulan kemudian…
Dokter dan suster yang melihat kejadian itu tidak urung menatap Revel dengan raut kasihan tapi juga geli. Revel yang menyadari kalau mereka hampir terbahak melihat apa yang terjadi barusan hanya bisa menunduk, karena lagi-lagi harus menahan malu akibat ulah istrinya! Nasib!Sejak dulu Jill memang sudah menjadi titik kelemahannya. Begitu juga kali ini, Revel harus rela menurunkan wibawanya di depan dokter dan suster yang bertugas. Revel sadar kalau sebentar lagi cerita mengenai dirinya yang dianiaya oleh Jill pasti akan tersebar luas! Tapi ya sudahlah, terima nasib aja! Siapa yang menyangka kalau Revel akan cinta mati pada wanita sebar-bar ini? Iya kan?“Selamat ya, Pak. Bayinya laki-laki dan terlahir sehat,” ucap dokter.Dengan penuh haru Revel menatap bayinya. Bayi yang merupakan perpaduan antara dirinya dengan Jill! Astaga! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan bayi setampan ini? Memang sih, Revel sadar kalau dirinya tampan dan Jill juga cantik, tapi tetap saja dirinya
Revel berdecak gemas karena pertanyaannya malah dijawab asal-asalan oleh Jill! Padahal dirinya sedang bertanya serius! Sangat amat serius! Revel ingin segera tau hasil testnya! Revel ingin tau apakah usahanya hampir setiap malam sudah membuahkan hasil atau belum! Jika belum, Revel tidak akan bosan untuk terus berusaha sampai Jill positif hamil! Usaha yang akan Revel lakukan dengan senang hati karena sama-sama dapat enak! “Aku serius, Jill!” sergah Revel menahan sabar. Jill meringis saat Revel sudah memanggil namanya dengan nada seperti itu, tanda kalau pria itu sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya. “Itu kan yang muncul garis dua, yang artinya aku positif. Dan karena ini testpack kehamilan, berarti tandanya aku positif hamil, Revel. Bukan positif covid,” jelas Jill, tidak ingin diomeli oleh suaminya yang terkadang bisa bersikap menyebalkan juga. “Serius?” lirih Revel dengan suara tercekat, tidak percaya kalau akhirnya Tuhan ke
“Hmm…. Matthew kemarin ngajakin gue merit,” aku Gwen dengan suara lirih. Jill ternganga sejenak sebelum akhirnya memekik kaget.“What?! Lo serius?!” “Seriuslah!”“Brengsek juga tuh cowok!” omel Jill membuat Gwen mengernyit bingung. “Kenapa jadi brengsek, Jill?”“Ya brengsek lah! Masa ngomong soal pernikahan melalui video call sih? Itu kan hal serius, Gwen! Harusnya Matthew bahas soal itu face to face sama lo!” sungut Jill tidak terima. Untung Revel tidak melakukan hal itu, jika tidak, Jill pasti akan kesal!“Tapi lo tau sendiri kalau Matthew kan nggak mungkin datang ke Jakarta cuma buat ngajakin gue merit!” bantah Gwen membela kekasihnya. Gwen tidak terima waktu Jill mengatai Matthew brengsek. Enak aja!“Cuma lo bilang? Ngajakin lo merit bukan sekedar ‘cuma’, Gwen! Itu hal serius! Mana ada sih cowok yang ngelamar ceweknya melalui video call? Lagian dia bisa aja bahas soal itu langsung pas datang ke acara resepsi pernikahan gue sama Revel! Padahal dia ka
Dua bulan kemudian…..Revel memijat keningnya yang terasa pusing, sudah dua minggu terakhir ini pekerjaannya begitu menumpuk. Siapa yang mengira kalau mengurus perusahaan akan jauh lebih melelahkan dan memusingkan daripada kuliah? Tidak heran kalau papanya ingin pensiun dini dan memilih menikmati hari tua bersama mamanya!Tentunya saat Revel sudah bisa mengurus perusahaan sendiri nantinya! Bukan sekarang! Untung sampai saat ini papanya dan uncle Nick selalu membantunya, tidak membiarkan Revel melangkah seperti anak hilang sendirian! Revel berhenti memijat keningnya saat mendengar pintu ruangannya diketuk dan muncul wajah papanya.“Kamu kenapa, Revel? Kok keliatannya pusing banget?” “Emang aku lagi pusing, Pa!”“Kenapa? Ada masalah pekerjaan?”“Nggak sih, cuma kayaknya aku kebanyakan lembur jadinya agak drop,” jelas Revel.“Ya udah, malam ini jangan lembur dulu. Maksud Papa jangan lembur di kantor ataupun di rumah. Paham maksud Papa kan?” tanya Levin