Bab 50Cinta duduk di sofa ruang keluarga, televisi menyala, namun Cinta tidak menonton siaran tersebut, melainkan sibuk dengan fikirannya, bagaimana Daniel bisa menjadi imam?Daniel mendudukkan bokongnya disamping Cinta."Apa yang kamu pikirkan, Sayang?" Daniel mendekatkan wajahnya."Tidak ada," jawab Cinta singkat. Tatapannya beralih melihat siaran televisi."Hey, kamu bahkan tidak fokus melihat siaran televisi." Daniel mengambil remot televisi, lalu mematikannya."Koq, dimatiin?" Cinta berusaha merebut remot televisi dari genggaman Daniel."Aku tau, kamu tidak berniat nonton televisi." Daniel menarik tubuh Cinta ke pelukannya."Bisakah kamu tidak selalu memelukku, hmm?" Cinta mendongak menatap wajah Daniel."Kamu adalah candu bagiku, aku tidak bisa melewati hari tanpa memeluk, dan menciummu!" Daniel mempererat pelukan dan mencium wajah Cinta bertubi-tubi."Kamu keberatan?" Daniel menyentuh dagu Cinta dan menyelami manik matanya.Cinta menggelengkan kepalanya."Aku hanya takut, kamu
Bab 51Ketakutan CarisaSeperdetik berikutnya, Daniel bangkit dengan merangkul tubuh Cinta.Menggendongnya dengan gaya bride style "Apa yang kamu lakukan? turunkan aku!" Cinta memukul bahu Daniel perlahan."I love u!" Daniel mengecup bibir Cinta dengan lembut.Cinta hanya diam, dan mengalungkan tangannya di leher Daniel.Daniel membawa Cinta ke kamar mandi, dan menurunkannya di dalam walk on close."Bersihkan dirimu, aku tunggu di Mushola!" Daniel merapikan rambut Cinta yang sedikit berantakan.***Daniel kembali menjadi imam dalam sholat kali ini. Setelah membaca do'a, Daniel menghadap Cinta dan mengulurkan tangannya. Cinta mencium tangan itu dengan takzim; Daniel mengecup pucuk kepala Cinta dengan penuh kasih. Lalu membantu Cinta melepas mukenanya.DrtttttttPonsel Cinta bergetar, Cinta mengambil ponselnya dan menerima panggilan tersebut."Mama, bisa pulang hari ini nggak?" Suara Carisa diseberang telepon."Ada apa, Sayang?" Cinta mengerutkan keningnya."Ada orang yang mau datang k
Bab 52Menolak lamaran DavinCinta tiba di rumahnya pukul sembilan pagi. Ketika Cinta baru saja mengucap salam, Carisa berhambur memeluknya."Pokonya Carisa gak mau Mama menikah!" Carisa merengek dalam isak tangisnya."Iya, Sayang, Mama tidak akan menikah." Cinta membelai rambut putrinya itu dan menggendongnya masuk ke dalam rumah.Cinta menghampiri ayahnya yang sedang duduk di depan televisi."Yah, Aku mau bicara!" Cinta mendudukkan bokongnya disamping sang ayah. Sedangkan yang di ajak berbicara hanya menoleh sejenak, lalu kembali menatap layar televisi."Kenapa Ayah mengizinkan Davin datang kemari?" tanya Cinta dengan hati-hati."Kamu tau sendiri, Davin orang penting di sini. Apa katanya nanti kalau Ayah melarang dia datang?" jawab Ayahnya panjang lebar.Cinta baru saja hendak menyanggah perkataan ayahnya, tiba-tiba pintu rumah diketuk dari luar.Tokkkk … tokkkk … tokkkk …"Assalamualaikum." terdengar ucapan salam."Waalaikumsalam," jawab Cinta dan Ayahnya bersamaan.Ayah Cinta memb
Bab 53Kemarahan Pak Ruslan"Diam, Cinta! aku yang berhak memutuskan. Lamaran ini diterima atau ditolak!" Pak Ruslan menatap Cinta dengan tajam. Sontak, membuat Cinta terkejut. Karena sejak kecil sampai usianya sudah memasuki tiga puluh dua, Cinta tidak pernah dibentak oleh ayahnya. Tapi hari ini, ayahnya membentak di depan orang banyak."Pokonya Carisa gak bolehin Mama menikah!" tiba-tiba Carisa muncul dan memukul kakeknya dengan bertubi-tubi. Pak Ruslan berusaha menahan pukulan dari tangan kecil Carisa tanpa menyakiti cucu kesayangannya tersebut.Cinta yang melihat pemandangan itu berusaha mengambil Carisa dan menenangkannya, namun Carisa semakin memberontak."Owh, jadi ini … Anak yang selalu melarang Cinta menikah?" Pak Karta memandangi Carisa dengan tatapan tidak suka. Cinta membelakkan matanya mendengar perkataan Pak Karta karena tidak menyangka kalau sosok yang dihormati banyak orang itu akan menghardik putrinya dengan kasar."Carisa tidak mengizinkan Mama menikah!" Carisa melot
Bab 54Rencana Daniel"Ini adalah tabungan Aku selama bekerja di perusahaan Lucky. Corp." Cinta memberikan buku tabungan tersebut kepada Ayahnya."Hahh? Apa Ayah tidak salah lihat, Nak?" Pak Ruslan memandang Cinta dan buku tabungan tersebut secara bergantian."Tidak Ayah, itu adalah kebenarannya. Makanya, aku tidak takut dengan ancaman Pak Karta." Cinta mengulurkan tangannya untuk mengambil buku rekening tersebut, Pak Ruslan pun memberikannya kepada Cinta."Jika jumlahnya sebanyak itu, sedangkan Kamu tiap bulan menanggung biaya hidup kami, dan membayar cicilan Bank juga, berapa gaji kamu setiap bulan, Nak?" Pak Ruslan mengernyitkan dahinya karena tidak menyangka kalau gaji yang diterima Cinta dari perusahaan tempatnya bekerja sangat besar."Aku diberi gaji pokok sebesar dua belas juta rupiah, lalu ada tunjangan makan dan transportasi dari perusahaan. Total keseluruhannya mencapai dua puluh lima juta rupiah," terang Cinta kepada Ayahnya.Ayah dan Ibunya tercengang, mereka saling pandan
Bab 55Siapa CEO Nai?CupDaniel mengecup bibir Cinta di layar ponsel. Cinta terpaku, wajahnya memerah. Hanya melalui panggilan video, namun kecupan Daniel tetap membuat jantungnya berdebar kencang.Cinta tersenyum, menatap Daniel dibalik ponsel. Tangannya bergerak mengusap ponsel seolah mengusap wajah tampan Daniel.CupDaniel mengecup tangan tersebut. Menatap Cinta dengan tatapan sendu "I love u," bisiknya lagi."Mmm, Aku mau masak. Aku tutup dulu, ya…" Cinta hendak menutup panggilan video tersebut."Mau aku peluk dari belakang?" Daniel menggoda Cinta."Gila! Sudah ya, Aku tutup," ujar Cinta mematikan panggilan video.Cinta melangkahkan kakinya menuju dapur. Ia Mulai meracik bumbu untuk makan siang. Carisa meminta Cinta memasak ikan nila bakar untuknya.Cinta merasa hampa. Jika berada di Apartemen, saat seperti ini tentu sudah ada Daniel yang memeluknya dari belakang, mengecup pipinya berulang-ulang. Atau menopang dagunya di bahu Cinta. Lalu mencuri mengecup tengkuknya dengan mesra
Bab 56Perusahaan Baru DanielCinta mengikuti langkah Rina memasuki sebuah kantor yang sederhana. Perempuan itu tercenung sesaat. Rina meraih tangan Cinta, dan meminta untuk mengikutinya."Silahkan, Bu …" ujar Rina mempersilahkan Cinta masuk."Assalamualaikum." Cinta mengucap salam."Waalaikumsalam." Jawab beberapa orang dari dalam bersamaan."Bu Cinta, silahkan duduk," sapa seorang laki-laki yang Cinta kenal dengan baik. Laki-laki itu biasa Cinta panggil Bang Iqbal."Makasih, Bang," ucap Cinta tersenyum sambil mendudukkan bokongnya di kursi yang di sodorkan Bang Iqbal."Pak Nai, ini Bu Cinta." Bang Iqbal memperkenalkan Cinta pada seorang laki-laki yang tersenyum padanya."Dan … mmmm … Pak Daniel?" Cinta kaget karena saat ini Daniel berada dihadapannya. Cinta tidak bisa mencerna semua ini, bagaimana mungkin Daniel berada di sini."Lho, Bu Cinta sudah mengenal Pak Nai?" Bang Iqbal terlihat bingung."Pak Nai?" Cinta memandang Daniel dan Bang Iqbal secara bergantian. Cinta merasa heran,
Bab 57Cinta melepaskan diri dari pelukan Daniel, berjalan ke arah rak buku dengan perasaan yang sulit diartikan."Sayang, Aku mohon …" Daniel kembali memelu Cinta dari belakang, dan mencium pipinya berkali-kali."Daniel … jangan seperti ini … ini bukan Apartemen. Bagaimana kalau ada yang lihat?" Cinta melepaskan diri dari pelukan Daniel."Aku sangat merindukanmu, Sayang! kita pulang, ya. Besok kita kemari lagi." Daniel menopang dagunya di pundak Cinta. Sepertinya, Daniel mulai tahu, ini adalah posisi yang selalu dirindukan Cinta."Aku harus bilang apa sama Carisa?" Cinta mengelus tangan Daniel yang melingkar di Perutnya."Aku ikut kamu pulang!" Daniel mengurai pelukannya, lalu membereskan meja kerjanya."Maksudmu?" Cinta menatap Daniel dengan penuh tanya. Daniel tidak menggubris, terus merapikan meja kerjanya.Cinta menahan pergerakan Daniel yang terus membereskan meja kerjanya."Jelaskan padaku, Daniel, apa maksudmu ikut aku pulang? Aku tidak mengerti!" Cinta mengerutkan keningnya s