"Jessi, kemarilah berfoto dengan kami!" panggil seorang gadis berbikini kuning melambai dengan penuh semangat kepada Jessica Carrera. Dia adalah bintang pesta di atas yacht milik Jordan Fremantle. Dengan langkah ringan kaki telanjangnya di lantai kayu geladak, Jessica menghampiri segerombolan wanita selebritis di circle pergaulannya untuk foto bersama dengan pose-pose heboh.Suasana pesta jelang sore itu sungguh meriah, Jessica menyewa band musik reggae untuk menghibur kawan-kawannya yang gemar berjoged santai di atas kapal. Pramusaji mengedarkan nampan berisi minuman cocktail dingin beralkohol. Semua larut dalam kesenangan kemewahan gratis yang diberikan oleh Jordan Fremantle.Tanpa diduga-duga segerombolan pria tegap berpakaian seperti ninja serba hitam menodongkan senjata api mereka ke peserta pesta."Waaa ... waaa ... waaa ...!" Para wanita berteriak ketakutan dan menghambur berlarian ke segala arah mencari tempat untuk bersembunyi. "DORR DORR DORR!""Katakan di mana Jessica Car
"Nyonya, satu dua tiga ... dorong! Tarik napas dalam dan sekali lagi dorong! Kepala bayinya sudah terlihat di sini, ayo pada hitungan ketiga dorong yang kencang, oke?!" Dokter Reginald Carey memberikan instruksi dan semangat untuk Chantal di ruang bersalin. Peluh bercucuran membanjiri tubuh Chantal dan suaminya menggenggam tangan kanannya serta sesekali menyeka keringat di wajah Chantal dengan tissue. "Come on, Chant. Kau pasti bisa, lahirkan anak kita!" ujar Jordan memberi semangat juga kepada istrinya yang sedang berjuang melahirkan anak pertama mereka."OOEEEEEKKKK!" Suara tangis kencang yang membahana di ruang bersalin itu membawa binar tawa kebahagiaan dari pasangan Fremantle. "Selamat atas kelahiran putera Anda, Sir, Ma'am. Angka APGAR sangat baik, dia sehat. Perawat akan membersihkan tubuhnya sebentar sebelum inisiasi menyusui dini," ujar Dokter Reginald Carey lalu menyerahkan bayi berbobot 3.4 kilogram itu ke tangan Chantal.Perawat membantu menaruh Baby Raphael ke atas per
"Papa turut senang dengan kelahiran Maverick. Semoga dia kelak jadi anak yang berbakti dan membanggakan kalian!" tutur Lawrence saat menjenguk cucunya di ruang perawatan ibu dan anak.Jordan selalu saja kesal bila bertemu papa mertuanya karena teringat bahwa pria tua bangka yang penuh tipu muslihat itu pernah membawa kabur uangnya sangat banyak. Sekalipun sebagian besar telah dikembalikan, tetap saja dia tak pernah bisa mempercayai kata-kata yang meluncur dari mulut papa istrinya tersebut."Apa kau akan menetap di Bahama atau pindah ke tempat lain, Lawrence?" tanya Jordan tanpa menanggapi ucapan selamat yang berbunga-bunga dari papa mertuanya."Memang kenapa? Aku bisa mengembalikan Chantal kepadamu karena kau sudah di sini, Jordan," jawab Lawrence mengedipkan matanya ke puterinya yang sedang menyusui bayi kecil di buaiannya.Jordan yang duduk di samping istrinya berdehem lalu mengatakan, "Aku hanya sekadar bertanya. Mungkin beberapa hari lagi Chantal sudah diperbolehkan pulang dari ru
"Jordan ... aarrhh!" desah Chantal terhimpit di bawah tubuh kekar suaminya dan permukaan ranjang di private cabin yacht yang sedang terombang-ambing oleh gelombang lautan.Bibir dan lidah Jordan ditambah kepiawaian jemari tangannya membuat kepala Chantal pening menahan hasratnya. Masalahnya adalah masa nifasnya baru berjalan sepertiga dari yang seharusnya, sementara itu suaminya sudah tak sanggup menahan gairahnya untuk tidak menerkamnya.Mulut rakus Jordan mengisap puncak buah dadanya yang ranum penuh ASI. Chantal merasakan ada yang mengalir keluar dari bulatan kembar miliknya di bagian dada. Dia pun berseru, "Jordan, kau akan menguras persediaan makan siang Raphael!""Pria kecilmu itu harus berbagi denganku juga. Rasa air susu mommy begitu lezat. Sulit untuk dilewatkan begitu saja," balas Jordan terkekeh dengan cairan putih membasahi bibir merah tebalnya."Ohh crazy, cukup ... kumohon," rintih Chantal mengiba yang diartikan salah oleh Jordan.Suaminya berhenti menyusu, tetapi kecupa
"Halo, Jordan. Bagaimana kabarmu dan Chantal serta Raphael?" sapa Calvin Fremantle di sambungan telepon internasional petang itu. Papa Jordan tidak mengetahui di mana keluarga kecil puteranya saat ini berada.Jordan yang sedang ada di dalam kamar mandi kabin pribadinya menjawab, "Halo, Pa. Kami baik-baik saja, sedang di lautan menuju ke Argentina. Apa segalanya lancar di LA?"Mendengar kabar baik tersebut, Calvin pun tersenyum turut senang. Dia melanjutkan, "Tenanglah, bisnismu baik-baik saja di sini. Aku hanya ingin memberi tahu bahwa Fernando Guilermo tadi berkunjung ke SEI Tower, dia sepertinya kehilangan jejakmu. Sesuai perkiraan kita, dia masih memburumu. Hmm ... entahlah apa yang dia rencanakan? Ada baiknya kau berwisata keliling dunia agak lama saja, tak usah cepat-cepat pulang ke LA.""Hmm ... seperti dugaanku juga, Uncle Nando masih menyimpan dendam padaku atas kematian David. Aku akan ke Eropa dan Asia juga, Pa. Dengan yacht jauh lebih santai, kami telah berlayar selama 20 h
Sekitar pukul 06.30 waktu Argentina, kapal yacht Fortune Marine merapat ke dermaga dari pelabuhan Puerto de Buenos Aires. Chantal yang telah mengemasi barang bawaannya di dalam kabin menggendong Raphael sambil melihat kesibukan di pelabuhan melalui kaca jendela kabin kapal.Jordan sudah naik ke kokpit kapal untuk memberikan briefing ke anak buahnya sekaligus mengobrol dengan Kapten Andres Fuller mengenai rencana perhentian rombongan mereka untuk beberapa hari di Argentina.Seusai menyelesaikan perbincangan seriusnya, Jordan pun kembali ke kabin ditemani oleh beberapa pengawal pribadinya untuk menjemput Chantal dan putera mereka. "Hai, Chant. Sudah siap? Kita akan mencari sarapan di restoran yang ada di pelabuhan sebelum check in ke hotel. Mungkin belum boleh masuk ke kamar, nanti kita titipkan koper saja di resepsionis lalu berjalan-jalan keliling kota, oke?" ujar Jordan membiarkan anak buahnya membawakan koper mereka dan dirinya merangkul bahu Chantal untuk turun dari kapal bersaman
Feira de San Telmo adalah pasar yang berisi berbagai toko kecil yang menjual barang-barang kerajinan unik, botol kaca warna-warni, perhiasan imitasi, dan poster vintage. Selain ada kedai-kedai dan cafe yang menjual sajian khas Argentina. Rombongan Jordan dan Chantal yang dikawal serius tapi santai itu melewati jalanan tengah pasar yang dipenuhi lautan manusia, turis asing dan warga lokal."Wow, pasarnya sangat ramai sekalipun belum terlalu siang, Hubby!" seru Chantal yang merangkul pinggang ramping Jordan.Pria itu menggendong bayinya dengan kain gendongan agar tidak terlepas dari tangannya. Terlalu lelah bagi Chantal bila harus menggendong Raphael nyaris seharian di luar ruangan, pikirnya. Alhasil, nyonya-nyonya pedagang dan juga gadis-gadis penduduk asli Buenos Aires memerhatikan Jordan dengan tatapan penasaran dan tertarik.Penampilannya yang macho dan ganteng parasnya itu seolah menjadi magnet tersendiri, ditambah sikap gentleman Jordan yang tidak malu menggendong bayi. Nampaknya
"GO GO GO!" teriak Jordan menyemangati seorang Gaucho bertubuh ramping dengan kemeja hitam yang memacu kudanya di jalanan Feria de Mataderos.Pacuan kuda cowboy Argentina yang diadakan pada akhir pekan di sore hari memang mengasikkan untuk ditonton. Sebagian penonton yang terdiri dari turis dan warga lokal Buenos Aires bertaruh siapa pemenangnya dengan uang peso Argentina.Namun, Jordan hanya tertarik menyalurkan adrenalinnya saja dengan menonton di pinggir track pacu. Dia masih menggendong malaikat kecilnya yang nampak kelelahan dan terlelap menyandar nyaman di dadanya. Bukan hanya Raphael yang kelelahan, tetapi Chantal juga sudah nampak lesu dan menguap beberapa kali petang itu." Yeaahh, si baju hitam menang! Benar bukan tebakanku, Darling?" seru Jordan penuh semangat menoleh ke istrinya yang berdiri di sisi kanannya. Dia pun segera tersadar bahwa Chantal sudah kelelahan lalu berkata, "Chant, ayo kita kembali ke hotel, kau pasti capek!""Iya, kau benar. Tubuhku lemas sekali setelah