Bab 57Cinta melepaskan diri dari pelukan Daniel, berjalan ke arah rak buku dengan perasaan yang sulit diartikan."Sayang, Aku mohon …" Daniel kembali memelu Cinta dari belakang, dan mencium pipinya berkali-kali."Daniel … jangan seperti ini … ini bukan Apartemen. Bagaimana kalau ada yang lihat?" Cinta melepaskan diri dari pelukan Daniel."Aku sangat merindukanmu, Sayang! kita pulang, ya. Besok kita kemari lagi." Daniel menopang dagunya di pundak Cinta. Sepertinya, Daniel mulai tahu, ini adalah posisi yang selalu dirindukan Cinta."Aku harus bilang apa sama Carisa?" Cinta mengelus tangan Daniel yang melingkar di Perutnya."Aku ikut kamu pulang!" Daniel mengurai pelukannya, lalu membereskan meja kerjanya."Maksudmu?" Cinta menatap Daniel dengan penuh tanya. Daniel tidak menggubris, terus merapikan meja kerjanya.Cinta menahan pergerakan Daniel yang terus membereskan meja kerjanya."Jelaskan padaku, Daniel, apa maksudmu ikut aku pulang? Aku tidak mengerti!" Cinta mengerutkan keningnya s
Bab 58Bertemu mertua dan CarisaJarak dari perusahaan menuju rumah Cinta hanya memakan waktu sepuluh menit."Assalamualaikum." Cinta mengucap salam dan mempersilahkan Daniel masuk ke dalam rumahnya."Waalaikumsalam." Terdengar jawaban dari dalam.Ayah dan Ibu Cinta membuka pintu dan melihat Cinta bersama seorang lelaki.Ayahnya mengerutkan keningnya melihat penampilan Daniel yang tidak seperti orang-orang biasanya. Itu dikarenakan Daniel mengenakan tuksedo berwarna cream, ayahnya merasa heran karena selama ini, Cinta tidak pernah bergaul dengan lelaki yang memakai jas dan terlihat seperti bule."Ayah, Ibu, kenalkan. Ini bos Cinta di kantor." Cinta memperkenalkan Daniel pada kedua orang tuanya."Assalamualaikum, Ayah, Ibu … saya Luckynai. Panggil Nai saja. Saya pemilik perusahaan Wong Corp. Tempat Cinta bekerja." Daniel menyalami kedua orang tua Cinta.Ayah Cinta kagum melihat kesopanan pemuda yang berada dihadapannya ini, lelaki yang memiliki pangkat tertinggi di perusahaan, mencium
Bab 59"Apa kamu tidak terlalu lelah, Nak?" Pak Ruslan menatap Cinta dengan penuh khawatir."Tidak apa-apa, Ayah … aku bisa mengkondisikan, aku akan menjaga kesehatan." Cinta menggenggam tangan ayahnya dengan erat, memberi keyakinan pada lelaki paruh baya tersebut."Kalau keputusanmu begitu, tentu saja ayah izinkan!" ujar Pak Ruslan tersenyum."Mama kan, baru dua hari di sini. Kok mau pergi lagi?" Carisa protes dan melotot tajam ke arah Daniel."Besok, mama pulang kesini lagi, Sayang. Carisa mau mama beliin apa?" Cinta membujuk Carisa dan membelai wajah putrinya itu dengan penuh kasih sayang."Apapun yang Carisa mau, mama mau beliin?" ujar Carisa bersemangat."Apapun. Om akan belikan untuk Carisa," Daniel terlebih dahulu menjawab, sebelum Carisa bersuara."Ihhhh … Carisa mau minta beliin sama Mama, bukan sama kamu!" Carisa melotot ke arah Daniel dan menghentakkan kakinya kesal."Sayang … gak boleh ngomong gitu, Nak." Cinta mendudukkan kembali Carisa di pangkuannya."Tidak apa-apa. Nan
Bab 60Gairah Daniel vs pertahanan CintaDaniel meninggalkan Cinta ke luar kamar, khawatir akan tergoda melihat Cinta yang tertidur pulas.Namun, pikiran kotor kembali merasukinya."Hey, Daniel, sudah saatnya kamu memiliki istrimu, dia halal untukmu, sudah saatnya kamu menaklukkannya" pikiran itu terus berkelana membuat Daniel kembali membuka pintu kamar dan mendekati Cinta yang tergeletak dan tertidur pulas di atas ranjang.Tatapan mata Daniel kembali tertuju pada kancing baju bagian atas yang tadi dia buka. Ia naik ke atas ranjang, menelusuri wajah Cinta yang memang sangat cantik.Daniel mendekatkan wajahnya, mengecup bibir Cinta dengan lembut. Menyesapnya dengan perlahan, dan satu tangannya mulai membuka kancing bagian kedua kemeja Cinta. Daniel menurunkan kecupannya ke arah leher jenjang Cinta."Mmmhhh ...." Desahan kecil keluar dari bibir Cinta.Daniel kembali mengecup bibir Cinta dengan rakus. Cinta membuka matanya, dan mendapati Daniel mengecup bibirnya. Cinta tersentak kaget k
Bab 61"A_aku …." Cinta menatap Daniel dengan tatapan sendu. CupDaniel mengecup bibir Cinta, memberikan kenyamanan padanya."Ssssttt … jangan katakan apapun. Cukup peluk aku, dan biarkan aku membuatmu nyaman." Daniel menarik Cinta ke dalam pelukannya. Mendekap erat istrinya sampai suara Isak tangis mereda."Aku bisa melihat dan merasakan cintamu, Sayang … tapi aku tidak tau, mengapa kamu tidak bisa mengungkapkannya." guman Daniel di dalam hati.***Cinta masih membenamkan dirinya di dalam pelukan Daniel. Perasaan nyaman membuat Cinta tidak ingin melepaskan pelukan tersebut. Daniel mengurai pelukannya, menatap Cinta dengan penuh kasih sayang."Maaf, karena aku selalu memintamu untuk mengatakan cinta padaku. Maaf, jika itu membuatmu terluka," ucap Daniel seraya mengusap sisa air mata Cinta. Daniel merasa bersalah karena tadi telah mendesak Cinta untuk mengucapkan kata cinta. Ia tidak menyangka, hal itu membuat istrinya itu merasa tertekan dan menderita."A_aku …" Cinta masih berucap
Bab 62Ciuman untuk DanielDaniel merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Seseorang menyandarkan kepalanya di punggung Daniel, memeluk tubuhnya dengan erat. Daniel membalikkan badannya, dan tersenyum menatap Cinta yang memeluk pinggangnya dengan erat."Ada apa, Sayang?" Daniel membelai rambut Cinta dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya mematikan kompor.Cinta hanya menggelengkan kepalan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.Daniel menangkup wajah Cinta dengan kedua tangannya. Lalu mengecup kening dan ujung hidung Cinta dengan lembut sehingga Cinta memejamkan matanya, menikmati debar jantungnya yang mulai tak karuan."A_aku merindukanmu," ucap Cinta menatap manik mata Daniel. Menyelami sorot mata yang tajam namun sangat meneduhkan."Aku juga merindumu, Sayang … sangat rindu …" Daniel meraup bibir Cinta dengan bibirnya. Menyesap dengan sangat hati-hati. Cinta kembali memeluk Daniel dengan erat."Bisakah aku berada di sini lama-lama?" ucap Cinta membenamkan kepalanya di d
Bab 63Pagi itu Cinta dan Daniel kembali ke perusahaan cabang. Daniel meminta Andi memarkirkan mobil di deretan toko perhiasan ternama."Kita ngapain kesini?" tanya Cinta merasa heran ketika Daniel mengajaknya turun menuju sebuah toko perhiasan."Membeli sesuatu untuk my princes!" Ujar Daniel menggenggam erat tangan Cinta."Princes?" Cinta menahan tangan Daniel dengan cemberut."Princes siapa?" Cinta mengulang pertanyaannya seraya menatap tajam ke arah Daniel dan menghentikan langkahnya."Tentu saja Princesku." jawab Daniel melanjutkan langkah kakinya .Cinta akhirnya mengikuti langkah kaki suaminya itu memasuki toko perhiasan yang teramat sangat mewah tersebut.Daniel terlihat serius memandangi deretan set perhiasan anak perempuan. Lalu pandangannya tertuju pada set perhiasan dengan bandul boneka beruang bernama choco. Daniel tersenyum melihat aksesoris dengan karakter Boneka yang pemiliknya bernama Rubby tersebut."Saya mau yang itu, Kak!" Daniel menunjuk perhiasan tersebut.Karyawa
Bab 64Carisa kecelakaanTanpa berpikir panjang, Cinta meminta Andi untuk membawa Carisa ke dalam mobil. Mereka lalu melarikan Carisa ke Rumah Sakit.Cinta merasakan dadanya sesak melihat kondisi Carisa. Carisa masih tidak sadarkan diri."Selamatkan anakku Ya Allah ....""Tenang, Bu! Semoga putri ibu tidak apa-apa." Ujar Bidan sambil memegang infus yang tersambung ke tangan Carisa."Andi, cepat!" Seru Cinta dengan suara parau. Perasaan Cinta teramat sangat tidak karuan, Ia takut terjadi sesuatu yang sangat buruk pada putri semata wayangnya itu, sehingga air mata tak henti-hentinya mengalir dari pelupuk matanya.Cinta terus memeluk Carisa dengan erat dengan sesekali menyeka keringat dingin yang mulai keluar dari tubuh bocah kecil itu.Melihat keadaan cinta yang teramat sangat cemas, Andi melajukan mobil dengan kecepatan tinggi sehingga perjalanan yang seharusnya ditempuh selama satu jam mampu ditempuh hanya dalam tiga puluh menit. Andi juga memasang suara sirine ambulance dari mobil, a
Tuan Adiguna dan istrinya saling pandang. Mereka terkesima mendengar Cinta menceritakan tentang Dokter Arinda yang mampu menyembuhkan dirinya yang saat itu juga tengah depresi karena hampir diperkosa oleh mantan suaminya. "Tapi bagaimana dengan si kembar? Mereka tidak mungkin ikut kalian ke kota Jambi. Itu pasti akan sangat merepotkan pekerjaan kalian." Nyonya Adiguna menoleh ke arah si kembar yang sedang berebut mainan. "Bukankah ada Della yang bisa menjaga mereka?" "Tapi kami tidak ingin ada fitnah jika Della tetap berada di rumah ini." "Kalau begitu kalian bisa menikahkan Della terlebih dahulu." Daniel menyahut dengan cepat. "Nggak bisa begitu Mas Daniel. Aku tidak ingin menikah tanpa kehadiran Kak Risa," sanggah Della dengan cepat. "Jika kamu tetap berpegang teguh pada prinsipmu, itu artinya kamu tidak mencintai Risa." "Bukan begitu, Kak." "Saat ini Risa membutuhkan terapi yang hebat untuk mengembalikan ingatannya dan kesehatannya. Jika kita membawa dia ke rumah sakit jiwa
Tubuh Della seketika melemas mendengar perkataan Cinta. Dia tidak menyangka kakaknya akan bernasib sangat menyedihkan malam itu. Dia tahu persis bagaimana Risa menjaga dirinya dengan baik dari godaan laki-laki demi menjaga kesucian cintanya dan kesetiaannya pada Gilang.Namun pada kenyataannya, Mr. Hua malah merenggut kesucian itu dengan seenaknya."Aku memintamu di sini untuk menjaga Risa di ruang rawat inap. Aku dan Daniel akan segera mengurusi Mister Hua agar mendapat hukuman yang setimpal," ujar Cinta seraya mengusap punggung Della dengan lembut.Cinta sedang memikirkan semuanya. Dia harus segera menyelesaikan masalah tersebut sebelum Mr. Hua memutar balikan fakta. Perempuan itu pun segera berlari menuju Daniel yang sedang berjaga di ruang ICU di mana Gio sedang dirawat."Sayang, kita tidak bisa menunggu ini terlalu lama. Kita harus segera menyerahkan Mr Hua kepada pihak polisi. Aku tidak ingin b******* itu bisa bebas begitu saja." Cinta berujar dengan wajah cemas.Daniel menoleh
Cinta seketika menarik napasnya dalam-dalam karena apa yang dikatakan oleh Daniel memang benar. Cinta bahkan mencurigai Daniel telah melakukan perselingkuhan dengan Risa setelah mendapat kiriman foto tersebut.Tiba-tiba saja Cinta menjadi kepikiran tentang siapa yang telah mengirimkan foto Daniel bersama Risa di jalan tersebut."Daniel Siapa kira-kira yang telah mengirimkan fotomu ke ponselku?" tanya Cinta Seraya menoleh ke arah Daniel."Kita akan segera mencari tahu setelah kita menemui Risa," sahut Daniel.Daniel kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga beberapa menit kemudian ia telah memarkirkan mobilnya di halaman sebuah hotel.Daniel langsung mengajak Cinta untuk naik ke lantai tiga di mana ia meninggalkan Risa di dalam kamar tadi.Setelah sampai didepan pintu kamar Risa, Daniel dan Cinta pun mengetuk pintu berkali-kali, akan tetapi pintu tersebut tak kunjung dibuka. Daniel dan Cinta saling pandang karena pikiran mereka mulai berkelana."Aku menghawatirkan Risa
Cinta terbelalak mendengar ucapan Daniel. Ia tidak menyangka sama sekali bahwa Daniel berbohong demi menutupi kebusukannya. Cinta mendorong tubuh Daniel dengan kuat sehingga Daniel terjatuh di atas ranjang."Cinta, apa yang kamu lakukan? Apa kamu tidak mempercayaiku sebagai suamimu?" Daniel menatap Cinta dengan tajam. Ia merasa Cinta mencurigainya, terlihat dari sorot mata Cinta yang begitu tajam.Cinta melengos mendengar perkataan Daniel. Ia sangat kecewa karena ternyata Daniel sudah berani bermain dibelakangnya dengan Risa. Bahkan saat ini Daniel berani berbohong dan mengatakan bahwa Risa diperkosa oleh Mister Hua. Sebuah kenyataan yang tidak bisa dipercaya karena Mister Hua sudah pulang terlebih dahulu setelah meeting selesai. Bagaimana mungkin Cinta bisa mempercayai perkataan Daniel."Kamu pikir aku percaya dengan apa yang kamu katakan? Kamu pikir aku akan percaya dengan kamu mengatakan bahwa Risa diperkosa oleh Mister Hua? Itu alasan yang sangat tidak masuk akal, Daniel." Cinta m
Daniel membawa Risa menuju sebuah hotel untuk menenangkan Risa. Lelaki bermata sipit itu tidak tega membawa Risa pulang ke rumahnya karena keadaan Risa yang sangat memprihatinkan. Risa pun tidak ingin pulang ke rumahnya karena ia merasa masih sangat ketakutan. Risa terus memeluk dirinya dengan jas milik Daniel. Risa meminta Daniel untuk membawanya ke sebuah hotel karena ia tidak ingin apa yang terjadi padanya diketahui oleh anak-anaknya ataupun Della. Ia merasa apa yang terjadi pada dirinya merupakan aib yang harus dia tutupi dari siapa pun.Daniel segera membawa Risa masuk ke dalam kamar hotel dan mendudukkan Risa di tepian ranjang. Ada rasa iba dalam hati Daniel melihat Risa yang begitu ketakutan. Seketika Daniel teringat pada pesan Gilang untuk menjaga Risa dan Gio juga perusahaannya dengan baik. Daniel bahkan telah berjanji pada Gilang di atas makamnya.Risa merapatkan jas yang Daniel berikan ke tubuhnya. Rasa takut membuat Risa tidak ingin melepaskan pelukannya dari Daniel. Pere
Cinta mondar-mandir di dalam kamarnya karena waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan Daniel belum kembali ke apartemen. Perempuan berambut pendek itu menatap keluar jendela dan memandangi lampu lampu yang menerangi kota Jakarta sehingga kota itu terlihat sangat indah. Cinta kembali mengecek ponselnya dan melakukan panggilan kepada Daniel. Namun telepon Daniel tak kunjung diangkat membuat Cinta semakin gelisah. Saat ia sedang berusaha menenangkan pikirannya, tiba-tiba kedua bayi kembarnya menangis bersamaan membuat Cinta semakin bingung. Cinta pun mencoba menenangkan Anggun dan Anggur dengan memeluk kedua bayi itu bersamaan. Namun meskipun Cinta sudah menggendong kedua bayi kembar itu dan menyanyikan lagu-lagu yang biasa dinyanyikan akan tetapi bayi-bayi itu tak kunjung reda tangisannya. Carissa yang saat itu sedang berada di ruang depan bersama Meri menoleh ke arah pintu kamar Ibunya yang tertutup rapat. "Kenapa dede bayi menangis terus dari tadi ya, Bik?" Carissa menge
Risa tidak menyadari ada mobil yang menguntitnya dari tadi di belakangnya. Risa sedang menyetel musik yang sering diputar oleh Gilang setiap kali mereka bepergian. Matahari mulai meninggalkan bumi dari pancarannya. Biasnya yang kuning keemas-emasan perlahan-lahan menghilang. Risa mempercepat laju kendaraannya karena ia tidak ingin sampai di rumah ketika waktu sudah melewati salat magrib. Risa terlambat karena tadi mengalami kemacetan yang cukup panjang sehingga ia harus terlambat pulang ke rumah. Sebelumnya Risa tidak pernah pulang setelah memasuki waktu magrib karena dia tidak pernah mengalami macet panjang seperti saat ini. Jalanan mulai lengang. Saat Risa masih dengan santainya mengemudikan mobilnya, tiba-tiba sebuah mobil menghadang mobil Risa dari depan. Mobil tersebut melintang dan menyebabkan Risa menghentikan laju kendaraannya. Risa mengernyitkan keningnya karena penumpang tersebut tak kunjung keluar dari mobil. Risa sedikit merasa takut karena jalanan tersebut cukup sepi
Risa terkejut saat melihat kehadiran Mister Hua yang tiba-tiba berada di dalam ruang meeting. Semua anggota meeting pun tak satupun yang berani bersuara. Mereka terdiam seribu bahasa seakan menyalahkan Risa atas keputusan yang diambil olehnya. "Maaf Pak, Anda terlambat selama lebih dari lima belas menit, Saya tidak menyangka jika anda akan tetap menghadiri meeting ini," sahut Risa Seraya mengangguk hormat pada Mister Hua. Mr.Hua menyunggingkan senyumnya dan mendudukkan bokongnya di kursi yang telah tersedia. Lelaki berkulit putih dengan tinggi hampir menyamai Daniel tersebut menatap penampilan Risa dari ujung kaki sampai ujung kepala. Risa yang diperhatikan dengan seksama oleh Mister Hua merasa risih dan memutuskan untuk duduk di kursi. "Mungkin lebih baik saya menjelaskan tentang perkembangan perusahaan kami dengan duduk saja," ujar Risa. Perempuan berambut panjang itu kemudian menjelaskan secara detail kepada seluruh pengusaha yang hadir tentang perkembangan perusahaannya dan ju
# 13Risa memang tidak memiliki sahabat di Jakarta karena dulu ia bekerja di cafe dan hanya memiliki satu teman yaitu Anita, tapi telah lama, sahabatnya itu tidak bisa lagi dihubungi karena pindah ke luar pulau Jawa.Risa hanya mengenal Cinta dan Rachel yang merupakan sahabat suaminya. Akan tetapi, Rachel pun tidak berani Risa jadikan teman curhat karena perempuan yang merupakan kelahiran Tiongkok itu jarang berada di Jakarta.Risa kembali menatap keluar jendela dan melihat sinar matahari mulai bergeser dari atas kepala menyinari tepat jendela kantor nya. Perempuan berambut panjang itu menghela napas dalam-dalam. Ia mencoba menghibur hatinya yang sebenarnya sedang dilanda rindu yang teramat sangat pada Almarhum Gilang suaminya."Namun terkadang aku yang terlanjur lelah mengurusi si kembar suka mengalami penurunan mood jika sudah berada di perusahaan. Begitupun sebaliknya, aku yang sedang capek dengan urusan pekerjaan mudah tersulut emosi saat berada di rumah dan menghadapi kelakuan si