Gwen terpekik kaget saat Matthew mencium bibirnya begitu saja. Tanpa izin! Otaknya terasa lumpuh, tidak menyangka kalau ciuman pertamanya akan diambil secara tiba-tiba begini oleh pria yang tidak pernah diduganya.
Pria yang tidak memiliki status hubungan apapun dengannya!Pria yang meski disukai Gwen tapi tetap saja tidak memiliki hak untuk melakukan hal ini!Sialan! Brengsek!Gwen langsung mendorong tubuh Matthew setelah rasa kagetnya mereda, refleks tangannya berayun mengenai pipi kiri pria itu. Matthew hanya bisa terpaku saat tangan kanan Gwen mendarat mulus di pipinya. Meninggalkan tanda merah.“Kurang ajar! Berani banget lo cium gue? Lo pikir gue cewek gampangan?! Brengsek!” umpat Gwen kesal. Meski dirinya menyukai Matthew, tapi bukan berarti bisa asal nyosor gitu aja kan? Matthew pikir Gwen cewek apaan? Cewek murahan yang bisa asal dicium begitu aja? Kurang ajar!“Sorry,” lirih Matthew, sadar kalau dirinya sudah melakukan kesalahan.Tidak seharus“What?!” pekik Revel kaget, tidak menyangka akan mendengar jawaban seperti itu.Dari bibir sahabatnya pula! Bagaimana bisa Matthew menyukai Jill? Lagipula bukannya Matthew udah punya cewek? Iya kan? Bahkan saat itu Matthew mentraktirnya minum! Meski Revel tidak bisa lama karena lebih memilih pergi dengan Jill!“Lo kan udah punya cewek!” balas Revel tidak terima. Ya iyalah nggak terima, udah dapetin Jill susah payah, masa sekarang harus saingan sama sahabatnya sendiri? Emang sih Jill udah resmi jadi kekasihnya, tapi kalau begini Revel harus tetap berjaga-jaga kan? Jangan sampai lengah! Gimana kalau kekasihnya itu pindah ke lain hati? Apalagi mereka menjalani LDR! Dan lagi Matthew dan Jill satu kampus pula! Gawat!“Gue udah putus!”“Putus bukan berarti lo harus ngincer cewek gue donk?” ketus Revel, tidak terima dengan pernyataan Matthew.“Gue suka sama dia dari sebelum gue jadian sama yang kemarin!” sangkal Matthew.“Ya itu bukan urusan gue!” dengus R
Matthew termangu dan menimbang-nimbang tawaran sahabatnya. Akhirnya Matthew mengangguk, menyetujui saran Revel. Rasanya hanya itu cara yang bisa ditempuh. Matthew tidak ingin lagi Gwen salah paham padanya. Memang benar sih, Matthew jadian sama Karina, tapi tidak ada rasa cinta sama sekali.Sejak awal Matthew hanya menyukai Gwen. Sayang dirinya tidak berani mengungkapkannya langsung. Takut ditolak! Mungkin terdengar aneh karena meski tidak setampan Revel, tapi Matthew sadar kalau dirinya juga tidak jelek! Cuma ya tetap saja rasa takut ditolak itu tetap ada! Siapa tau kalau Gwen tidak hanya melihat fisik, betul kan?“Ya udah boleh deh. Kapan kira-kira gue bisa ketemu cewek lo buat minta tolong?”“Gue coba tanya Jill dulu ya. Lo tau sendiri kalau cewek gue kan rada galak, jadi gue harus bisa pintar-pintar cari celah biar nggak diterkam! Apalagi ini menyangkut sahabatnya,” jelas Revel yang dipahami sepenuhnya oleh Matthew.“Iya gue paham. Tapi gue minta tolong bantuan lo
“Revel! Ya ampun, lo lagi liburan di Jakarta? Sampe kapan? Kok nggak ngabarin gue?” tanya Jessie sok akrab sambil menyentuh lengan kokoh Revel, tidak menyadari atau pura-pura tidak sadar kalau Jill sudah menatapnya dengan galak! Tidak terima jika kekasihnya disentuh oleh wanita lain selain dirinya!Revel melepaskan pegangan Jessie dari lengannya.Tidak ingin membuat kekasihnya mengamuk. Bahaya. Susah bujuknya!“Apaan sih, Jess?! Jangan sok akrab!”“Ihh jahat banget sih! Mentang-mentang udah pacaran! Btw kalian akhirnya beneran pacaran kan?” tanya Jessie memastikan.“Iya. Emang kenapa?” balas Jill ketus.“Ya nggak apa sih. Berarti rencana perjodohan kita udah beneran gagal kan?” tanya Jessie pada Revel. Meminta kepastian akan masa depannya yang kemungkinan besar akan gagal alias tidak sesuai dengan harapan sang papa, Mr. Bobby.“Menurut lo?”“Ya gue sih maunya batal aja. Males banget punya laki ketus kayak gini!”“Kurang ajar!” gerutu Revel dongkol
Papa Edbert dan mama Lea saling pandang, tidak menyangka akan mendengar jawaban seperti itu dari Revel. Jawaban yang terdengar tegas dan tanpa keraguan. Siapa yang akan menduga kalau putri mereka akan menjalin hubungan dengan putra dari salah satu pengusaha sukses yang paling diincar?Hal itu membuat papa Edbert senang tapi juga resah, karena tanpa Jill ketahui, dirinya sudah berniat menjodohkan putri tunggalnya dengan salah satu anak dari teman baiknya! Jadi apa yang harus dilakukannya sekarang?Jill mengerutkan kening saat melihat orangtuanya saling pandang dalam diam waktu Revel menjelaskan maksud kedatangannya, tampak jelas begitu kebingungan. Ada apa sebenarnya? Feeling Jill jadi tidak enak!“Apa kalian berdua serius?” tanya papa Edbert setelah sekian detik berlalu dalam keheningan. Hanya itu pertanyaan yang terlintas di otak tuanya.Revel menatap Jill yang juga sedang menatapnya balik. Seulas senyum tampak di wajah mereka berdua. Senyum yang menyiratkan perasaa
Dan Revel melangkah tegas keluar dari ruang kerja, mengambil nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Setelah cukup tenang, Revel kembali menuju ruang keluarga dan menemui Jill serta mama Lea yang sudah menunggunya.Jill menghambur mendekati Revel dan bertanya cemas,“Gimana? Apa yang Papa bahas sama kamu?”“Mau tau banget?” tanya Revel jahil, berusaha mengabaikan keresahan hatinya.“Aku nanya serius, Revel!”“Kita sambil jalan-jalan gimana?” ajak Revel, tidak mungkin juga memberitahu Jill yang sebenarnya, hanya saja Revel juga tidak bisa langsung berkata tidak ada apa-apa, karena Jill pasti akan curiga dan mencecarnya dengan berbagai macam pertanyaan.Jill memandang wajah Revel yang tampak sedikit kalut, meski pria itu berusaha menutupinya tapi Jill tetap melihat jelas perbedaan dari kekasihnya. ‘Apa Papa tidak setuju dengan hubungan kami? Tapi kenapa?’ batin Jill heran.Maka untuk mendapatkan jawaban dari rasa penasarannya, Jill mengangguk, menye
Revel hanya tersenyum simpul, tidak ingin lagi meledek kekasihnya atau Jill akan kembali ngambek. Jujur setelah mendengar ucapan Jill barusan, Revel merasa bersyukur karena ternyata perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan! Hanya saja sekarang tetap ada hal lain yang mengganggu pikirannya. ‘Bagaimana cara membuat Om Edbert membatalkan niatnya untuk menjodohkan Jill dengan anak dari teman baiknya? Dan lagi siapa pria yang ingin dijodohkan dengan Jill? Apa lebih tampan darinya? Atau lebih mapan?’Jill menatap heran pada Revel yang kembali termenung, asyik dengan pikirannya sendiri. Padahal tidak biasanya Revel mengabaikan dirinya jika mereka sedang berkencan berdua seperti ini. Hmm, aneh! “Revel?” “Hmm? Kenapa?”“Kok kamu daritadi bengong terus sih? Ada yang ganggu pikiran kamu?” Revel menggeleng, tidak ingin Jill tau mengenai beban pikirannya. Biarlah itu menjadi bebannya saja, Jill tidak perlu tau mengenai perjodohan itu. Revel tidak ingin Jill bertengka
Jill tertegun mendengar jawaban Matthew yang terdengar begitu tegas, tidak menyangka kalau pria itu akan tampak sangat serius saat membahas mengenai Gwen. Apakah benar Jill yang sudah salah menilai pria itu? Apa benar kalau Matthew memang tidak ada niat sama sekali untuk mempermainkan Gwen? Hanya sekedar kesalahpahaman akibat taruhan bodoh yang sempat Revel ceritakan tadi, sesaat sebelum Matthew datang? Hanya kesalahpahaman akibat ego Matthew sebagai pria? Begitukah? “Gue benar-benar tulus sayang sama Gwen,” ucap Matthew saat melihat Jill tidak merespon ucapannya sama sekali dan malah asyik berpikir. Sibuk menilai keseriusannya. Bagaikan juri atau hakim yang akan memberi putusan pada Matthew. Apakah akan membantu atau malah mencemooh pengakuannya tadi?Jill menghela nafas saat mendengar ucapan Matthew yang seolah membuatnya terpanggil untuk melakukan sesuatu agar Gwen bisa bahagia, seperti dirinya dengan Revel sekarang. Jill tidak ingin melihat Gwen murung lagi ha
Gwen sedang berkutat dengan laptopnya, sibuk mengurus revisi skripsi yang seolah tidak ada habisnya. Padahal kuliah hanya untuk mendapat gelar sebanyak 4 huruf. Hanya S.Psi, tapi kenapa perjuangannya harus selama dan seberat ini sih? Apa para dosen memang sengaja dan senang menyiksa mahasiswanya? Apakah ini ajang pembalasan dendam bagi para dosen karena dulu mereka juga harus melalui hal memusingkan seperti ini? Bisa jadi kan? Menyebalkan!Gwen kembali mendengus kesal entah untuk yang keberapa kalinya, otaknya sudah kusut. Pusing. Sumpek. Perlu refreshing sejenak dari segala macam kegiatan yang menyebalkan seperti skripsi begini! Serius Gwen stress!Padahal tadi Gwen sudah bertekad untuk menyelesaikan revisi skripsinya, tapi bukannya selesai, otak Gwen malah semakin ruwet bagaikan benang kusut! Tekadnya kian memudar digantikan rasa pusing! Padahal Gwen ingin lulus secepatnya, ingin cepat terbebas dari masalah skripsi! Seperti Jill yang sudah bebas merdeka!Tepat set