Bab 71Mendekati Carisa*******Cinta tersenyum melihat Carisa yang mulai dekat dengan Daniel, di dalam hatinya berharap, Carisa bisa menerima Daniel sebagai ayah sambungnya."Nah, di dalam kotak ini, juga KFC yang lagi viral, lho!" ujar Daniel mengambil kotak dari hadapan Carisa dan membukanya."Waaahhh KFC saus keju, Carisa suka, Carisa mau makan, mama!" Seru Carisa menoleh ke arah Cinta.Daniel menaikturunkan alisnya menatap Cinta. "Sebentar, mama cuci tangan dulu, ya!" Cinta berjalan menuju wastapel dan diikuti oleh Daniel."Ingat, Sayang. Hukuman untuk yang kalah taruhan!" Daniel menaikturunkan alisnya seraya melenggang pergi meninggalkan Cinta.Cinta menghentikan pergerakan mencuci tangannya, seketika Cinta menutup mulut ketika mengingat taruhan yang ditawarkan oleh Daniel, jika Carisa menyukai hadiah tersebut, Cinta harus tidur dalam dekapan Daniel sepanjang malam selamanya. Cinta menoleh ke arah Daniel yang tampak berbincang-bincang dengan kedua orang tuanya. Cinta merasa da
Bab 72******"Argh!" Aditya menepuk dinding rumah sakit dengan keras."Sudahlah, Bro, biarkan saja Carisa bersama ibunya!" bujuk laki-laki bernama Anton, yang merupakan sahabat Aditya."Kamu nggak tau aja, aku berencana untuk mendekati Cinta lagi!" jawab Adit dengan pandangan datar."Kamu mau rujuk?" Anton mengernyitkan keningnya."Iya, kamu tidak tahu saja, Cinta sekarang teramat sangat cantik dan berkelas, dia bekerja di perusahaan asing, jika aku kembali rujuk dengannya, aku bisa hidup berbahgia dengan memiliki istri yang cantik dan kaya." jawan Aditya tersenyum."Cinta memang cantik, kamu sudah mengakui itu sejak dahulu, bukan?" tanya Anton menyelidik."Benar, tapi sekarang lebih cantik, dulu Cinta miskin, sehingga aku harus memilih hidup bersama ibuku yang kaya raya, tapi Sekarang, Cinta kaya raya, aku pasti juga bisa menikmati kekayaannya. Lagipula, kamu pasti tahu, kalau sampai kapanpun, aku masih mencintai Cinta." jawab Aditya menatap Anton."Sekarang, apa yang akan kamu laku
Bab 73Memburu penabrak CarisaCinta terbangun ketika tenggorokannya terasa kering, Cinta bangkit dan hendak mengambil air putih di atas nakas, namun, pandangannya tertuju ke arah Daniel yang berbaring di atas brangkar Carisa seraya memeluk Carisa dan mereka tertidur dengan lelap.Cinta berjalan dengan perlahan mendekati mereka yang sepertinya telah terbuai oleh mimpi. Cinta melihat pori-pori tubuh Daniel yang sepertinya merasa dingin oleh udara AC, dikarenakan suaminya itu tidak pernah tidur tanpa selimut.Cinta kembali ke sofa, mengambil selimut yang digunakannya untuk tidur, lalu berjalan mendekati Daniel dan Carisa. Cinta menyelimuti suaminya tersebut dengan sangat hati-hati. Ketika Ia hendak mengambil air minum di atas nakas, tiba-tiba saja, Daniel memegang tangan Cinta dan menatap istrinya itu dengan sorot mata sendu."Daniel ...." Cinta tidak melanjutkan perkataannya, dikarenakan Daniel mengisyaratkan untuk tidak berbicara, namun meminta Cinta untuk mendekatkan wajahnya.Cinta
Bab 74"Mama! jangan dekat-dekat sama Om Nai!" seru Carisa membuat Cinta menyurutkan pergerakannya.Daniel segera menghampiri Carisa. "Om ada urusan penting, Carisa harus makan dan minum obat, ya. Kalau sudah sembuh, kita jalan-jalan ke Jakarta dan om ajarin English. Oke!" Daniel mengeluarkan jari kelingkingnya di hadapan Carisa yang segera disambut Carisa dengan senyuman. "Siap, Om Nai!" Daniel meninggalkan kamar Carisa dan tidak mengizinkan Cinta mengantarkan sampai ke halaman rumah sakit.***"Bos, saya sudah mendapatkan informasi laki-laki yang menabrak Carisa!" Andi memberikan sebuah Poto nomor polisi kendaraan motor tersebut.Daniel melihat nomor kendaraan tersebut."Saya juga sudah mendapatkan alamat lelaki ini, dia tinggal di desa tetangga!" sahut Andi lagi."Kita ke sana sekarang!" Daniel menaiki sepeda motornya dan segera memasang helm.Andi dengan sigap menaiki sepeda motornya dan mengisyaratkan Daniel untuk mengikutinya.Selama hampir tiga puluh menit, mereka sampai di se
Bab 75Permintaan Carisa******** Daniel lalu menjelaskan tentang kecelakaan yang menimpa Carisa dan pelakunya."Maaf, Pak Nai, saya tidak percaya dengan apa yang anda katakan!" Pak Karta tersenyum sinis menoleh ke arah Daniel."Saya pikir, Anda adalah pejabat yang terhormat. Namun, melihat dari cara anda menyikapi laporan saya. Bisa saya pastikan kalau anda hanya seorang pejabat yang mengandalkan kekuasaan!" Daniel berdiri dari tempat duduknya."Saya juga salah menafsirkan anda, Pak Nai. Saya pikir, anda berkelas. Ternyata, anda hanya seorang CEO murahan. Terbukti, anda membela perempuan murahan itu!" sahut Pak Karta dengan terkekeh.Daniel maju selangkah seraya mengepalkan tangannya. Namun secepatnya ditahan oleh Andi. Seraya melirik ke arah CCTV yang berada di sudut ruangan tersebut."Cinta jauh lebih terhormat dari pada Anda. Saya akan tetap mengusut kasus ini meskipun tanpa bantuan anda!" Daniel berlalu meninggalkan rumah Pak Karta."Andi, kamu kembali ke kantor cabang. Saya aka
Bab 76*****"Ma, Carisa mohon, mama mau baikan lagi sama papa!" rengek Carisa pada Cinta.Cinta terkejut mendengar permintaan Carisa. Cinta mendekati Carisa dan Aditya. Namun, kembali mundur saat mencium aroma bir dari tubuh laki-laki yang sudah menjadi mantan suaminya itu.Cinta mencibirkan bibirnya. Tidak mungkin akan rujuk lagi dengan Aditya. Karena cinta di dalam hatinya sudah mati. Lagi pula, status Cinta adalah istri Daniel."Ma, Mama mau, kan menikah lagi dengan Papa!" bujuk Carisa.Cinta tersenyum. "Nanti kita bicarakan lagi, ya Sayang! Fokus dulu sama kesembuhan Carisa," bujuk Cinta tetap duduk di sofa.CeklekkPintu terbuka. Daniel muncul di balik pintu dan terkejut mendapati Aditya yang sedang memeluk Carisa. Daniel mengepalkan tangannya saat mengingat perkataan Aditya. Namun, Daniel tidak ingin memperlihatkan kepada Carisa kebenciannya pada Aditya."Hallo, Princess!" sapa Daniel kepada Carisa."Hai, Om Nai!" Carisa tersenyum menyapa Daniel."Om, kenalkan. Ini papa Carisa!
Bab 77Menahan hasrat*******Cinta membiarkan Daniel memangut bibirnya dengan rakus, tapi lembut. Menyesap dan melumatnya dengan pergerakan lidah yang berkelit. Cinta benar-benar merindukan Daniel dan segala kemesraannya.Cinta terkesiap ketika tangan kokoh Daniel mengangkat tubuhnya yang mungil."Apa yang kamu lakukan?" tanya Cinta menatap mata Daniel."Membawamu pada tempat yang seharusnya," jawab Daniel sesaat sebelum kembali melabuhkan ciuman hangat dan memangut bibir Cinta dengan mesra.Cinta mengalungkan kedua tangannya pada leher Daniel. Membiarkan Daniel membaringkan tubuhnya di ranjang king size yang sudah lima bulan menjadi tempat pelepas penatnya."Daniel ...!" Cinta menatap Daniel dengan sendu."I love U," Daniel mencium kening Cinta dengan begitu lama. Membuat pemilik kening merasakan getaran-getaran yang menjalar di seluruh tubuhnya.Kecupan itu turun dan mendarat di ujung hidung Cinta. Daniel bahkan menggigit kecil ujung hidung yang runcing tersebut. Melepas kecupan da
Bab 78******"Daniel ...!" Cinta kembali terisak melepas ciuman. Menatap Daniel dengan bahasa yang sulit diartikan.Jika sebelumnya Cinta akan menahan pergerakan tangan Daniel, kali ini Cinta hanya menatap sorot matanya. "Daniel ...!" Air mata Cinta semakin deras mengalir sehingga Daniel menarik tangannya dari kulit tersebut.Daniel menarik Cinta ke dalam pelukannya. Membiarkan Cinta terisak.Daniel mengurai sedikit pelukan. Membingkai wajah istrinya. "Maafkan aku!" Daniel mengusap air mata yang membanjiri wajah Cinta. Menyelami manik mata yang teduh dan sendu itu."Aku akan menerima hukuman. Apa kamu bisa menahannya?" tanya Cinta tanpa melepas pelukannya.Pertanyaan Cinta membuat Daniel mengerti maksud dari air mata yang Cinta tumpahkan.Daniel mencium pipi Cinta sekilas. "Tentu saja. Aku pasti bisa menahannya sampai kamu siap," jawab Daniel tersenyum."Sekarang, aku mau mandi. Setelah itu kita keluar sebentar," ujar Daniel."Keluar? Ini sudah malam!" sahut Cinta menoleh jam dindi
Tuan Adiguna dan istrinya saling pandang. Mereka terkesima mendengar Cinta menceritakan tentang Dokter Arinda yang mampu menyembuhkan dirinya yang saat itu juga tengah depresi karena hampir diperkosa oleh mantan suaminya. "Tapi bagaimana dengan si kembar? Mereka tidak mungkin ikut kalian ke kota Jambi. Itu pasti akan sangat merepotkan pekerjaan kalian." Nyonya Adiguna menoleh ke arah si kembar yang sedang berebut mainan. "Bukankah ada Della yang bisa menjaga mereka?" "Tapi kami tidak ingin ada fitnah jika Della tetap berada di rumah ini." "Kalau begitu kalian bisa menikahkan Della terlebih dahulu." Daniel menyahut dengan cepat. "Nggak bisa begitu Mas Daniel. Aku tidak ingin menikah tanpa kehadiran Kak Risa," sanggah Della dengan cepat. "Jika kamu tetap berpegang teguh pada prinsipmu, itu artinya kamu tidak mencintai Risa." "Bukan begitu, Kak." "Saat ini Risa membutuhkan terapi yang hebat untuk mengembalikan ingatannya dan kesehatannya. Jika kita membawa dia ke rumah sakit jiwa
Tubuh Della seketika melemas mendengar perkataan Cinta. Dia tidak menyangka kakaknya akan bernasib sangat menyedihkan malam itu. Dia tahu persis bagaimana Risa menjaga dirinya dengan baik dari godaan laki-laki demi menjaga kesucian cintanya dan kesetiaannya pada Gilang.Namun pada kenyataannya, Mr. Hua malah merenggut kesucian itu dengan seenaknya."Aku memintamu di sini untuk menjaga Risa di ruang rawat inap. Aku dan Daniel akan segera mengurusi Mister Hua agar mendapat hukuman yang setimpal," ujar Cinta seraya mengusap punggung Della dengan lembut.Cinta sedang memikirkan semuanya. Dia harus segera menyelesaikan masalah tersebut sebelum Mr. Hua memutar balikan fakta. Perempuan itu pun segera berlari menuju Daniel yang sedang berjaga di ruang ICU di mana Gio sedang dirawat."Sayang, kita tidak bisa menunggu ini terlalu lama. Kita harus segera menyerahkan Mr Hua kepada pihak polisi. Aku tidak ingin b******* itu bisa bebas begitu saja." Cinta berujar dengan wajah cemas.Daniel menoleh
Cinta seketika menarik napasnya dalam-dalam karena apa yang dikatakan oleh Daniel memang benar. Cinta bahkan mencurigai Daniel telah melakukan perselingkuhan dengan Risa setelah mendapat kiriman foto tersebut.Tiba-tiba saja Cinta menjadi kepikiran tentang siapa yang telah mengirimkan foto Daniel bersama Risa di jalan tersebut."Daniel Siapa kira-kira yang telah mengirimkan fotomu ke ponselku?" tanya Cinta Seraya menoleh ke arah Daniel."Kita akan segera mencari tahu setelah kita menemui Risa," sahut Daniel.Daniel kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga beberapa menit kemudian ia telah memarkirkan mobilnya di halaman sebuah hotel.Daniel langsung mengajak Cinta untuk naik ke lantai tiga di mana ia meninggalkan Risa di dalam kamar tadi.Setelah sampai didepan pintu kamar Risa, Daniel dan Cinta pun mengetuk pintu berkali-kali, akan tetapi pintu tersebut tak kunjung dibuka. Daniel dan Cinta saling pandang karena pikiran mereka mulai berkelana."Aku menghawatirkan Risa
Cinta terbelalak mendengar ucapan Daniel. Ia tidak menyangka sama sekali bahwa Daniel berbohong demi menutupi kebusukannya. Cinta mendorong tubuh Daniel dengan kuat sehingga Daniel terjatuh di atas ranjang."Cinta, apa yang kamu lakukan? Apa kamu tidak mempercayaiku sebagai suamimu?" Daniel menatap Cinta dengan tajam. Ia merasa Cinta mencurigainya, terlihat dari sorot mata Cinta yang begitu tajam.Cinta melengos mendengar perkataan Daniel. Ia sangat kecewa karena ternyata Daniel sudah berani bermain dibelakangnya dengan Risa. Bahkan saat ini Daniel berani berbohong dan mengatakan bahwa Risa diperkosa oleh Mister Hua. Sebuah kenyataan yang tidak bisa dipercaya karena Mister Hua sudah pulang terlebih dahulu setelah meeting selesai. Bagaimana mungkin Cinta bisa mempercayai perkataan Daniel."Kamu pikir aku percaya dengan apa yang kamu katakan? Kamu pikir aku akan percaya dengan kamu mengatakan bahwa Risa diperkosa oleh Mister Hua? Itu alasan yang sangat tidak masuk akal, Daniel." Cinta m
Daniel membawa Risa menuju sebuah hotel untuk menenangkan Risa. Lelaki bermata sipit itu tidak tega membawa Risa pulang ke rumahnya karena keadaan Risa yang sangat memprihatinkan. Risa pun tidak ingin pulang ke rumahnya karena ia merasa masih sangat ketakutan. Risa terus memeluk dirinya dengan jas milik Daniel. Risa meminta Daniel untuk membawanya ke sebuah hotel karena ia tidak ingin apa yang terjadi padanya diketahui oleh anak-anaknya ataupun Della. Ia merasa apa yang terjadi pada dirinya merupakan aib yang harus dia tutupi dari siapa pun.Daniel segera membawa Risa masuk ke dalam kamar hotel dan mendudukkan Risa di tepian ranjang. Ada rasa iba dalam hati Daniel melihat Risa yang begitu ketakutan. Seketika Daniel teringat pada pesan Gilang untuk menjaga Risa dan Gio juga perusahaannya dengan baik. Daniel bahkan telah berjanji pada Gilang di atas makamnya.Risa merapatkan jas yang Daniel berikan ke tubuhnya. Rasa takut membuat Risa tidak ingin melepaskan pelukannya dari Daniel. Pere
Cinta mondar-mandir di dalam kamarnya karena waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan Daniel belum kembali ke apartemen. Perempuan berambut pendek itu menatap keluar jendela dan memandangi lampu lampu yang menerangi kota Jakarta sehingga kota itu terlihat sangat indah. Cinta kembali mengecek ponselnya dan melakukan panggilan kepada Daniel. Namun telepon Daniel tak kunjung diangkat membuat Cinta semakin gelisah. Saat ia sedang berusaha menenangkan pikirannya, tiba-tiba kedua bayi kembarnya menangis bersamaan membuat Cinta semakin bingung. Cinta pun mencoba menenangkan Anggun dan Anggur dengan memeluk kedua bayi itu bersamaan. Namun meskipun Cinta sudah menggendong kedua bayi kembar itu dan menyanyikan lagu-lagu yang biasa dinyanyikan akan tetapi bayi-bayi itu tak kunjung reda tangisannya. Carissa yang saat itu sedang berada di ruang depan bersama Meri menoleh ke arah pintu kamar Ibunya yang tertutup rapat. "Kenapa dede bayi menangis terus dari tadi ya, Bik?" Carissa menge
Risa tidak menyadari ada mobil yang menguntitnya dari tadi di belakangnya. Risa sedang menyetel musik yang sering diputar oleh Gilang setiap kali mereka bepergian. Matahari mulai meninggalkan bumi dari pancarannya. Biasnya yang kuning keemas-emasan perlahan-lahan menghilang. Risa mempercepat laju kendaraannya karena ia tidak ingin sampai di rumah ketika waktu sudah melewati salat magrib. Risa terlambat karena tadi mengalami kemacetan yang cukup panjang sehingga ia harus terlambat pulang ke rumah. Sebelumnya Risa tidak pernah pulang setelah memasuki waktu magrib karena dia tidak pernah mengalami macet panjang seperti saat ini. Jalanan mulai lengang. Saat Risa masih dengan santainya mengemudikan mobilnya, tiba-tiba sebuah mobil menghadang mobil Risa dari depan. Mobil tersebut melintang dan menyebabkan Risa menghentikan laju kendaraannya. Risa mengernyitkan keningnya karena penumpang tersebut tak kunjung keluar dari mobil. Risa sedikit merasa takut karena jalanan tersebut cukup sepi
Risa terkejut saat melihat kehadiran Mister Hua yang tiba-tiba berada di dalam ruang meeting. Semua anggota meeting pun tak satupun yang berani bersuara. Mereka terdiam seribu bahasa seakan menyalahkan Risa atas keputusan yang diambil olehnya. "Maaf Pak, Anda terlambat selama lebih dari lima belas menit, Saya tidak menyangka jika anda akan tetap menghadiri meeting ini," sahut Risa Seraya mengangguk hormat pada Mister Hua. Mr.Hua menyunggingkan senyumnya dan mendudukkan bokongnya di kursi yang telah tersedia. Lelaki berkulit putih dengan tinggi hampir menyamai Daniel tersebut menatap penampilan Risa dari ujung kaki sampai ujung kepala. Risa yang diperhatikan dengan seksama oleh Mister Hua merasa risih dan memutuskan untuk duduk di kursi. "Mungkin lebih baik saya menjelaskan tentang perkembangan perusahaan kami dengan duduk saja," ujar Risa. Perempuan berambut panjang itu kemudian menjelaskan secara detail kepada seluruh pengusaha yang hadir tentang perkembangan perusahaannya dan ju
# 13Risa memang tidak memiliki sahabat di Jakarta karena dulu ia bekerja di cafe dan hanya memiliki satu teman yaitu Anita, tapi telah lama, sahabatnya itu tidak bisa lagi dihubungi karena pindah ke luar pulau Jawa.Risa hanya mengenal Cinta dan Rachel yang merupakan sahabat suaminya. Akan tetapi, Rachel pun tidak berani Risa jadikan teman curhat karena perempuan yang merupakan kelahiran Tiongkok itu jarang berada di Jakarta.Risa kembali menatap keluar jendela dan melihat sinar matahari mulai bergeser dari atas kepala menyinari tepat jendela kantor nya. Perempuan berambut panjang itu menghela napas dalam-dalam. Ia mencoba menghibur hatinya yang sebenarnya sedang dilanda rindu yang teramat sangat pada Almarhum Gilang suaminya."Namun terkadang aku yang terlanjur lelah mengurusi si kembar suka mengalami penurunan mood jika sudah berada di perusahaan. Begitupun sebaliknya, aku yang sedang capek dengan urusan pekerjaan mudah tersulut emosi saat berada di rumah dan menghadapi kelakuan si