Bab 124Papa DanielHampir satu bulan Daniel menjalani tugas dari Pak Ruslan. Cinta yang terkadang melihat Daniel lelah selalu protes dengan tindakan ayahnya.Apalagi jika mereka harus menghadiri meeting di kantor pusat, Daniel dan Cinta harus pagi-pagi sekali berangkat ke Kota Jambi agar tidak terlambat menemui klien penting. Jika Cinta protes, ayahnya selalu menjawab ingin mendidik Daniel menjadi suami siaga. Siaga kalau sewaktu-waktu hidup dalam kesulitan sehingga tidak pusing dalam mengambil langkah."Ayah, kami akan berusaha bekerja keras agar perusahaan tidak bangkrut dan tidak jatuh miskin," ujar Cinta pagi itu saat Pak Ruslan meminta mereka untuk pulang setelah kantor selesai.Pak Ruslan hanya tersenyum dan melanjutkan sarapannya tanpa peduli bagaimana kekesalan Cinta. Sedangkan Daniel tidak pernah sedikitpun mengeluh dengan apa pun yang diperintahkan oleh Pak Ruslan."Aku hanya ingin menunjukkan kalau aku bisa menjadi menantu yang baik," ujar Daniel setiap Cinta mengajak Dani
Bab 127Daniel digigit ularPak Ruslan menatap ke dalam hutan dan melihat cahaya senter yang memang diam di tempatnya.Karena terlalu lama menunggu Pak Ruslan bertindak, Cinta segera menyalakan senter ponselnya dan menemui cahaya itu diikuti kedua orang tuanya di belakang."Daniel ...!" Cinta berteriak dan memeluk tubuh Daniel yang tergeletak di atas rumput dengan senter yang masih menyala."Sayang, kamu kenapa?" Cinta menepuk pipi Daniel yang memucat."Ayah, sepertinya Pak Nai digigit ular," seru Bu Ruslan seraya menunjuk tangan Daniel yang membiru dan bengkak."Minggir!" Pak Ruslan segera memegang tangan tersebut dengan menutup matanya.Daniel terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya."Yah, Daniel harus segera dibawa ke rumah sakit!" teriak Cinta memeluk tubuh Daniel.Dengan sigap, Pak Ruslan segera memapah Daniel pulang ke rumah. Cinta segera mengeluarkan mobil dari garasi karena tidak mungkin menunggu Andi.Pak Ruslan dan Istrinya membaringkan Daniel di dalam mobil dan segera
Bab 126Menggelar pesta pernikahan"Ehm, Daniel ... Aku merasa kalau ..." Cinta menggigit bibir bawahnya dan menampakkan wajah bersalah."Kenapa?" Daniel menyipit."Semoga pirasatku salah. Tunggu di sini dulu," ujar Cinta melepaskan diri dari pelukan Daniel. Cinta berlari ke kamar mandi dengan tergesa-gesa kemudian keluar dengan wajah tertekuk."Sayang, kenapa?" Daniel menatap curiga.Cinta meringis sedih dengan wajah dipaksa tertawa."Aku datang bulan," ujar Cinta mengerucutkan bibirnya."Hah?" Daniel terkejut dan menatap tubuhnya di bawah selimut dengan wajah merona.Cinta tersenyum melihat Daniel mengenakan kembali pakaiannya dengan tergesa-gesa."Maaf ...!" Cinta duduk di pinggir ranjang dan meraih tangan Daniel. Mencium tangan kekar itu berkali-kali.Daniel menarik Cinta ke dalam pelukannya. "Aku harap ini adalah menstruasi terakhir kamu," ujar Daniel mengecup kening Cinta dengan mesra."Maksudnya? Bukankah kita belum mendapat restu dari ayah?" Cinta mengerling."Besok harus dap
Bab 127Malam pengantin"So sweet ... Ceritakan pada kami tentang keagresifan CEO Daniel," ujar Yana dan Asri bersamaan."Hey, aku sedang menggelar pesta. Bagaimana mungkin aku menceritakan itu kepada kalian, bisa-bisa sepanjang hari tamu menunggu di luar," sungut Cinta menatap kedua temannya bergantian."Kalau gitu, kamu punya hutang sama kami," ujar Yana menyenggol Asri di sebelahnya.Tiba-tiba pintu kamar diketuk. "Sayang ... Ada relasi bisnis dari Shanghai ingin bertemu denganmu. Apa kita bisa ke depan sekarang?" tanya Daniel yang sebelumnya membungkuk di hadapan Yana dan Asri."Iya, bisa!" sahut Cinta menatap kedua temannya dengan senyuman."Nggak apa-apa, kan aku kedepan dulu. Kapan-kapan aku bayar hutangku," ujar Cinta."Hutang?" Daniel menyipit."Nggak, Sayang. Bukan hutang uang," sahut Cinta mengaitkan tangannya di lengan Daniel.Mereka segera keluar kamar, baru saja di depan pintu kamar. Daniel berhenti dan membingkai wajah Cinta."Ada apa?" tanya Cinta heran."Aku merinduk
Bab 128Tak kunjung hamil"I love you, Daniel. Aku akan mencintaimu sepanjang waktu yang kupunya. Sampai napasku berhenti. I love you," Cinta membingkai wajah Daniel dengan lembut."I love you too, aku akan menjadi napas untukmu dan selamanya mendampingi dan melindungimu," Daniel mencium kelopak mata Cinta dengan mesra.Cumbuan-demi cumbuan di lakukan oleh keduanya karena kerinduan yang begitu menggebu."Cepat hadir di tengah-tengah kami, Sayang," Daniel mencium perut rata Cinta setelah penyatuan tersebut.******"Sebaiknya kita tunda saja rencana bulan madu ke Inggris. Aku nggak bisa pergi ninggalin perusahaan dalam keadaan belum stabil seperti ini," ujar Cinta ketika mereka selesai menikmati sarapan bersama.Daniel menyipit."Sayang, bukankah ini adalah impian kamu?" Daniel mendekati Cinta."Aku tahu, tapi perusahaanmu sedang membutuhkan kita. Sebaiknya kita tunda saja. Toh, tanpa bulan madu aku menikmati hangatnya cumbuan setiap saat," sahut Cinta meletakkan sebuah buku di atas mej
Bab 129Kehadiran Anggun dan Anggur"Kita mau kemana?" Cinta menoleh suaminya yang sibuk memasukkan beberapa lembar pakaian ke dalam koper."Menyemai benih untuk Anggun dan Anggur," jawab Daniel mengecup bibir Cinta sekilas."Bukankah itu kita lakukan setiap hari?" Cinta masih menatap Daniel yang terlihat begitu sibuk."Iya, tapi kali ini kita menyemai dengan cara yang berbeda," Daniel menarik Cinta kedalam dekapannya dan mencumbu Istrinya dengan mesra.Sudah hampir tiga tahun mereka menikah. Rasa di hati Cinta tidak pernah berubah. Jantungnya selalu berdebar setiap Daniel menariknya ke dalam pelukan atau mengecup bibirnya dengan mesra. Cinta selalu merindukan Daniel walupun mereka setiap hari selalu bersama.Daniel pun demikian, Cinta adalah candu baginya. Setiap detik yang berada dalam ingatannya hanya Cinta dan Cinta. Cumbuan pun tak pernah lepas dari bibir Daniel. Tak peduli di mana pun berada. Bahkan terkadang, di Mall pun Daniel nekad menyesap bibir Istrinya dengan alasan gemas.
Bab 130Bayi kembar cantikDaniel yang melihat perubahan sikap Cinta secara tiba-tiba merasa heran. Cinta memang manja,, tapi tidak melulu menangis saat menginginkan sesuatu seperti saat ini."Oke, aku minta antar Andi, ya!" ujar Daniel merapikan rambutnya dan mencium pipi Cinta sekilas lalu segera pergi membeli es krim."Kita hanya membeli es krim, Bos?" tanya Andi saat Daniel keluar dari McDonald's hanya menenteng paper bag yang berisi es krim.Daniel menarik napas berat dan mengangguk. Setelah sampai di Apartemen, Daniel segera membangunkan Cinta yang meringkuk di atas ranjang."Sayang, ini es krimnya," ujar Daniel mengeluarkan kotak es krim dari paper bag.Cinta segera bangun dan menatap Daniel yang membuka kotak es krim."Aku suapin, ya!" Daniel menyodorkan es krim tersebut kepada Cinta."Aku maunya kamu yang makan es krim itu," sahut Cinta membuat Daniel bingung."Sayang, kamu tahu, kan. Aku nggak suka es krim," ujar Daniel dengan wajah memelas."Jadi kamu nggak mau makan es kr
Bab 131Buah cinta"Aku nggak kuat, Daniel ...!" rengek Cinta di sela tarikan napasnya."Dok, sebaiknya Cinta operasi aja. Saya nggak kuat melihat dia kesakitan begini," ujar Daniel menoleh dokter Fikri."Nggak bisa Daniel, Cinta udah pembukaan sepuluh. Kita harus usahakan Cinta secara normal," jawab Fikri menatap Daniel dengan serius.Daniel merasa kehabisan akal. Cinta terus kesakitan sedangkan dokter tidak mengizinkan operasi. "Daniel, Coba kamu peluk Cinta dengan erat. Mungkin bisa membuat kontraksi lebih kuat," ujar Dokter Fikri kepada Daniel."Sayang ... Kamu harus kuat, ya. I love you," Daniel mengecup bibir Cinta dan memeluknya dengan erat. Ketika kontraksi muncul lagi, Daniel memeluk Cinta semakin erat sehigga punggung Daniel tidak lewat dari cakaran Cinta.Suara tangis bayi terdengar membuat Daniel menoleh. "Kita keluarkan yang satu lagi ya, Cinta tarik napas dan buang saat kontraksi muncul, ya," Dokter Fikri kembali memberi aba-aba."Sayang, kamu dengarkan aku? I love you
Tuan Adiguna dan istrinya saling pandang. Mereka terkesima mendengar Cinta menceritakan tentang Dokter Arinda yang mampu menyembuhkan dirinya yang saat itu juga tengah depresi karena hampir diperkosa oleh mantan suaminya. "Tapi bagaimana dengan si kembar? Mereka tidak mungkin ikut kalian ke kota Jambi. Itu pasti akan sangat merepotkan pekerjaan kalian." Nyonya Adiguna menoleh ke arah si kembar yang sedang berebut mainan. "Bukankah ada Della yang bisa menjaga mereka?" "Tapi kami tidak ingin ada fitnah jika Della tetap berada di rumah ini." "Kalau begitu kalian bisa menikahkan Della terlebih dahulu." Daniel menyahut dengan cepat. "Nggak bisa begitu Mas Daniel. Aku tidak ingin menikah tanpa kehadiran Kak Risa," sanggah Della dengan cepat. "Jika kamu tetap berpegang teguh pada prinsipmu, itu artinya kamu tidak mencintai Risa." "Bukan begitu, Kak." "Saat ini Risa membutuhkan terapi yang hebat untuk mengembalikan ingatannya dan kesehatannya. Jika kita membawa dia ke rumah sakit jiwa
Tubuh Della seketika melemas mendengar perkataan Cinta. Dia tidak menyangka kakaknya akan bernasib sangat menyedihkan malam itu. Dia tahu persis bagaimana Risa menjaga dirinya dengan baik dari godaan laki-laki demi menjaga kesucian cintanya dan kesetiaannya pada Gilang.Namun pada kenyataannya, Mr. Hua malah merenggut kesucian itu dengan seenaknya."Aku memintamu di sini untuk menjaga Risa di ruang rawat inap. Aku dan Daniel akan segera mengurusi Mister Hua agar mendapat hukuman yang setimpal," ujar Cinta seraya mengusap punggung Della dengan lembut.Cinta sedang memikirkan semuanya. Dia harus segera menyelesaikan masalah tersebut sebelum Mr. Hua memutar balikan fakta. Perempuan itu pun segera berlari menuju Daniel yang sedang berjaga di ruang ICU di mana Gio sedang dirawat."Sayang, kita tidak bisa menunggu ini terlalu lama. Kita harus segera menyerahkan Mr Hua kepada pihak polisi. Aku tidak ingin b******* itu bisa bebas begitu saja." Cinta berujar dengan wajah cemas.Daniel menoleh
Cinta seketika menarik napasnya dalam-dalam karena apa yang dikatakan oleh Daniel memang benar. Cinta bahkan mencurigai Daniel telah melakukan perselingkuhan dengan Risa setelah mendapat kiriman foto tersebut.Tiba-tiba saja Cinta menjadi kepikiran tentang siapa yang telah mengirimkan foto Daniel bersama Risa di jalan tersebut."Daniel Siapa kira-kira yang telah mengirimkan fotomu ke ponselku?" tanya Cinta Seraya menoleh ke arah Daniel."Kita akan segera mencari tahu setelah kita menemui Risa," sahut Daniel.Daniel kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga beberapa menit kemudian ia telah memarkirkan mobilnya di halaman sebuah hotel.Daniel langsung mengajak Cinta untuk naik ke lantai tiga di mana ia meninggalkan Risa di dalam kamar tadi.Setelah sampai didepan pintu kamar Risa, Daniel dan Cinta pun mengetuk pintu berkali-kali, akan tetapi pintu tersebut tak kunjung dibuka. Daniel dan Cinta saling pandang karena pikiran mereka mulai berkelana."Aku menghawatirkan Risa
Cinta terbelalak mendengar ucapan Daniel. Ia tidak menyangka sama sekali bahwa Daniel berbohong demi menutupi kebusukannya. Cinta mendorong tubuh Daniel dengan kuat sehingga Daniel terjatuh di atas ranjang."Cinta, apa yang kamu lakukan? Apa kamu tidak mempercayaiku sebagai suamimu?" Daniel menatap Cinta dengan tajam. Ia merasa Cinta mencurigainya, terlihat dari sorot mata Cinta yang begitu tajam.Cinta melengos mendengar perkataan Daniel. Ia sangat kecewa karena ternyata Daniel sudah berani bermain dibelakangnya dengan Risa. Bahkan saat ini Daniel berani berbohong dan mengatakan bahwa Risa diperkosa oleh Mister Hua. Sebuah kenyataan yang tidak bisa dipercaya karena Mister Hua sudah pulang terlebih dahulu setelah meeting selesai. Bagaimana mungkin Cinta bisa mempercayai perkataan Daniel."Kamu pikir aku percaya dengan apa yang kamu katakan? Kamu pikir aku akan percaya dengan kamu mengatakan bahwa Risa diperkosa oleh Mister Hua? Itu alasan yang sangat tidak masuk akal, Daniel." Cinta m
Daniel membawa Risa menuju sebuah hotel untuk menenangkan Risa. Lelaki bermata sipit itu tidak tega membawa Risa pulang ke rumahnya karena keadaan Risa yang sangat memprihatinkan. Risa pun tidak ingin pulang ke rumahnya karena ia merasa masih sangat ketakutan. Risa terus memeluk dirinya dengan jas milik Daniel. Risa meminta Daniel untuk membawanya ke sebuah hotel karena ia tidak ingin apa yang terjadi padanya diketahui oleh anak-anaknya ataupun Della. Ia merasa apa yang terjadi pada dirinya merupakan aib yang harus dia tutupi dari siapa pun.Daniel segera membawa Risa masuk ke dalam kamar hotel dan mendudukkan Risa di tepian ranjang. Ada rasa iba dalam hati Daniel melihat Risa yang begitu ketakutan. Seketika Daniel teringat pada pesan Gilang untuk menjaga Risa dan Gio juga perusahaannya dengan baik. Daniel bahkan telah berjanji pada Gilang di atas makamnya.Risa merapatkan jas yang Daniel berikan ke tubuhnya. Rasa takut membuat Risa tidak ingin melepaskan pelukannya dari Daniel. Pere
Cinta mondar-mandir di dalam kamarnya karena waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan Daniel belum kembali ke apartemen. Perempuan berambut pendek itu menatap keluar jendela dan memandangi lampu lampu yang menerangi kota Jakarta sehingga kota itu terlihat sangat indah. Cinta kembali mengecek ponselnya dan melakukan panggilan kepada Daniel. Namun telepon Daniel tak kunjung diangkat membuat Cinta semakin gelisah. Saat ia sedang berusaha menenangkan pikirannya, tiba-tiba kedua bayi kembarnya menangis bersamaan membuat Cinta semakin bingung. Cinta pun mencoba menenangkan Anggun dan Anggur dengan memeluk kedua bayi itu bersamaan. Namun meskipun Cinta sudah menggendong kedua bayi kembar itu dan menyanyikan lagu-lagu yang biasa dinyanyikan akan tetapi bayi-bayi itu tak kunjung reda tangisannya. Carissa yang saat itu sedang berada di ruang depan bersama Meri menoleh ke arah pintu kamar Ibunya yang tertutup rapat. "Kenapa dede bayi menangis terus dari tadi ya, Bik?" Carissa menge
Risa tidak menyadari ada mobil yang menguntitnya dari tadi di belakangnya. Risa sedang menyetel musik yang sering diputar oleh Gilang setiap kali mereka bepergian. Matahari mulai meninggalkan bumi dari pancarannya. Biasnya yang kuning keemas-emasan perlahan-lahan menghilang. Risa mempercepat laju kendaraannya karena ia tidak ingin sampai di rumah ketika waktu sudah melewati salat magrib. Risa terlambat karena tadi mengalami kemacetan yang cukup panjang sehingga ia harus terlambat pulang ke rumah. Sebelumnya Risa tidak pernah pulang setelah memasuki waktu magrib karena dia tidak pernah mengalami macet panjang seperti saat ini. Jalanan mulai lengang. Saat Risa masih dengan santainya mengemudikan mobilnya, tiba-tiba sebuah mobil menghadang mobil Risa dari depan. Mobil tersebut melintang dan menyebabkan Risa menghentikan laju kendaraannya. Risa mengernyitkan keningnya karena penumpang tersebut tak kunjung keluar dari mobil. Risa sedikit merasa takut karena jalanan tersebut cukup sepi
Risa terkejut saat melihat kehadiran Mister Hua yang tiba-tiba berada di dalam ruang meeting. Semua anggota meeting pun tak satupun yang berani bersuara. Mereka terdiam seribu bahasa seakan menyalahkan Risa atas keputusan yang diambil olehnya. "Maaf Pak, Anda terlambat selama lebih dari lima belas menit, Saya tidak menyangka jika anda akan tetap menghadiri meeting ini," sahut Risa Seraya mengangguk hormat pada Mister Hua. Mr.Hua menyunggingkan senyumnya dan mendudukkan bokongnya di kursi yang telah tersedia. Lelaki berkulit putih dengan tinggi hampir menyamai Daniel tersebut menatap penampilan Risa dari ujung kaki sampai ujung kepala. Risa yang diperhatikan dengan seksama oleh Mister Hua merasa risih dan memutuskan untuk duduk di kursi. "Mungkin lebih baik saya menjelaskan tentang perkembangan perusahaan kami dengan duduk saja," ujar Risa. Perempuan berambut panjang itu kemudian menjelaskan secara detail kepada seluruh pengusaha yang hadir tentang perkembangan perusahaannya dan ju
# 13Risa memang tidak memiliki sahabat di Jakarta karena dulu ia bekerja di cafe dan hanya memiliki satu teman yaitu Anita, tapi telah lama, sahabatnya itu tidak bisa lagi dihubungi karena pindah ke luar pulau Jawa.Risa hanya mengenal Cinta dan Rachel yang merupakan sahabat suaminya. Akan tetapi, Rachel pun tidak berani Risa jadikan teman curhat karena perempuan yang merupakan kelahiran Tiongkok itu jarang berada di Jakarta.Risa kembali menatap keluar jendela dan melihat sinar matahari mulai bergeser dari atas kepala menyinari tepat jendela kantor nya. Perempuan berambut panjang itu menghela napas dalam-dalam. Ia mencoba menghibur hatinya yang sebenarnya sedang dilanda rindu yang teramat sangat pada Almarhum Gilang suaminya."Namun terkadang aku yang terlanjur lelah mengurusi si kembar suka mengalami penurunan mood jika sudah berada di perusahaan. Begitupun sebaliknya, aku yang sedang capek dengan urusan pekerjaan mudah tersulut emosi saat berada di rumah dan menghadapi kelakuan si