"GO GO GO!" teriak Jordan menyemangati seorang Gaucho bertubuh ramping dengan kemeja hitam yang memacu kudanya di jalanan Feria de Mataderos.Pacuan kuda cowboy Argentina yang diadakan pada akhir pekan di sore hari memang mengasikkan untuk ditonton. Sebagian penonton yang terdiri dari turis dan warga lokal Buenos Aires bertaruh siapa pemenangnya dengan uang peso Argentina.Namun, Jordan hanya tertarik menyalurkan adrenalinnya saja dengan menonton di pinggir track pacu. Dia masih menggendong malaikat kecilnya yang nampak kelelahan dan terlelap menyandar nyaman di dadanya. Bukan hanya Raphael yang kelelahan, tetapi Chantal juga sudah nampak lesu dan menguap beberapa kali petang itu." Yeaahh, si baju hitam menang! Benar bukan tebakanku, Darling?" seru Jordan penuh semangat menoleh ke istrinya yang berdiri di sisi kanannya. Dia pun segera tersadar bahwa Chantal sudah kelelahan lalu berkata, "Chant, ayo kita kembali ke hotel, kau pasti capek!""Iya, kau benar. Tubuhku lemas sekali setelah
"Aku sangat tegang, apa kau sadar efek godaanmu tadi ke tubuhku, Darling?" ucap Jordan dengan pertahanan diri yang kuat. Dia sangat ingin membanting tubuh molek istrinya ke atas ranjang dan memacunya tanpa ampun.Sejenak pria kekar itu memejamkan matanya membayangkan saat Chantal mendesah dengan kepasrahan total dalam kondisi liang bercinta yang basah di bawah dirinya. Dia merindukan kesempatan berharga tersebut hadir kembali secepatnya. "A—aku ... maafkan aku, Hubby. Seharusnya aku tidak melakukannya." Chantal menundukkan wajahnya menghindari tatapan sepasang mata biru yang bergelora oleh hasrat prianya.Jordan menghembuskan napasnya kasar, dia pun melepaskan dekapan eratnya di pinggang istrinya. "Pergilah mandi, aku mengerti situasimu!" tukasnya dengan tenang terkendali lalu melangkah menjauhi Chantal untuk mengenakan celana boxernya.Sudut mata Chantal sempat menangkap bentukan bokong sempurna Jordan, ia menggigit bibirnya begitu gemas ingin menancapkan jemarinya di sana. 'Ohh ...
"Kondisi Nyonya Fremantle baik-baik saja, Sir. Tidak ada abnormalitas pasca melahirkan di saluran reproduksinya. Untuk kontrasepsi saya menyarankan injeksi hormon setiap 3 bulan sekali saja, itu yang paling praktis bila kalian dalam kondisi bepergian," tutur Dokter Angelique Darvas, spesialis obsgyn di Hospital Italiano de Buenos Aires setelah memeriksa rahim Chantal dengan USG.Jordan sebagai suami Chantal pun menjawab, "Baiklah, kami mengikuti saran Dokter Angelique saja. Terima kasih." Dia tidak paham tentang medis dan menyerahkan pilihan terbaik kepada dokter yang menangani istrinya saja.Maka perawat ruang praktik obsgyn menyiapkan ampul hormon yang perlu disuntikkan ke pasien. Kemudian dokter tersebut yang menyuntikkan ke lengan atas kiri Chantal. Seusai mengurus administrasi rumah sakit, Jordan pun mengajak Chantal kembali ke hotel dengan taksi seperti perjalanan mereka sebelumnya berkeliling kota Buenos Aires. "Apa kau ingin berjalan-jalan lagi hari ini, Chant?" tanya Jordan
Pertunjukan opera klasik Romeo dan Juliet yang ditonton oleh Jordan bersama Chantal berlangsung hampir 2 jam lamanya. Sekalipun berakhir tragis kisah cinta karangan William Shakespeare tersebut. Namun, penampilan para pemain opera yang bagus dan profesional dengan beberapa syair puisi yang dinanyikan dalam suara Tenor dan Sopran oleh bintang utama opera mendapat tepuk tangan meriah dari penonton yang memenuhi tribun bangku di Teatro Colon."Wow, pertunjukan yang menarik, Jordan!" puji Chantal untuk atraksi yang baru saja berakhir. Mereka berjalan mengantre dengan para penonton opera lainnya untuk keluar dari gedung teater yang telah berusia beberapa abad itu.Baby Raphael aman dalam dekapan papanya yang berpostur tinggi kekar. Dia terlelap sambil meliuri dada Jordan. Namun, sang papa tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali sekalipun ia mengetahuinya. Mereka kembali ke Hotel Hilton Buenos Aires dengan taksi sama seperti biasanya sekalipun beberapa pengawal Jordan masih harus menungg
"HA-HA-HA. Wanita yang menarik!" tukas Calvin Fremantle. Dia menatap wajah rupawan tanpa kerutan itu sembari tersipu malu. Sudah bukan usianya untuk mengejar gadis-gadis apalagi yang satu ini di bawah usia puteranya, Jordan.Jessica Carrera menyahut cepat, "Tapi, sayangnya kau tak tertarik!""Ohh ... bukannya tak tertarik, hanya saja aku tahu diri. Akan lebih membuatku sakit hati kalau kau mengataiku tua bangka banyak tingkah atau sok kegantengan!" kelit Calvin mengalihkan tatapan mata birunya yang identik dengan milik Jordan itu ke tempat lain. Jessica sempurna secara tampilan fisik, dia merasa tak layak menyukai wanita tersebut.Akan tetapi, pikiran Jessica yang agak mabuk berbeda dengan Calvin. "Aku tak mengatakan hal kasar semacam itu," dia beringsut mendekat ke tempat Calvin duduk di sofa yang sama dengannya. "Kau cukup tampan untuk usiamu, apa enam puluh?" tanyanya mendekatkan wajahnya ke Calvin hingga tersisa beberapa belas sentimeter saja."Lima puluh delapan, tebakanmu nyaris
"Telepon dari siapa jam segini, Jordan?!" Suara istrinya yang berdiri di balik punggungnya mengejutkan Jordan hingga dia berjenggit sebelum membalik badannya."Kau mengagetkanku, Chant. Emm ... hanya telepon tak penting, kau tak perlu tahu. Ayo kita tidur lagi saja!" jawab Jordan ingin merangkul bahu istrinya. Namun, Chantal mundur mengelak dari tangan Jordan dengan tatapan keras. "Apa telepon dari wanita-wanita teman kencanmu di LA? Jujur saja kalau kau masih menjalin hubungan dengan mereka di belakangku!" desis Chantal dengan mata berkaca-kaca menatap Jordan."Chant, jangan pernah meragukan kesetiaanku!" Jordan menarik paksa lengan Chantal ke dekat jendela yang menghadap ke jalan raya sepi. Dia mendesak tubuh ramping itu ke dinding dengan badan kekar berototnya lalu melumat bibir Chantal tanpa ampun. Ada amarah yang bergejolak di dalam dadanya.Saat ia menyudahi ciumannya, dengan napas terengah-engah Jordan merundukkan kepalanya menatap tajam ke dalam sepasang mata hijau bak zamrud
"Hai, Calvin. Terima kasih sudah bersedia menghadiri pesta ulang tahunku. Apa Jordan masih belum kembali ke LA?" sambut Fernando Alex Guilermo memeluk hangat Calvin Fremantle usai mendapat ucapan selamat.Pria yang nampak lebih muda dibanding usianya yang sebenarnya itu tersenyum lebar sambil menjawab, "Ini hari istimewamu, Nando. Masa aku tak datang ikut merayakannya? Jordan akan lama keliling dunia, mungkin dia sedang berada di Antartika bermain dengan pinguin. HA-HA-HA!"Jawaban Calvin membuat Fernando menggeleng-gelengkan kepalanya dengan emosi bercampur aduk, antara bingung dan juga kesal. Mungkin ada baiknya dia melupakan dendam mendiang puteranya sepenuhnya, pikir Fernando Guilermo diam-diam."Oke, nikmati pestanya, Calvin. Banyak wanita muda yang menarik bila kau butuh teman!" ujar Fernando Guilermo mendorong punggung kawannya ke lautan manusia yang memadati lantai ballroom salah satu hotel bintang 5 di Los Angeles.Di antara kerumunan tamu undangan yang hadir, sosok cantik it
Tangannya berkelana mulai membuka kancing kemeja putih tuxedo Calvin dan juga sabuk celana pria itu. Akhirnya, Calvin membiarkan Jessica mengambil alih kendali atas tubuhnya yang juga mendambakan petualangan seks kilat dan meledak-ledak dengan daun muda yang molek itu.Ketika kain-kain penghalang di tubuh Calvin terlepas, Jessica membenamkan wajahnya di antara pangkal paha pria itu. Batang berurat Calvin memang masih berfungsi normal terasa sangat keras di dalam mulutnya yang sibuk menjilati dan mengurutnya ketat."Ohh ... luar biasa. Kau membuatku merasa muda kembali, Jess!" desis Calvin menahan sensasi kuat yang membuat dirinya ingin tumpah di bawah sana."Artinya kau setuju dengan permintaanku tadi. Jadi jangan protes lagi!" putus Jessica lalu menarik melepas pantiesnya dari balik gaun merahnya yang berbahan ringan longgar. Dia menduduki paha Calvin untuk menyatukan pusat gairah mereka berdua yang saling menginginkan satu sama lain.Jessica menghentakkan bokongnya dengan lincah nai
"Hello, Gorgeous!" Perempuan itu tersenyum miring di ambang pintu penthouse Calvin Fremantle yang berada di Queens, New York.Calvin mendengkus geli sembari bersedekap menghadapi Jessica Carrera. Dia sudah sebulan ini menghindari wanita muda yang merengek meminta alamat tempat tinggalnya sekarang."Bagaimana bisa kau mendapatkan alamat tempat tinggalku, Jess?" tanya Calvin menghela napas dalam-dalam lalu mempersilakan wanita yang jauh-jauh terbang dari Los Angeles ke tempatnya itu masuk.Ketika Calvin menutup pintu penthousenya, Jessica segera memeluknya erat dari belakang punggungnya. "Aku mendesak Jordan agar memberi tahukan alamatmu. Kau tega meninggalkanku, Honey!" rajuknya."Hmm ... memang hanya Jordan yang mengetahui tempat tinggalku dan beberapa kolega dekatku yang pastinya tak kau kenal," jawab Calvin dengan perasaan bercampur aduk. Dia lalu bertanya, "Jess, untuk apa kau mencariku? Bukankah banyak pemuda yang berlutut di bawah kakimu untuk mendapatkan perhatian darimu?"Jessi
"Welcome home, Jordan, Chantal!" sambut Calvin di ruangan CEO Sky Eternity Intercontinental Tower. Dia memeluk hangat putera dan menantu kesayangannya bergantian. Kemudian dia menggendong cucu pertamanya sembari menyapa Raphael juga yang menjawab dengan bahasa bayi."Papa, maaf telah merepotkanmu begitu lama!" ujar Jordan sambil terkekeh mengamati kakek dan cucunya yang cepat sekali akrab itu."Hey, it's okay. Duduk dulu di sofa dan mengobrol," ajak Calvin berjalan menuju ke sofa vinyl hitam.Setelah duduk Jordan bertanya, "Apa Papa tertarik untuk menetap di LA? Aku akan suruh bawahanku menyiapkan unit mewah yang kosong di SEI Tower."Penthouse Jordan hanya memiliki sebuah ranjang dan dia telah kembali meninggalinya tak lama lagi. Calvin pun mengerti itu tanpa harus dikatakan secara lugas oleh puteranya. Maka dia pun menjawab, "Lebih baik sore nanti Papa kembali ke Queens, tak perlu repot-repot menyiapkannya, Jordan!""Aku ikut apa yang baik menurut Papa saja. Di SEI Tower banyak unit
Pemberhentian kapal Fortune Marine selanjutnya adalah Norwegia. Negara yang tenang dan sedikit penduduknya itu alamnya masih banyak yang tak tersentuh karena terdiri dari fyord, pegunungan tinggi yang tertutup salju, dan lembah bertebing curam. Julukannya adalah The Land of Midnight Sun karena pada puncak musim panas bulan Mei dan Juni, matahari masih tampak bersinar pada malam hari. Namun, saat itu bulan Oktober.Kapal Jordan mengarungi perairan Laut Norwegia menuju ke Kepulauan Lofoten di malam hari dengan kecepatan yang diperlambat oleh Kapten Andres Fuller. Malam itu Jordan sengaja mengajak Chantal naik ke dek kapal untuk melihat langit menakjubkan yang bertabur bintang dan dapat melihat perubahan cahaya warna-warni di kejauhan di atas daratan."Indah bukan?" tanya Jordan memegangi gelas berisi port wine dengan seringai lebar di wajahnya sembari menemani Chantal yang sedang mengamati langit dengan teleskop tersangga sebuah tripod.Donovan dan John sekali lagi beralih profesi menja
Tiga minggu lamanya Jordan dan Chantal berada di Afrika Selatan. Mereka berpidah-pindah kota dari Johannesburg ke ibu kota Pretoria yang jalanannya dinaungi pohon Jacaranda di tepian kanan kiri hingga nampak rindang. Pada musim semi bunganya yang berwarna ungu penuh mengiasi setiap rantingnya yang subur.Kemudian juga mereka mengunjungi Pantai Nahoon di East London yang berombak dan cocok untuk berselancar. Jordan menyukai surfing, dia menyewa papan selancar di tempat persewaan bersama Donovan serta beberapa rekan pengawalnya yang memang bisa berselancar. Sedangkan, Chantal duduk bersantai di tepi pantai bersama Raphael menikmati sinar hangat matahari sambil minum air kelapa muda asli yang banyak dijual di sana.Setelah itu mereka juga mengunjungi Knysna, sebuah kota di sebelah laguna yang dihiasi hutan-hutan kuno indah dan pegunungan yang mengelilinginya. Di sana mereka berkunjung ke Taman Nasional Tsitsikamma.Upington yang berada di tepi Sungai Orange tak ketinggalan didatangi juga
Mendekati perairan Afrika Selatan gelombang lautan semakin tenang, cuaca cerah dan mataharu bersinar terik di siang hari. Jordan dan seisi kapal Fortune Marine sudah tidak memerlukan pakaian rangkap lagi seperti ketika mereka melintasi perairan Antartika."Sebetulnya apa yang membuatmu ingin mengunjungi Afrika, Jordan?" tanya Chantal yang berdiri bersama suaminya di dek kapal. "Afrika Selatan negara yang unik, percayalah ... perjalanan berat kita akan terbayar saat kau melihat-lihat seperti apa Negeri Pelangi itu. Hanya Afrika Selatan yang memiliki 3 ibu kota di seluruh dunia, Pretoria, Cape Town, dan Bloemfonstein. Namun, kota terbesarnya adalah Johannesburg yang menjadi penghasil emas, berlian, nikel, dan logam lainnya. Selain itu hanya di negara ini kita bisa menemukan satwa the big five yang liar paling sulit diburu; macan tutul, badak, kerbau Cape, gajah Afrika, dan singa. Aku akan mengajakmu ke Kruger National Park, itu salah satu game reserve terbesar di dunia. Kita akan kelil
Kapten Andres Fuller ternyata tidak menemukan kerusakan pada bodi maupun mesin kapal Fortune Marine. Maka Jordan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka dengan bertolak dari dermaga di siang hari usai makan siang di salah satu restoran yang ada di pelabuhan. "Aku senang kita bisa berlayar lagi. Suhu udara yang membekukan hingga ke tulang nampaknya tak cocok denganku, Jordan!" ujar Chantal saat kapal sudah mulai melaju dalam kecepatan stabil 21 knots.Gelombang laut Samudera Selatan masih tenang dan Kapten Andres memanfaatkan waktu di mana matahari masih bersinar sekalipun tidak secerah di daerah tropis. "Nampaknya kita akan menghabiskan waktu agak lama di lautan, semoga bahan bakarnya cukup," jawab Jordan yang tidak terlalu optimis dengan perjalanan mereka. "Mungkin akan membosankan, Jordan. Aku rindu menetap di daratan," ujar Chantal dengan nada lesu. Tidur di atas kapal yang terombang-ambing di tengah lautan terkadang membuatnya cemas.Kapal itu melaju setiap hari di saat
"AAARRGHH!" pekik Chantal mencari keseimbangan pada dinding kabin ketika kapal yacht itu terombang-ambing parah karena gelombang lautan yang ganas disertai angin badai. Dia baru saja buang air kecil di kamar mandi karena suhu udara dingin membuatnya sering berkemih."Baby Girl, apa kau baik-baik saja?!" seru Jordan menghampiri Chantal di tengah kabin sambil mendekap erat puteranya yang tumben agak rewel. Chantal pun menjawab, "Aku baik-baik saja, Jordan. Bagaimana dengan Raphael? Dia masih menangis terus!""Coba kau susui dia, Chant. Dia pasti tidak tenang karena goyangan kapal yang terlalu heboh ini," usul Jordan sembari membantu istrinya kembali ke ranjang. Maka Chantal menuruti ide Jordan yang dia pikir tepat. "Aku akan naik ke kokpit sebentar untuk memeriksa keadaan. Pelayaran ini sedikit membuatku kuatir," pamit Jordan sebelum mengenakan jaket anti air di luar sweaternya. Udara di dalam kabin berpenghangat itu saja terasa dingin, apa lagi di luar ruangan.Jordan mengetok pintu
Tangannya berkelana mulai membuka kancing kemeja putih tuxedo Calvin dan juga sabuk celana pria itu. Akhirnya, Calvin membiarkan Jessica mengambil alih kendali atas tubuhnya yang juga mendambakan petualangan seks kilat dan meledak-ledak dengan daun muda yang molek itu.Ketika kain-kain penghalang di tubuh Calvin terlepas, Jessica membenamkan wajahnya di antara pangkal paha pria itu. Batang berurat Calvin memang masih berfungsi normal terasa sangat keras di dalam mulutnya yang sibuk menjilati dan mengurutnya ketat."Ohh ... luar biasa. Kau membuatku merasa muda kembali, Jess!" desis Calvin menahan sensasi kuat yang membuat dirinya ingin tumpah di bawah sana."Artinya kau setuju dengan permintaanku tadi. Jadi jangan protes lagi!" putus Jessica lalu menarik melepas pantiesnya dari balik gaun merahnya yang berbahan ringan longgar. Dia menduduki paha Calvin untuk menyatukan pusat gairah mereka berdua yang saling menginginkan satu sama lain.Jessica menghentakkan bokongnya dengan lincah nai
"Hai, Calvin. Terima kasih sudah bersedia menghadiri pesta ulang tahunku. Apa Jordan masih belum kembali ke LA?" sambut Fernando Alex Guilermo memeluk hangat Calvin Fremantle usai mendapat ucapan selamat.Pria yang nampak lebih muda dibanding usianya yang sebenarnya itu tersenyum lebar sambil menjawab, "Ini hari istimewamu, Nando. Masa aku tak datang ikut merayakannya? Jordan akan lama keliling dunia, mungkin dia sedang berada di Antartika bermain dengan pinguin. HA-HA-HA!"Jawaban Calvin membuat Fernando menggeleng-gelengkan kepalanya dengan emosi bercampur aduk, antara bingung dan juga kesal. Mungkin ada baiknya dia melupakan dendam mendiang puteranya sepenuhnya, pikir Fernando Guilermo diam-diam."Oke, nikmati pestanya, Calvin. Banyak wanita muda yang menarik bila kau butuh teman!" ujar Fernando Guilermo mendorong punggung kawannya ke lautan manusia yang memadati lantai ballroom salah satu hotel bintang 5 di Los Angeles.Di antara kerumunan tamu undangan yang hadir, sosok cantik it