Bab 117Menemui psikiater********"Mas ... Jangan ...!" Cinta semakin memohon, tapi justru permohonan Cinta membuat Aditya semakin beringas.Aditya memaksa melepaskan kancing Jeans yang Cinta kenakan. Cinta berusaha menendang, tapi pergerakannya kurang kuat. Cinta terlalu lemah untuk melawan laki-laki yang sedang dikuasai oleh hasrat seperti Aditya.Cinta menangis sekuat tenaga karena merasa tidak sanggup melindungi diri dan kehormatannya sebagai seorang istri.Bugh ...!Seseorang memukul Aditya dengan sebuah balok. Aditya terhuyung dan menoleh."Berani kamu sentuh istriku?!" Daniel memukul Aditya dengan membabi buta sehingga Aditya hilang keseimbangan dan terkapar.Aditya melihat Daniel yang dikuasai amarah. "Istri?" Aditya tersenyum menyeringai."Iya, Cinta adalah istriku. Dan aku akan menghabisi siapa saja yang menyakitinya!" Daniel kembali menyerang Aditya dengan pukulan-pukulannya. "Jangan, Mas ... Aku mohon!" Daniel menoleh ke arah Cinta yang bersimpuh memeluk lutut dengan k
Bab 118Merindu*******Sebenarnya, Bu Ruslan sendiri merasa takut terjadi hal buruk pada Cinta karena harus bekerja menempuh perjalanan jauh. Namun, Carisa dan Pak Ruslan bersikeras melarang Cinta untuk menginap di kota Jambi karena takut Cinta akan dekat dengan Daniel."Apa yang ibu takutkan benar, kan, Yah?" Bu Ruslan menatap suaminya yang mengusap wajah dengan kasar."Bu. Ayah hanya tidak ingin Cinta dengan Pak Nai. Orang yang berkuasa seperti Pak Nai hanya akan memberi harapan palsu nantinya," sahut Pak Ruslan dengan penuh penyesalan."Ayah lihat, kan. Pada kenyataannya, mereka sudah menikah," ujar Bu Ruslan lagi."Ibu percaya dengan perkataan Pak Nai?" Pak Ruslan menyipit."Maksud Ayah?" Bu Ruslan mengerutkan keningnya."Bisa saja Pak Nai berbohong demi menyembuhkan Cinta. Kalau Cinta sudah membaik. Kita akan dengar sendiri jawabannya dari Cinta dan kita akan minta bukti kalau mereka memang sudah menikah!" sahut Pak Ruslan."Carisa tetap nggak setuju kalau Mama menikah lagi!" Ca
Bab 119Menjalani terapi********"Bolehkah aku berada di sini lama-lama?" Cinta mengusap dada bidang Daniel dengan senyuman. Senyum yang sangat manis, sama seperti seperti sebelum trauma yang menimpanya.Daniel mengangguk. "Tentu, Sayang!" Cinta berhambur memeluk Daniel dan membenamkan wajahnya di dada bidang tersebut. Cinta menikmati aroma Vanila yang sudah lama tidak dihirupnya lagi. Perlahan, kenangan manisnya hubungan mereka menari dalam ingatan Cinta. Semakin Daniel mengeratkan pelukan, semakin kemesraan yang pernah dilalui silih berganti muncul dalam bayangan Cinta. Bagaikan slide demi slide film yang dilihatnya.Cinta mendongak dan menyentuh rahang kokoh Daniel."Aku mau ketemu dokter Arinda," rengek Cinta membuat Daniel tersenyum.Daniel mencium kening istrinya dengan mesra. Perempuan yang selama beberapa Minggu menolak untuk di sentuh bahkan terkadang ketakutan setiap melihat Daniel mendekat."Tentu, Sayang. Tapi, istriku harus makan dulu," sahut Daniel menoel hidung Istrin
Bab 120Keinginan CarisaCarisa yang sebelumnya sempat dekat dengan Andi meminta Andi untuk mengantarkannya menemui Aditya di penjara."Om, kita bisa berhenti di danau itu?" tanya Carisa saat mereka melewati Danau Letang yang terletak di pinggir kota.Andi menepikan mobilnya dan menemani Carisa turun dan duduk di sebuah ayunan besar."Dulu, kami sering ke sini. Tapi semenjak papa dan Mama bercerai, Carisa nggak pernah lagi liburan," ujar Carisa dengan wajah datar.Andi duduk di sebelah ayunan Carisa."Om Nai orang yang baik. Kalau Carisa membuka hati untuknya, pasti Om Nai akan mengajak Carisa jalan-jalan terus. Keluar negeri bahkan," sahut Andi tersenyum."Om Andi tahu tentang pernikahan mama dan Om Nai?" tanya Carisa.Andi mengangguk. "Om Nai sangat mencintai Mamamu dan juga kamu. Dia tidak pernah lelah berpikir untuk membuatmu menerimanya," ujar Andi melempar batu-batu kecil ke tengah-tengah danau."Mama mencintai Om Nai melebihi cinta pada Carisa!" sungut Carisa."Kamu salah. Kasi
Bab 121Berjuang mendapatkan restu"Tolong ... Lepaskan aku!" Cinta berteriak dengan keringat yang membasahi tubuhnya."Sayang ... Sayang ...!" Daniel membangunkan Cinta yang sedang bermimpi buruk "Jangan ... Aku mohon ...!" Cinta terus berteriak."Sayang, bangun!" Daniel menepuk-nepuk pipi Cinta."Jangan ...!" Cinta terbangun dengan keringat yang membanjiri tubuhnya.Daniel menyalakan lampu dan membingkai wajah Cinta."Sayang, ini aku ...!""Daniel ... Aku takut ...!" Cinta memeluk suaminya itu dengan erat. "Jangan tinggalkan aku ... Peluk aku ...!" Cinta mengeratkan pelukannya dan membenamkan wajahnya di dada bidang Daniel."Aku di sini, Sayang. Aku akan selalu melindungimu," ujar Daniel mengusap punggung Cinta.Lama mereka berpelukan karena Cinta masih merasa takut. Daniel selalu membisikkan kata I love you dan aku akan melindungimu.Perlahan, Cinta mengurai pelukan dan menatap Daniel dengan sendu."Aku nggak mau jauh dari kamu. Aku mau terus berada di sini," ujar Cinta kembali
Bab 122Restu itu perlu"Maksudmu, kita harus pulang ke rumah dan meminta restu keluargaku?" Cinta menyipit ketika Daniel mengutarakan niat untuk meminta restu."Tentu saja, Sayang. Aku sudah menceritakan perihal pernikahan kita kepada mereka!" sahut Daniel duduk di samping Cinta.Cinta tertegun dan menggeser posisi duduknya lebih dekat dengan Daniel."Tapi aku takut mereka meminta kita untuk bercerai. Aku nggak bisa, Daniel. Aku sangat mencintaimu," rengek Cinta membenamkan kepalanya di dada bidang Daniel.Daniel membelai rambut Istrinya dan tersenyum."Kamu pikir aku tidak mencintaimu dengan sangat, hmmm?" Daniel mengurai pelukan dan mengecup ujung hidung Istrinya."Kita harus meminta restu mereka. Bukankah kita ingin bahagia?" bujuk Daniel lagi.Cinta mengangguk dan mereka pun sepakat untuk pulang ke rumah orang tua Cinta.Sepanjang perjalanan, Cinta sedikitpun tidak mau melepaskan diri dari pelukan Daniel dengan alasan takut dan ingin berada di tempat yang nyaman itu."Kamu tahu,
Bab 123Perjuangan Daniel"I love you, aku akan memperjuangkan restu untuk kebahagiaan kita," ujar Daniel mengecup kening Cinta dengan mesra.Daniel segera mengambil peralatan untuk mengambil kayu bakar. Parang panjang dan sebotol air minum dibawanya serta."Cinta. Tetap di rumah. Biarkan Daniel sendiri melakukan pekerjaannya!" bentak Pak Ruslan ketika Cinta melangkah mengikuti Daniel.Daniel mendekati Cinta dan membelai rambutnya dengan mesra."Istriku sayang ... Suamimu ini lelaki hebat. Aku bisa melakukan semuanya. Setelah kita mendapat restu, kita akan memiliki bayi kembar seperti Gilang dan Risa. Kamu mau, kan punya bayi kembar dariku?" Daniel menatap Cinta dengan senyum terkembang.Cinta mengangguk dan tersenyum."Kamu harus percaya pada kemampuanku," ujar Daniel meninggalkan Cinta yang masih terpaku.*****Sudah tiga jam Daniel pergi mencari kayu bakar, Cinta semakin gelisah karena tidak ada tanda-tanda Daniel akan pulang. Sesekali Cinta berjalan di belakang rumah, lalu duduk l
Bab 124Papa DanielHampir satu bulan Daniel menjalani tugas dari Pak Ruslan. Cinta yang terkadang melihat Daniel lelah selalu protes dengan tindakan ayahnya.Apalagi jika mereka harus menghadiri meeting di kantor pusat, Daniel dan Cinta harus pagi-pagi sekali berangkat ke Kota Jambi agar tidak terlambat menemui klien penting. Jika Cinta protes, ayahnya selalu menjawab ingin mendidik Daniel menjadi suami siaga. Siaga kalau sewaktu-waktu hidup dalam kesulitan sehingga tidak pusing dalam mengambil langkah."Ayah, kami akan berusaha bekerja keras agar perusahaan tidak bangkrut dan tidak jatuh miskin," ujar Cinta pagi itu saat Pak Ruslan meminta mereka untuk pulang setelah kantor selesai.Pak Ruslan hanya tersenyum dan melanjutkan sarapannya tanpa peduli bagaimana kekesalan Cinta. Sedangkan Daniel tidak pernah sedikitpun mengeluh dengan apa pun yang diperintahkan oleh Pak Ruslan."Aku hanya ingin menunjukkan kalau aku bisa menjadi menantu yang baik," ujar Daniel setiap Cinta mengajak Dani