Bab 119Menjalani terapi********"Bolehkah aku berada di sini lama-lama?" Cinta mengusap dada bidang Daniel dengan senyuman. Senyum yang sangat manis, sama seperti seperti sebelum trauma yang menimpanya.Daniel mengangguk. "Tentu, Sayang!" Cinta berhambur memeluk Daniel dan membenamkan wajahnya di dada bidang tersebut. Cinta menikmati aroma Vanila yang sudah lama tidak dihirupnya lagi. Perlahan, kenangan manisnya hubungan mereka menari dalam ingatan Cinta. Semakin Daniel mengeratkan pelukan, semakin kemesraan yang pernah dilalui silih berganti muncul dalam bayangan Cinta. Bagaikan slide demi slide film yang dilihatnya.Cinta mendongak dan menyentuh rahang kokoh Daniel."Aku mau ketemu dokter Arinda," rengek Cinta membuat Daniel tersenyum.Daniel mencium kening istrinya dengan mesra. Perempuan yang selama beberapa Minggu menolak untuk di sentuh bahkan terkadang ketakutan setiap melihat Daniel mendekat."Tentu, Sayang. Tapi, istriku harus makan dulu," sahut Daniel menoel hidung Istrin
Bab 120Keinginan CarisaCarisa yang sebelumnya sempat dekat dengan Andi meminta Andi untuk mengantarkannya menemui Aditya di penjara."Om, kita bisa berhenti di danau itu?" tanya Carisa saat mereka melewati Danau Letang yang terletak di pinggir kota.Andi menepikan mobilnya dan menemani Carisa turun dan duduk di sebuah ayunan besar."Dulu, kami sering ke sini. Tapi semenjak papa dan Mama bercerai, Carisa nggak pernah lagi liburan," ujar Carisa dengan wajah datar.Andi duduk di sebelah ayunan Carisa."Om Nai orang yang baik. Kalau Carisa membuka hati untuknya, pasti Om Nai akan mengajak Carisa jalan-jalan terus. Keluar negeri bahkan," sahut Andi tersenyum."Om Andi tahu tentang pernikahan mama dan Om Nai?" tanya Carisa.Andi mengangguk. "Om Nai sangat mencintai Mamamu dan juga kamu. Dia tidak pernah lelah berpikir untuk membuatmu menerimanya," ujar Andi melempar batu-batu kecil ke tengah-tengah danau."Mama mencintai Om Nai melebihi cinta pada Carisa!" sungut Carisa."Kamu salah. Kasi
Bab 121Berjuang mendapatkan restu"Tolong ... Lepaskan aku!" Cinta berteriak dengan keringat yang membasahi tubuhnya."Sayang ... Sayang ...!" Daniel membangunkan Cinta yang sedang bermimpi buruk "Jangan ... Aku mohon ...!" Cinta terus berteriak."Sayang, bangun!" Daniel menepuk-nepuk pipi Cinta."Jangan ...!" Cinta terbangun dengan keringat yang membanjiri tubuhnya.Daniel menyalakan lampu dan membingkai wajah Cinta."Sayang, ini aku ...!""Daniel ... Aku takut ...!" Cinta memeluk suaminya itu dengan erat. "Jangan tinggalkan aku ... Peluk aku ...!" Cinta mengeratkan pelukannya dan membenamkan wajahnya di dada bidang Daniel."Aku di sini, Sayang. Aku akan selalu melindungimu," ujar Daniel mengusap punggung Cinta.Lama mereka berpelukan karena Cinta masih merasa takut. Daniel selalu membisikkan kata I love you dan aku akan melindungimu.Perlahan, Cinta mengurai pelukan dan menatap Daniel dengan sendu."Aku nggak mau jauh dari kamu. Aku mau terus berada di sini," ujar Cinta kembali
Bab 122Restu itu perlu"Maksudmu, kita harus pulang ke rumah dan meminta restu keluargaku?" Cinta menyipit ketika Daniel mengutarakan niat untuk meminta restu."Tentu saja, Sayang. Aku sudah menceritakan perihal pernikahan kita kepada mereka!" sahut Daniel duduk di samping Cinta.Cinta tertegun dan menggeser posisi duduknya lebih dekat dengan Daniel."Tapi aku takut mereka meminta kita untuk bercerai. Aku nggak bisa, Daniel. Aku sangat mencintaimu," rengek Cinta membenamkan kepalanya di dada bidang Daniel.Daniel membelai rambut Istrinya dan tersenyum."Kamu pikir aku tidak mencintaimu dengan sangat, hmmm?" Daniel mengurai pelukan dan mengecup ujung hidung Istrinya."Kita harus meminta restu mereka. Bukankah kita ingin bahagia?" bujuk Daniel lagi.Cinta mengangguk dan mereka pun sepakat untuk pulang ke rumah orang tua Cinta.Sepanjang perjalanan, Cinta sedikitpun tidak mau melepaskan diri dari pelukan Daniel dengan alasan takut dan ingin berada di tempat yang nyaman itu."Kamu tahu,
Bab 123Perjuangan Daniel"I love you, aku akan memperjuangkan restu untuk kebahagiaan kita," ujar Daniel mengecup kening Cinta dengan mesra.Daniel segera mengambil peralatan untuk mengambil kayu bakar. Parang panjang dan sebotol air minum dibawanya serta."Cinta. Tetap di rumah. Biarkan Daniel sendiri melakukan pekerjaannya!" bentak Pak Ruslan ketika Cinta melangkah mengikuti Daniel.Daniel mendekati Cinta dan membelai rambutnya dengan mesra."Istriku sayang ... Suamimu ini lelaki hebat. Aku bisa melakukan semuanya. Setelah kita mendapat restu, kita akan memiliki bayi kembar seperti Gilang dan Risa. Kamu mau, kan punya bayi kembar dariku?" Daniel menatap Cinta dengan senyum terkembang.Cinta mengangguk dan tersenyum."Kamu harus percaya pada kemampuanku," ujar Daniel meninggalkan Cinta yang masih terpaku.*****Sudah tiga jam Daniel pergi mencari kayu bakar, Cinta semakin gelisah karena tidak ada tanda-tanda Daniel akan pulang. Sesekali Cinta berjalan di belakang rumah, lalu duduk l
Bab 124Papa DanielHampir satu bulan Daniel menjalani tugas dari Pak Ruslan. Cinta yang terkadang melihat Daniel lelah selalu protes dengan tindakan ayahnya.Apalagi jika mereka harus menghadiri meeting di kantor pusat, Daniel dan Cinta harus pagi-pagi sekali berangkat ke Kota Jambi agar tidak terlambat menemui klien penting. Jika Cinta protes, ayahnya selalu menjawab ingin mendidik Daniel menjadi suami siaga. Siaga kalau sewaktu-waktu hidup dalam kesulitan sehingga tidak pusing dalam mengambil langkah."Ayah, kami akan berusaha bekerja keras agar perusahaan tidak bangkrut dan tidak jatuh miskin," ujar Cinta pagi itu saat Pak Ruslan meminta mereka untuk pulang setelah kantor selesai.Pak Ruslan hanya tersenyum dan melanjutkan sarapannya tanpa peduli bagaimana kekesalan Cinta. Sedangkan Daniel tidak pernah sedikitpun mengeluh dengan apa pun yang diperintahkan oleh Pak Ruslan."Aku hanya ingin menunjukkan kalau aku bisa menjadi menantu yang baik," ujar Daniel setiap Cinta mengajak Dani
Bab 127Daniel digigit ularPak Ruslan menatap ke dalam hutan dan melihat cahaya senter yang memang diam di tempatnya.Karena terlalu lama menunggu Pak Ruslan bertindak, Cinta segera menyalakan senter ponselnya dan menemui cahaya itu diikuti kedua orang tuanya di belakang."Daniel ...!" Cinta berteriak dan memeluk tubuh Daniel yang tergeletak di atas rumput dengan senter yang masih menyala."Sayang, kamu kenapa?" Cinta menepuk pipi Daniel yang memucat."Ayah, sepertinya Pak Nai digigit ular," seru Bu Ruslan seraya menunjuk tangan Daniel yang membiru dan bengkak."Minggir!" Pak Ruslan segera memegang tangan tersebut dengan menutup matanya.Daniel terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya."Yah, Daniel harus segera dibawa ke rumah sakit!" teriak Cinta memeluk tubuh Daniel.Dengan sigap, Pak Ruslan segera memapah Daniel pulang ke rumah. Cinta segera mengeluarkan mobil dari garasi karena tidak mungkin menunggu Andi.Pak Ruslan dan Istrinya membaringkan Daniel di dalam mobil dan segera
Bab 126Menggelar pesta pernikahan"Ehm, Daniel ... Aku merasa kalau ..." Cinta menggigit bibir bawahnya dan menampakkan wajah bersalah."Kenapa?" Daniel menyipit."Semoga pirasatku salah. Tunggu di sini dulu," ujar Cinta melepaskan diri dari pelukan Daniel. Cinta berlari ke kamar mandi dengan tergesa-gesa kemudian keluar dengan wajah tertekuk."Sayang, kenapa?" Daniel menatap curiga.Cinta meringis sedih dengan wajah dipaksa tertawa."Aku datang bulan," ujar Cinta mengerucutkan bibirnya."Hah?" Daniel terkejut dan menatap tubuhnya di bawah selimut dengan wajah merona.Cinta tersenyum melihat Daniel mengenakan kembali pakaiannya dengan tergesa-gesa."Maaf ...!" Cinta duduk di pinggir ranjang dan meraih tangan Daniel. Mencium tangan kekar itu berkali-kali.Daniel menarik Cinta ke dalam pelukannya. "Aku harap ini adalah menstruasi terakhir kamu," ujar Daniel mengecup kening Cinta dengan mesra."Maksudnya? Bukankah kita belum mendapat restu dari ayah?" Cinta mengerling."Besok harus dap