Sudah ada sekitar selusin gadis cantik di bar, tapi pria itu tahu persis mana yang akan diajaknya pulang. Ia sudah mengetahuinya selama lima tahun yang sangat panjang, sejak keluarga itu mengambil satu-satunya orang yang paling berharga dalam hidupnya.Mereka mengambil nyawanya saat menghancurkan hidup Liza. Mereka mengira mereka begitu pintar, begitu cerdas. Tapi John,Viona, dan Henry sudah mati. Dan gadis itu juga sebentar lagi akan menyusul mereka.Hasrat membakar kulit pria itu kala ia langkah kakinya mulai mendekat. Apapun respon wanita itu, akhirnya tetap akan sama. Dia tetap akan mati di tangannya.“Permisi,”kata pria itu di tengah kerasnya lagu yang dimainkan oleh band.Wanita itu menoleh, tangannya terangkat mencegah tiga orang penjaga keamanan yang mendekat siaga. Sorot matanya menyipit, memandangi pria itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sorot matanya menajam karena hatinya mulai tertarik.Wanita itu memiringkan kepalanya. “Oh my God! I know you, Handsome. You... Zoe,
Sebastian mengantar Angela sampai ke depan pintu rumah. Pria itu merasa bahwa tidak seharusnya ia pergi malam ini, minimal ia harus menemani sampai Angela terlelap. Tapi, beberapa hal terlalu mendesak untuk bisa ia abaikan. Ia bahkan meminta supir pribadinya untuk pulang dan menyetir sendiri.“Kamu yakin tidak mau menemaniku dulu sebentar malam ini?” tanya Angela. “Ada wine enak yang belum kubagi denganmu.”Sebastian menghela nafas. Ia membingkai wajah Angela dengan tangan kokohnya lalu membelainya lembut. “Keinginanku lebih besar dari yang kamu tahu, Sayang. Tapi, kamu tahu, hal ini tidak bisa ditunda.”Wanita itu terlihat kecewa tapi ia pandai menutupinya dengan senyuman. “Baiklah, segera pulang setelah urusanmu selesai.”Apa yang kau lakukan, Angela? Maki Angela dalam hatinya. Ia tidak terbiasa merasa kecewa ketika Sebastian lebih memilih pekerjaannya dibandingkan dirinya. Tapi situasi malam ini begitu buruk. Ya, Angela lebih tahu dari siapapun di dunia ini.Sebastian mendekapnya l
“Apa kabar, Angela?” Suara berat laki-laki itu menyapanya.Sekujur badan Angela merinding. “Anthony?”Ujung bibir Anthony melengkung ke atas sedikit. Sialan, orang ini. Anthony tahu bahwa ia takut tapi sekaligus penasaran dibuatnya, dan pengetahuan itu memberinya kekuasaan atas diri Angela, dan Angela tidak ingin laki-laki itu punya perasaan semacam itu.“Apa kau gila? Kau masuk ke ranah pribadi milik orang lain dan itu jelas melanggar hukum.”Ketika Angela menarik napas panjang untuk menenangkan diri, tatapan Anthony beralih dari wajah Angela ke dadanya yang naik turun. Hawa panas karena jengah merambati leher dan wajah Angela. Ia bersyukur hari sudah malam, dan penerangan di taman itu lembut dan temaram.Senyum Anthony semakin lebar. Ia mendekat sekali lagi, membuat tubuh mereka dekat sekali, nyaris saling menempel. “Aku kesini untuk menemuimu.”“Ada apa denganmu? Kau tidak pernah seperti ini, Anthony.” Suaranya terdengar bergetar, bahkan untuk telinganya sendiri. “Pergilah, dan ak
Pria itu berdiri di dekat jendela sambil memperhatikan Anthony meninggalkan Angela. Seandainya laki-laki itu tidak pergi, ia terpaksa harus memunculkan diri. Karena jika tidak, itu akan mencoreng reputasinya di depan Sebastian dan ia tidak ingin itu terjadi.Ia masih membutuhkan namanya tetap terlihat baik dan bersih setidaknya sampai misi ini selesai.Pikirannya penuh dengan pertanyaan, Untuk apa Anthony nekat masuk ke rumah ini? Apa yang dikatakannya pada Angela? Dan mengapa Angela tidak segera melaporkannya pada petugas keamanan?Pria itu memeriksa rekaman CCTV dari ponselnya. Ya, sejak ia bertekad ingin menghancurkan keluarga ini, segala aktifitas di rumah Sebastian terekam jelas lewat layar ponselnya. Keningnya berkerut lalu bibirnya menyeringai kesal saat melihat rekaman CCTV.Gelap. Layar menuju ruang taman belakang mati. Begitu pula dengan CCTV belakang rumah dan sekitarnya. Tapi walau CCTV nya mati, bagaimana dengan para penjaga? Kemampuan menembak dan beladiri mereka tidak
Erick menjentikkan jarinya ketika ia selesai memainkan tuts keyboard. “Selesai!”Sebastian melirik layar laptop, tidak terlalu bersemangat. Ia malah teringat dengan kasus lain yang tiba-tiba muncul dalam pikirannya. “Bagaimana dengan kemungkinan situs yang kuberikan padamu tempo hari? Apakah kau berhasil menemukannya?”“Aku agak sibuk, kau tahu.” Erick mengangkat bahunya. “Tapi, kau mempercayai orang yang tepat!”“Maksudmu kau berhasil menemukannya?”“Aku bertanya-tanya kapan kau akan menagih kasus itu.Aku kira kau sudah lupa.”“Aku agak sibuk,” kata Sebastian. Itu wajar. Ia menyerahkan file dokumen itu dari ruang bawah tanah pria tua itu sekitar satu tahun yang lalu dan melupakannya untuk sementara waktu karena beberapa kejadian yang terjadi belakangan ini.“Apa yang sudah kau dapat sejauh ini?”“Neraka kekacauan,” kata Erick kesal, lalu menghela nafas. “Maaf, aku terbawa emosi. Sesuatu yang aku temukan benar-benar membuatku muak.”“Lanjutkan.”“Aku menemukan satu situs yang terhubun
“Manis sekali.” Angela berdiri di ambang pintu ruang kerja Sebastian, tersenyum pada seekor anjing jenis Australian Shepherd yang meringkuk di sebelah Sebastian. “Siapa namanya?”Sebastian mengusap wajahnya lalu tersenyum lembut. Sudah pagi rupanya. Angela bahkan sudah bangun yang berarti menandakan hari sudah cukup terang. Ia membentangkan tangan ketika Angela berjalan mendekat. “Kamu sudah bangun, Sayang?”“Kenapa kamu tidak tidur di kamar?” tanya Angela sambil duduk di pangkuan Sebastian. Ia merengkuh kepala Sebastian dan membelai rambutnya. “Atau kamu memang tidak tidur?”Sebastian sudah sepakat untuk tidak membicarakan isi kepalanya yang terdengar sangat berisik di dalam pikirannya. Maka ia memilih untuk tidak mengatakan apapun. Belaian tangan Angela pada rambutnya beserta detak jantung wanita itu terasa menenangkan.Angela tahu, jika Sebastian memilih untuk tidak menjawab, itu berarti ia tidak ingin membicarakannya sekarang dan Angela menghargai hal itu. Berada dekat pria itu su
“Mintalah kepadaku,” bisik Sebastian. “Dengan baik-baik.”Angela menggigit bibirnya. Pipinya terasa panas. Tapi Sebastian tidak mau bergerak. Ia menunggu. Angela mencondongkan tubuhnya ke depan dan berbisik di telinga Sebastian. “Rasakan aku. Kumohon.”Sebastian menaruh kaki Angela di bahunya, lalu mengerang, dan apapun yang dikatakan Angela lenyap karena akhirnya mulut Sebastian di dirinya. Pria itu mencium dan menjilat dan menggigit, menembus renda sampai Angela merasa di awan.Angela menurunkan celana dalamnya, kemudian Sebastian menurunkan hingga ke kakinya. Lidah Sebastian semakin liar dan Angela mengerang, panjang dan keras. Tapi tiba-tiba pria itu berdiri, menendang celana panjangnya dan membuka sebuah kondom. “Berdiri.”Angela mengerjap dan menengadah, terengah-engah. “Apa?”Sebastian meraih tangan Angela dan menariknya ke lemari. “Lihat aku,” katanya tegas, membungkus tangannya dengan rambut Angela, menaikkan dagu wanita itu. “Lihat aku.”Angela menurut, memandang Sebastian d
Angela memarkirkan mobil jaguar-nya di tempat parkir berbatu di halaman belakang villa keluarga itu. setelah mengunci mobilnya, ia membuka pintu bagasi dan menurunkan dua kantong belanjaan bahan makanan.Tadi ia membeli bahan daging panggang untuk dimasak nanti, kentang panggang, anggur merah dan putih, serta satu dus teh. Juga es krim yang harus segera dimasukkan ke dalam lemari es. Ia ingat sekali bahwa Bibi Mattie sangat menyukai es krim.Sinar matahari menyelimuti rumah dan sungai di sekitarnya dengan nuansa putih. Sinarnya keemasan yang lembut, romantis, dan hangat. Sudah sangat lama musim dingin datang dan sinar matahari adalah sesuatu yang sangat ia nantikan.Pagi tadi, Sebastian sempat bertanya padanya apakah ia akan pergi ke suatu tempat hari ini? Dan Angela bilang, dia tidak akan pergi kemana-mana. Ia tidak ingin Sebastian khawatir, lagipula, dia hanya menemui Bibi Mattie yang kesepian. Sebastian pasti akan senang jika ia menemani pengasuh dirinya saat masih kecil dulu.Jad