Chantal membuka matanya perlahan dan mengamati sekelilingnya. Dia pun melihat ada infus tertancap di pergelangan tangan kirinya. "Jordan—" panggil Chantal lirih saat dia melihat pria itu tertidur dalam posisi duduk di kursi sebelah ranjangnya. Pria itu mengangkat wajahnya lalu menatap Chantal dengan kelopak matanya yang berat oleh rasa kantuk. "Akhirnya kamu sadar juga, Chant. Kuharap kau segera sembuh. Dan ... maaf karena sudah membuatmu begini, seharusnya aku tidak mengirimmu ke mess karyawan kemarin," sesal Jordan."Sudahlah ...," ucap Chantal yang segera tenggelam bibirnya dalam ciuman suaminya.Rasa bibir Jordan yang beraroma kopi dan rokok itu terasa kuat mendominasinya. Chantal merasa pening karena kekurangan oksigen akibat ciuman ganas bibir Jordan yang melumatnya seakan tak ingin berhenti. Dia menepuk-nepuk dada suaminya agar menyudahi ciuman mereka."Ohh ... maafkan aku! Kenapa rasanya aku selalu lepas kendali bila berkaitan denganmu, Darling. Huhh!" kesal Jordan pada diri
Saat jam istirahat makan siang Jordan meminta sopirnya untuk mengantar dirinya ke rumah sakit tempat Chantal dirawat. Dia merasa bersemangat karena akan bertemu lagi dengan istrinya.Penampilan Jordan yang tampan dan gagah dalam balutan setelan jas mahal mengesankan dirinya adalah pengusaha sukses. Ditambah membawa sebuket mawar merah maka itu menjadi sebuah pemandangan yang melelehkan banyak kaum Hawa yang berpapasan dengannya.Gagang pintu kamar perawatan VIP itu ditekan oleh Jordan hingga pintu berayun membuka. Dia melangkah masuk sendirian dan meninggalkan sekumpulan pengawalnya di luar pintu. "Ini bunga untukmu, Darling. Kuharap kau suka mawar merah yang secantik dirimu, Chant!" ujarnya sembari mengulurkan buket bunga di tangannya kepada Chantal.Sebetulnya tindakan manis Jordan mengusik hati perempuan itu. Namun, Chantal mencoba bersikap tenang dan melepaskan senyum manisnya lalu menghirup aroma manis mawar-mawar merah di tangannya. "Terima kasih, Jordan. Kau ke mari menjengukk
Setelah Chantal sembuh dari gangguan metabolisme tubuhnya, dia mulai diizinkan oleh Jordan untuk bekerja kembali sebagai desainer busana di rumah mode tempatnya bernaung, Le Feminine Sorella.Madame Zivanya Sovereigne, wanita asal Perancis itu menyambutnya hangat ketika melihat Chantal masuk dari pintu depan rumah modenya. "Bonjour ma chère Chantal! Apa kabarmu? Kupikir kita tak akan bertemu lagi," sapa wanita berambut ikal merah menyala dengan mata hijau tersebut sambil memeluk hangat Chantal."Good morning, Madam Ziva. Maafkan aku karena lama sekali baru bisa kembali bekerja. Aku baru saja menikah," balas Chantal dengan mencari dalih kenapa ia bolos kerja dalam jangka waktu cukup lama. Padahal sebelumnya dia wanita yang workaholic, jarang sekali mengambil libur panjang."Apa benar suamimu adalah si tycoon kuadriliuner Jordan Fremantle? Aku mendengarnya dari gosip bahwa kau datang ke pesta Harold Luthner bersamanya dan sempat terjadi perselisihan antara dirinya dengan David, mantan p
Hari pertama Chantal bekerja kembali di rumah mode Le Feminine Sorella, dia berusaha mengerjakan dengan cepat tugas dari Madame Zivanya Sovereigne. Chantal memang termasuk desainer andalan rumah mode tersebut. Banyak klien selebritis yang jatuh cinta dengan desain buatan Chantal yang unik serta elegan tentunya.Ketika ia sudah bersiap untuk pulang, pintu ruang kerjanya berayun terbuka. Seorang wanita cantik dengan wajah yang tak asing di mata publik memasuki ruangan seraya menyapa Chantal dengan riang, "Hello, Chantal Darling. Aku merindukanmu. Ke mana saja kau hari-hari terakhir ini?"Kedua wanita itu berpelukan akrab seraya tertawa ringan. "Hai, Vivian. Banyak yang terjadi dalam hidupku. By the way, aku sudah menikah!" ujar Chantal kepada sobat kentalnya Vivian Houston-King yang berprofesi sebagai penyanyi wanita pop solo terkenal."WHAT?! Kau pasti bercanda 'kan, Chant?" seru Vivian tak percaya dan mengira sobatnya hanya membuat sebuah prank untuknya."No, itu kenyataannya. Aku men
"Aakhh ... Gosh!" desah Chantal ketika kedua tangannya ditahan di atas kepalanya dalam lift yang naik dari lantai lobi ke lantai 80.Wajah Jordan terbenam di lembah yang ada di antara gundukan lembut dada Chantal. Lidahnya mengusap puncak buah dada istrinya dan mengisapnya penuh napsu.Bra yang tadinya dikenakan Chantal di balik kemeja sutra beige longgarnya teronggok di lantai lift bersama kemeja tersebut. Perempuan itu menggigit bibirnya cemas bila ada yang akan masuk ke dalam lift sementara suaminya seperti kehilangan akal mencumbunya dengan ganas di sana."Jordan, nanti ada yang melihatku seperti ini bagaimana?" lirih Chantal mencoba membawa kewarasan dalam pikiran suaminya. Wajah mereka pun berhadapan dan pria itu terkekeh. "Takut? Hmm ... tak perlu, pengawalku akan memastikan tak ada yang akan memakai lift khusus ini kecuali aku sendiri dan orang yang kuajak naik lift ini tentunya."Chantal pun menghela napas lega. Setidaknya ketelanjangannya tak akan menjadi konsumsi publik ka
Makan malam mewah yang tersaji di meja makan bundar yang ada di penthouse Jordan dimasak langsung oleh Chef Oliver Zhao asal Hong Kong. Cita rasa masakan otentik oriental itu membuat Chantal terkesan. Suaminya memang tidak melebih-lebihkan ketika mengatakan bahwa dua chef andalannya di SEI Tower sangat impresif. Chef Arnold Suarez yang menguasai western food juga hebat dalam menyajikan masakan otentik daratan Eropa. Apa pun yang dia masak sangat memanjakan lidah. Itu salah satu alasan yang membuat Chantal betah tinggal bersama Jordan.Ketika mereka berdua sedang makan malam santai, Jordan teringat pertanyaan dokter yang merawat istrinya di ICU saat jatuh pingsan beberapa waktu lalu. Dia pun menyeletuk, "Apa kau menderita bulimia, Chant?" "Hahh? Bulimia—apa maksudmu, Hubby?" Chantal sendiri justru kebingungan mendengar pertanyaan Jordan yang tak beralasan. "Jawab saja, Chant. Aku tak akan memarahimu justru aku akan membantumu sebisa mungkin!" balas Jordan menatap istrinya lekat-leka
Pagi itu langit nampak biru di Santa Monica Harbour, wanita itu mengenakan topi putih lebar untuk dipadukan dengan gaun putih senada tanpa lengan sepanjang lututnya yang seolah berkibar tertiup angin. "Kau nampak cantik, Darling! Lihatlah kapal yang tertambat dari ujung dermaga sisi barat hingga tengah ini, semuanya milikku. Apa kau suka berlayar, Chant?" ujar Jordan menggandeng tangan istrinya dengan posesif karena banyak mata pria yang bekerja di pelabuhan menatap dengan penasaran ke arah Chantal."Aku suka berlayar, Hubby. Kapan kita bisa mengarungi lautan dengan salah satu yacht itu?" canda istri Jordan seraya tertawa lepas dibalik kaca mata hitamnya.Sedikit terkejut dengan antusiasme wanita itu, tetapi Jordan justru senang karena istrinya memiliki jiwa petualang yang menarik baginya. Dia pun menjawab, "Sekarang pun bisa, aku akan minta salah satu kunci yacht milikku. Tunggu saja, Baby Girl!" Ketika Jordan melayangkan pandangannya ke sekeliling dermaga itu, dia menemukan orang
"Hey, Dave. Apa kabarmu?" sapa Pablo Guilermo memeluk akrab sepupunya dari garis keturunan papa mereka yang kakak beradik kandung.Sedikit mengernyitkan hidung mancungnya David Guilermo menjawab sembari membanting tubuhnya di sofa empuk ruangan CEO Guilermo Star Oil Company, "Sangat buruk hingga nyaris memilih mati saja!""Ohh God, really? Ceritakan apa masalahmu, Brother!" hibur Pablo turut prihatin melihat sepupunya yang tumbuh besar bersamanya patah semangat.Kedua pria muda berdarah Latino itu saling berbincang membahas usaha IT yang dirintis oleh David lenyap bagaikan abu tertiup angin dalam sekejap mata. Aset-asetnya terpaksa dilikuidasi untuk membayar tuntutan kreditor yang hilang kepercayaan pasca persidangan kasus cyber crime melawan Jordan Fremantle. Masih ditambah kekasihnya yaitu Chantal Brickman dipaksa menikah oleh pria keparat itu juga. Dia seperti jatuh tertimpa tangga saja."Ouchh ... damn it! Memang keparat si Jordan Fremantle. Dia membuatmu jatuh bangkrut dengan men