"Sudah hari kedua sayembara melenyapkan nyawa Jordan Fremantle dimulai. Kenapa aku belum juga melihat berita kemariannya di televisi?!" tegur Fernando Alex Guilermo kepada keponakannya, Pablo di ruangan CEO. Sepupu David itu menghela napas dalam-dalam sebelum membela dirinya di hadapan pamannya yang menyeramkan. "Maafkan aku, Uncle Nando. Sayembaranya telah diikuti ratusan pembunuh bayaran yang memang profesional dan berbahaya. Sayangnya para pengawal Jordan tak kalah tangguh, mereka rata-rata mantan perwira SEAL dan beberapa juga mantan tentara US yang pernah berdinas di daerah konflik berat seperti Baghdad dan negara Afrika. Jordan juga nampaknya sudah mengetahui tentang ancaman pembunuhan atas dirinya!" tutur Pablo dengan nada tenang agar tidak membangkitkan amarah pamannya yang sangat berkuasa itu. "Sialan sekali! Bajingan tengik itu seperti punya 9 nyawa saja seperti kucing. Bagaimana kalau kau umumkan hadiah sayembara dilipatkan menjadi 5 juta dolar US? Mungkin ada beberapa pem
Pintu lift yang terbuka di lantai 80 jelang tengah malam yang sunyi itu memulai sebuah ketegangan mendadak."DOR DOR DOR DOR!" Hujan peluru tajam membombardir sepuluh orang pengawal pribadi Jordan Fremantle di depan dinding penthouse tycoon Los Angeles tersebut.Sekelompok pria dengan masker penutup kepala yang hanya menyisakan lubang di kedua mata mereka dengan pakaian ala kru dapur serba putih menyangklong senapan Uzi laras panjang di bahu mereka. "Clear, Komandan!" seru salah satu pria bertopeng itu ketika semua pengawal pribadi itu bergelimpangan bersimbah darah di lantai lorong penthouse.Di dalam penthouse, Jordan dan Chantal yang tadinya terlelap pasca bercinta pun terbangun dalam kondisi panik. "Darling, berpakaianlah di walk in closet, tutup dan kunci pintunya dari dalam!" perintah Jordan tegas kepada istrinya yang bergegas melakukan hal yang dikatakannya.Sementara Jordan mengenakan mantel kamar berbahan sutera hitam. Pria itu memeriksa di laptopnya rekaman kamera CCTV loron
Fajar usai pertempuran senjata api di depan penthouse milik Jordan di lantai 80 terasa begitu mengharukan. Kenyataan bahwa Tuhan masih mengizinkan suaminya hidup dan bernapas di pelukannya membuat dirinya menaikkan doa syukur dalam hatinya pagi itu.Wajah dengan garis tulang tegas nan elok itu masih memejamkan matanya. Chantal membiarkan saja suaminya bangun lebih siang hari ini. Semalam hingga dini hari Jordan telah mengalami situasi yang menguras stamina dan juga melelahkan mentalnya. Entah berapa banyak pengawal pria itu yang terluka dalam baku tembak semalam.Suara menyerupai putaran baling-baling helikopter yang terdengar sangat dekat membangunkan Jordan. Instingnya akan bahaya berteriak dengan keras. "Chant, kita harus segera keluar dari penthouse!" serunya tanpa berpikir dua kali lalu menyeret cepat tangan Chantal bergegas keluar meninggalkan penthousenya.Tentu saja Chantal tak mengerti apa yang terjadi saat ini, mengapa Jordan begitu panik? Pria itu menyeret tangannya dan ber
"Luke, kenapa personil kita berbeda dari biasanya?" tanya Alfred Johnson kapten pemadam kebakaran saat naik lift bersama personil timnya menuju ke lantai 80 di mana sumber api kebakaran berada.Luke, wakil koordinator tim pemadam kebakaran pun melihat wajah-wajah di balik topi dan seragam pemadam kebakaran. Dia sontak mengerutkan keningnya karena kaptennya benar. "Kalian siapa? Kenapa sepertinya aku tak pernah bertemu dengan kalian di markas?" tegur pria bertubuh jangkung kurus tersebut."Bantuan dari kantor pemadam kebakaran lainnya karena yang terbakar gedung penting di Los Angeles. Kenalkan aku, Jared!" jawab salah seorang dari penyusup itu bernada ramah sembari mengulurkan tangan kepada Luke Weston."Baiklah, semoga api dapat dipadamkan dengan cepat!" sahut Luke dengan santai tanpa curiga.Alfred sedikit merasa curiga, tetapi karena pria-pria asing itu bertingkah normal maka ia pun tak mempermasalahkan hal tersebut. Namun, ketika mereka sampai di lantai 70, seragam salah satu pria
Nevada memiliki iklim kering karena dua pertiga landscapenya yang bergurun luas terbentang dari California hingga Utah yang bernama Gurun Mojave. Mobil SUV Ford hitam yang dikendarai oleh Lawrence Brickman sedang melalui jalan raya yang melewati gurun luas tersebut menuju ke pusat kehidupan another Sincity di Amerika Serikat.Sama seperti Las Vegas, negara bagian Nevada bagian tengah Amerika Serikat ini memiliki kasino-kasino besar dengan kehidupan malam yang meriah. Selain itu ada daerah di mana prostitusi dilegalkan di sekitar 21 brothels. Namun, di luar itu transaksi prostitusi dapat dicekal oleh pihak berwajib.Chantal membuka kaca jendela mobil dan menyandarkan dagunya di lengannya sembari tersenyum mengingat pernikahan kilatnya bersama Jordan. Saat ini mobil yang dikemudikan oleh papanya melewati bangunan chapel-chapel indah yang melayani pernikahan kilat. Siap melayani upacara pernikahan 24 jam sehari dan 7 hari seminggu tanpa syarat yang berbelit-belit. Nevada memang sangat li
Putaran mesin judi yang mengacak sepasang dadu menjadi pusat perhatian pria tua berpenampilan perlente itu. Akhirnya mesin terhenti dan ia pun bersorak, "YESS! JACKPOT!" Chantal memutar bola matanya di samping papanya. "Berhentilah di saat kau beruntung, Papa! Kali berikutnya dadu itu akan meleset, uangmu akan jadi milik pengusaha kasino ini pada akhirnya," tegur wanita cantik bergaun panjang halterneck putih nan anggun."Ayolah, Darling. Hidup ini memang selalu berisi peluang menang dan kalah bukan?" kelit Lawrence Brickman yang masih ingin mengadu peruntungannya di meja kasino.Namun, Chantal sudah bosan dan ia pun bangkit dari kursi di seberang petugas kasino. Tanpa menghiraukan papanya, ia melangkah menuju ke meja bar lalu memesan ke bartender, "Tequila Sunrise, please!"Bartender berambut hitam sebahu dengan mata biru itu tersenyum ramah kepada Chantal. Dia menyiapkan minuman pesanan kliennya dengan hiasan potongan jeruk segar, cherry, dan hiasan payung mini warna hijau yang men
"Master Jordan, mohon kenakan jaket berkerudung milik saya ini saja untuk kamuflase. Kita naik mobil dari lantai underground!" saran Donovan seraya menyerahkan jaket warna abu-abu ke tangan Jordan.Tanpa membantah pria itu menerima jaket milik kepala pengawalnya lalu mengenakannya di lift yang turun ke lantai di mana mobil yang mengantar mereka sudah menunggu. Sesampainya di lantai underground, Jordan dikawal ketat oleh enam pengawal pribadinya keluar dari lift lalu segera naik ke sebuah mobil SUV Lexus warna hitam. "Jalankan mobilnya cepat, Sopir!" titah Jordan yang segera diiyakan oleh pengemudi mobil operasional SEI Tower. Donovan sengaja mengatur semuanya di luar kebiasaan agar kepergian big bossnya sama sekali tidak terdeteksi oleh para pembunuh bayaran yang mengintai mereka di sekeliling bangunan gedung pencakar langit berlantai 80 tersebut. Mereka berkendara menuju ke bandara.Dalam perjalanan private jet menuju ke negara bagian Nevada yang terletak di sebelah timur Californi
"EHMM ...," deheman kencang itu mau tak mau membangunkan Lawrence Brickman yang terlelap di atas ranjang ditemani dua perempuan cantik yang sedari semalam menempel kepadanya di kasino.Lampu kamar hotel yang menyilaukan itu membuatnya memicingkan mata. Dia pun memaki dengan suara parau, "Hey, siapa yang menghidupkan lampunya?! Dasar kurang ajar—""Hello, Papa Mertua! Menantu kesayanganmu ini ingin berbicara beberapa hal penting," ujar Jordan dengan suara berat maskulinnya yang berwibawa. Dia memberi kode agar kedua perempuan bayaran anak buah Orlando Sherringham keluar dari kamar itu dan berjalan mendekat ke tempat tidur."Ohh shit! Apa tak ada waktu lain yang lebih bagus untuk kita bertemu dan bicara baik-baik, Jordan?" erang Lawrence seraya bangkit dari ranjang mengenakan jubah tidur dari hotel.Sang menantu hanya tertawa renyah sembari bersedekap. Jordan pun menjawab, "Kau terlalu gesit bila aku memberimu sedikit saja celah untuk kabur, Lawrence! Hmm ... jangan coba-coba bawa istri