Petugas room service menghidangkan berbagai menu istimewa yang dimasak oleh Chef Arnold Suarez di meja bundar di pojok barat ruangan penthouse. Tampilan hidangan itu sungguh menggugah selera nampak berkelas juga tentunya. Pemuda itu memasang wajah datar tanpa ekspresi karena tahu rumor betapa galaknya Jordan Fremantle, seperti macan lapar bila terusik."Sir, sarapan pagi telah siap. Saya permisi!" ucap pemuda tersebut sembari mendorong kereta makan 4 susunnya meninggalkan penthouse mewah yang super luas tersebut.Jordan tak menanggapinya dan menutup saja pintu penthousenya setelah pemuda dari customer service itu keluar. Dia menghampiri Chantal yang tenggelam di balik selimut tebal berwarna putih seperti awan. "Kamu bisa keluar dari tempat persembunyianmu, Darling. Hmm ... kita harus sarapan dulu untuk mengisi tenaga. Sebentar kuambilkan jubah tidur sutera untukmu!" ujarnya lalu bergegas menuju ke walk in closet.Dengan segera Jordan kembali ke ranjangnya lalu menyerahkan jubah berbah
"Mister Fremantle, istri Anda kelelahan. Tekanan darahnya turun dengan cepat tadi hingga tubuhnya melemas," ujar Dokter Damian Brinkeley usai memeriksa kondisi Chantal yang terbaring lemah di atas ranjang.Mendengar penjelasan Dokter Damian, ada rasa bersalah menyelinap ke dalam hati Jordan. Dia memang keterlaluan memaksa Chantal melayani napsu birahinya yang tinggi. Kemudiaan Jordan pun bertanya, "Apa ada obat yang harus diminum oleh Chantal, Dok?""Ada beberapa suplemen yang harus dikonsumsi oleh Nyonya Chantal, Sir. Silakan ditebus resep yang saya berikan di pharmacy. Pastikan juga beliau beristirahat dengan cukup untuk beberapa hari ke depan," pesan Dokter Damian kepada Jordan. Setelah itu dia menghampiri ranjang tempat Chantal berbaring lalu duduk di tepinya. Dokter tersebut berkata kepada wanita itu, "Ma'am, tolong batasi aktivitas Anda selama beberapa hari ke depan. Hipotensi mungkin kesannya ringan dan sepertinya tidak berbahaya, tetapi justru sebaliknya itu bisa membuat nyaw
Selepas kepergian Lawrence Brickman dan David Guilermo dari penthousenya, Jordan menemani istri barunya yang harus bed rest karena hipotensi akut. Dia memangku laptop di pahanya sembari memeriksa banyak pekerjaannya terkait persetujuan kerja sama perusahaan kontraktor dan properti miliknya, Fremantle Golden Gateway Corp.Sementara itu Chantal yang tergolek lemah di sampingnya di atas ranjang berukuran king size itu lumayan bosan karena tak melakukan apa pun selain membolak-balik tubuhnya dan berkedip."Apa kau tidak pernah mendengarkan musik saat bekerja, Jordan?" tanya Chantal penasaran sembari berbaring memeluk guling memandangi pria bertubuh kekar tanpa baju itu bekerja."Tidak. Apa kau ingin mendengar musik? Aku bisa memutarnya dari laptopku untukmu. Siapa penyanyi favoritmu?" balas Jordan santai menatap balik istrinya dengan lembut."Aku suka penyanyi legendaris seperti Celine Dion, Whitney Houston, Mariah Carey, dan sejenisnya. Lagu-lagu mereka tentang cinta begitu romantis, kau
"JALANKAN MOBIL CEPAT!" teriak Jordan kalap kepada sopirnya. "Si—siap, Master Jordan!" jawab sopir pribadinya terbata langsung menginjak pedal gas mobil SUV hitam itu dalam-dalam sembari membunyikan klakson berkali-kali seperti orang hilang kewarasan.Pengawal Jordan sudah memberi tahu ke sopir tersebut bahwa istri bos mereka sedang sakit dan hilang kesadaran. Jadi kondisi saat ini sangatlah genting. Mobil itu harus segera sampai ke rumah sakit agar istri bos mereka dapat tertolong."Jangan mati, Chantal! Ampuni aku—shit ... seharusnya aku tadi tidak menghukummu dalam kondisi sakit. Bodohnya aku ckkk!" Jordan berdecak kesal menyesali tindakan gegabahnya yang mengirim Chantal ke mess karyawannya. Kemungkinan besar tak ada yang memiliki inisiatif untuk membawakan wanita itu makanan dan minuman hingga malam tiba.Tubuh Chantal terasa dingin dalam dekapannnya. Denyut nadinya pun begitu lemah hingga membuat Jordan bertambah cemas. Dia teringat percakapannya dengan Dokter Damian Brinkeley
Chantal membuka matanya perlahan dan mengamati sekelilingnya. Dia pun melihat ada infus tertancap di pergelangan tangan kirinya. "Jordan—" panggil Chantal lirih saat dia melihat pria itu tertidur dalam posisi duduk di kursi sebelah ranjangnya. Pria itu mengangkat wajahnya lalu menatap Chantal dengan kelopak matanya yang berat oleh rasa kantuk. "Akhirnya kamu sadar juga, Chant. Kuharap kau segera sembuh. Dan ... maaf karena sudah membuatmu begini, seharusnya aku tidak mengirimmu ke mess karyawan kemarin," sesal Jordan."Sudahlah ...," ucap Chantal yang segera tenggelam bibirnya dalam ciuman suaminya.Rasa bibir Jordan yang beraroma kopi dan rokok itu terasa kuat mendominasinya. Chantal merasa pening karena kekurangan oksigen akibat ciuman ganas bibir Jordan yang melumatnya seakan tak ingin berhenti. Dia menepuk-nepuk dada suaminya agar menyudahi ciuman mereka."Ohh ... maafkan aku! Kenapa rasanya aku selalu lepas kendali bila berkaitan denganmu, Darling. Huhh!" kesal Jordan pada diri
Saat jam istirahat makan siang Jordan meminta sopirnya untuk mengantar dirinya ke rumah sakit tempat Chantal dirawat. Dia merasa bersemangat karena akan bertemu lagi dengan istrinya.Penampilan Jordan yang tampan dan gagah dalam balutan setelan jas mahal mengesankan dirinya adalah pengusaha sukses. Ditambah membawa sebuket mawar merah maka itu menjadi sebuah pemandangan yang melelehkan banyak kaum Hawa yang berpapasan dengannya.Gagang pintu kamar perawatan VIP itu ditekan oleh Jordan hingga pintu berayun membuka. Dia melangkah masuk sendirian dan meninggalkan sekumpulan pengawalnya di luar pintu. "Ini bunga untukmu, Darling. Kuharap kau suka mawar merah yang secantik dirimu, Chant!" ujarnya sembari mengulurkan buket bunga di tangannya kepada Chantal.Sebetulnya tindakan manis Jordan mengusik hati perempuan itu. Namun, Chantal mencoba bersikap tenang dan melepaskan senyum manisnya lalu menghirup aroma manis mawar-mawar merah di tangannya. "Terima kasih, Jordan. Kau ke mari menjengukk
Setelah Chantal sembuh dari gangguan metabolisme tubuhnya, dia mulai diizinkan oleh Jordan untuk bekerja kembali sebagai desainer busana di rumah mode tempatnya bernaung, Le Feminine Sorella.Madame Zivanya Sovereigne, wanita asal Perancis itu menyambutnya hangat ketika melihat Chantal masuk dari pintu depan rumah modenya. "Bonjour ma chère Chantal! Apa kabarmu? Kupikir kita tak akan bertemu lagi," sapa wanita berambut ikal merah menyala dengan mata hijau tersebut sambil memeluk hangat Chantal."Good morning, Madam Ziva. Maafkan aku karena lama sekali baru bisa kembali bekerja. Aku baru saja menikah," balas Chantal dengan mencari dalih kenapa ia bolos kerja dalam jangka waktu cukup lama. Padahal sebelumnya dia wanita yang workaholic, jarang sekali mengambil libur panjang."Apa benar suamimu adalah si tycoon kuadriliuner Jordan Fremantle? Aku mendengarnya dari gosip bahwa kau datang ke pesta Harold Luthner bersamanya dan sempat terjadi perselisihan antara dirinya dengan David, mantan p
Hari pertama Chantal bekerja kembali di rumah mode Le Feminine Sorella, dia berusaha mengerjakan dengan cepat tugas dari Madame Zivanya Sovereigne. Chantal memang termasuk desainer andalan rumah mode tersebut. Banyak klien selebritis yang jatuh cinta dengan desain buatan Chantal yang unik serta elegan tentunya.Ketika ia sudah bersiap untuk pulang, pintu ruang kerjanya berayun terbuka. Seorang wanita cantik dengan wajah yang tak asing di mata publik memasuki ruangan seraya menyapa Chantal dengan riang, "Hello, Chantal Darling. Aku merindukanmu. Ke mana saja kau hari-hari terakhir ini?"Kedua wanita itu berpelukan akrab seraya tertawa ringan. "Hai, Vivian. Banyak yang terjadi dalam hidupku. By the way, aku sudah menikah!" ujar Chantal kepada sobat kentalnya Vivian Houston-King yang berprofesi sebagai penyanyi wanita pop solo terkenal."WHAT?! Kau pasti bercanda 'kan, Chant?" seru Vivian tak percaya dan mengira sobatnya hanya membuat sebuah prank untuknya."No, itu kenyataannya. Aku men