“Ini barang bagus, Garvin. Kamu ingat barang bagus, kan?”Isak tangis melompat keluar dari tenggorokannya yang kering. “Kumohon, jangan. Jangan itu. Bunuh saja aku!”Sebastian menghela napas dengan dramatis. “Aku masih ingat sewaktu membantumu mengobati kecanduan pada obat-obatan ini. Sangat miris ketika pada akhirnya cairan ini kembali masuk ke dalam tubuhmu. Padahal kamu berusaha sangat keras keluar dari ketergantungan pada obat-obatan ini ya?”“Aku sangat membencimu, Sebastian! Kamu dan ayahmu, pergi saja kalian ke neraka!! Aku bersumpah, aku tidak akan mati dengan tenang sebelum memastikan kalian membusuk di neraka!!”Sebastian mengerutkan keningnya. “Apa ini tentang BCB Royal Insurance? Kamu melakukan semua ini hanya demi itu?”“Hanya? Kamu bilang ‘hanya’?!” Mata Garvin berkilat amarah. “Ayahku bersama Kakek yang merintis perusahaan itu! Ayahku yang mempunyai ide untuk mendirikan perusahaan itu! Setelah besar, kamu dan ayahmu merebutnya! Kalian menendang ayahku seperti sampah!!”
Angela memandangi foto pernikahan dirinya dan Sebastian yang tengah tersenyum di atas altar sebelum menyelipkannya kembali ke tas kecil yang terasa berat karena berisi pistol.Beberapa hari yang lalu ia mendapatkan surat izin untuk memiliki senjata tersebut. Ia memang mempunyai pengawal yang selalu ada di dekatnya kemanapun ia pergi, tapi ia tidak bisa berpegangan pada orang lain. Ia harus bisa melindungi dirinya sendiri.Daniel, pengawal yang ditugaskan Sebastian untuk selalu menjaganya mengerutkan kening saat melihat pistol tersebut. Tapi Angela tidak mau mengambil resiko, ia hanya menatap sekilas wajah pria itu lalu berpura-pura tidak terjadi apa-apa.“Angela. Apa kamu sudah lama menunggu?” Anthony tersenyum sambil merapikan rambutnya. Wajahnya tampak segar. Janggut tipis yang biasanya menghiasi dagunya kini sudah dicukur rapi.“Kami baru saja datang,” kata Angela sambil melirik Daniel di meja sebelahnya.Anthony mengikuti tatapan mata Angela lalu ia tertawa pelan. “Sebastian tidak
Laki-laki itu menurunkan kameranya, sebuah seringai tampak di wajahnya. Ia tahu bahwa wanita itu akan sendirian sekarang. Walau ia tidak benar-benar sendirian, ada seorang penjaga yang selalu bersamanya. Tapi dengan sebuah pancingan kecil, wanita itu akan benar-benar sendirian.Oh, Angela yang malang...Ia selalu membuntuti wanita itu. Atau saat ia bekerja, ia mengutus beberapa polisi bodoh agar bisa mencari penghasilan tambahan dengan membuntuti wanita itu. Dan hari ini ia melihat, Angela dan seorang pria. Seorang pria yang terlihat sangat jelas menyukai wanita itu.Oh tentu Sebastian tidak akan senang melihat hal ini. Ia memandangi poto-poto yang baru saja diambilnya. Rencananya untuk Angela dan beberapa anggota keluarga Sanders sudah tetap, tetapi poto-poto ini akan menjadi rencana B yang berguna kalau sampai rencana utamanya gagal.Kau harus selalu punya rencana cadangan, pintu belakang, jalan keluar. Rencana B. Satu hal yang dipelajarinya dari adiknya.Bicara tentang pelajaran, a
Angela terkesiap ketika Anthony mengolesi telapak tangannya dengan cairan desinfektan. Ia masih duduk di tepi pot semen dan pria itu berlutut di trotoar sebelahnya. Harum parfumnya menyeruak menyapa indra penciuman Angela, membuatnya nyaman. “Pelan-pelan, Anthony. Apa kamu mempunyai dendam tersembunyi terhadapku?”Anthony mendongak, sorot matanya tidak ramah. “Kamu harus ke rumah sakit.”Angela menepuk bahu Anthony dengan ujung jarinya, satu-satunya bagian tubuhnya yang tidak terasa terbakar. “Aku baik-baik saja. Sungguh. Hanya seorang pasien yang malang.”“Kemarin Lavenska menghilang, lalu sekarang ini. Ya Tuhan, aku bersumpah akan memborgol pelaku dengan tanganku sendiri!” gumam Anthony. Ia mengolesi telapak tangan satunya lagi dan Angela terkesiap lagi, berharap untuk menjadi sedikit lebih simpatik saat ia harus melakukan hal yang sama pada ibunya dulu. Ini memang terasa sakit, Mom. Maafkan aku menyepelekan rasa sakitmu dulu.Anthony mengeluarkan selembar plester dari kantong apote
Dari awal Sebastian tidak menyukai pria itu bahkan sebelum melihat wajahnya. Setelah bertemu, ia sungguh tidak mengerti dari mana pria itu mempunyai kepercayaan diri untuk merebut miliknya. Tapi, itu masalah nanti. Sekarang ada masalah lain yang harus ia selesaikan.“Tuan, kita mendapatkan informasi baru.” Edward menoleh lewat bahunya.“Katakan.”“Pengendara mobil itu sudah ditemukan oleh polisi tapi sayang, wanita itu sudah tewas.”“Wanita? Yang menabrakku bukan seorang laki-laki?” Angela meringis saat ia menegakkan punggungnya. Pinggangnya terasa nyeri.“Jangan banyak bergerak, Angela,” kata Sebastian sambil kembali mendorong dengan lembut tubuh Angela agar menyandarkan punggungnya kembali ke jok mobil.“Aku hanya tidak mengira bahwa pengendara itu adalah seorang wanita.” Lirih suara Angela membuat gigi Sebastian beradu. Geram dengan apa yang telah terjadi pada Angela.“Suruh orang kita bergerak, Edward. Dapatkan informasi apapun yang bisa menggiring kita pada pelaku yang sebenarnya
Sebastian menyenderkan kepalanya di kursi tamu ruang kantornya sementara Edward sedang bicara pada seseorang di telepon. Begitu banyak wajah kecurigaan dan amarah yang menyiksanya. Saat memastikan Angela masuk ke dalam rumahnya tadi, ia harus menahan kakinya agar tidak ikut melangkah masuk bersama wanita itu.Sejauh ini, kejadian tadi adalah yang terburuk. Dan ia tidak dapat memastikan itu akan menjadi yang terakhir. Tidak sebelum ia bisa menangkap pelaku dibaliknya.Akhirnya Edward menutup telepon dan berkata, “Wanita itu sudah meninggal, Tuan. Tubuhnya ikut terbakar bersama mobil yang ia kendarai.”Sebastian memaksa untuk menegakkan punggungnya. “Jadi, kita tidak mendapatkan petunjuk apapun?”“Ada seorang warga yang kebetulan lewat dan ia sempat merekam video sesaat sebelum mobil meledak. Wajah wanita itu berlumuran darah, mobilnya sempat menabrak pembatas jalan. Kurasa, anda tidak akan terkejut saat melihat wajah wanita ini, Tuan.”Sebastian mengerutkan kening. Ia menerima ponsel E
“Bangun.”Angela mendengar lalat berdengung dan memukulnya.“Angela, bangun.”Bukan, bukan suara lalat berdengung. Tapi sebuah suara yang berat. Sebastian. Angela membalik tubuhnya, matanya terbuka. Sebastian sedang duduk di ujung tempat tidurnya, matanya menatap cemas. Dan luar biasa tampan.Kancing bajunya terbuka di bagian atas, memperlihatkan dadanya yang bidang. Dada yang kokoh, Angela tahu hal itu. Angela telah merasakan kekuatan tubuh kokoh Sebastian setiap kali memeluknya. Sekarang Angela sedang membayangkan bagaimana rasanya menyentuh Sebastian disana.Sebastian memiringkan kepalanya untuk melihat Angela lebih dekat. “Apa kamu baik-baik saja?”“Aku baik-baik saja.”Sebastian memicingkan mata coklatnya. “Kau tidak terlihat baik-baik saja. Maaf aku terlambat pulang, ada beberapa hal yang harus ku urus. Ini sudah larut malam, Angela. Kamu tidak bisa pulang selarut ini.”“Aku harus pulang. Riley menungguku di rumah.” Angela berjuang untuk berdiri dengan sikunya dan merintih karen
Lavenska mengerjapkan mata, perlahan terbangun. Lantai terasa dingin di pipinya. Ia mendengar langkah-langkah kaki di luar. Pria itu datang. Lagi.Wanita itu bersiap-siap akan cahaya yang menyilaukan. Akan rasa sakit. Tapi pintu itu tidak terbuka. Malahan ia mendengar suara pintu lain yang dibuka dan terdengar bunyi debuk keras seperti sebuah benda berat yang jatuh. Tampaknya seseorang dilemparkan ke sel sebelah Lavenska. Sebuah suara mengerang kesakitan. Ia seperti mengenali suara itu.Kemudian dari luar pria itu bicara, suaranya gemetar karena amarah. “Dasar wanita jalang tidak tahu diri! Apa kau berpikir aku benar-benar tertarik padamu?!”“Sa-sayang? Jangan bercanda. Apa ini termasuk bagian dari permainan yang kau maksud tadi?” Suara wanita itu bercampur tawa. Tawa ketakutan.Lavenska tidak mungkin salah. Itu suara Ibunya. Ya Tuhan... ibunya juga diculik sama seperti dirinya! Ya Tuhan...Pria itu tertawa keras. Suara tawanya membuat Lavenska menggertakkan rahangnya, begitu khawatir
Angela membantu Sebastian mencuci peralatan makan dengan mesin cuci piring, lalu membersihkan dapur setelah mereka selesai makan. Angela tidak tahu apa yang tengah terjadi, Sebastian tiba-tiba mengajaknya berlibur ke villa dekat pantai dan menugaskan tidak ada satu pelayan pun yang ikut bersama mereka. Ini aneh, pikir Angela. Mereka terbiasa liburan ke villa tapi Sebastian tidak pernah meliburkan pelayan di villa. Apalagi, saat aku sedang hamil, pikir Angela. Tetapi ia menduga, mungkin Sebastian hanya ingin menghabiskan waktu berdua, benar-benar berdua dengan dirinya. Sudah seminggu berlalu sejak pertemuannya dengan Mark dan pria itu jelas pembual yang ulung. Kurang dari dua puluh empat jam katanya? Huh, sudah berlalu tujuh hari dan Mark belum melaporkan apapun padanya. Pria itu bahkan terkesan menghindari dirinya. Telepon iseng itu memang sudah berhenti. Tapi Angela tidak menemukan ada satu pun pelayan yang menghilang atau diberhentikan. Semua berjalan seperti biasa. Seperti tidak
Diluar dugaan, Anna justru tertawa. Suara tawa keras yang membuat Edward bingung haruskah ia ikut tertawa atau hanya menunggu tawa Anna selesai.“Apa kau berharap aku mempercayaimu begitu saja?” tanya Anna sambil menepuk pundak Edward. “Kau tidak bisa membodohiku, Ed. Aku sudah melakukan segala upaya untuk mendapatkan dirimu tapi kau jelas-jelas menolakku. Lalu tiba-tiba, setelah tiga hari aku merawatmu saat kau sakit, kau datang padaku dan bilang bahwa kau mencintaiku?”Edward tidak mengatakan apapun. Untuk sesaat mereka hanya saling memandang berlama-lama, pandangan yang makin lama membuat nafas mereka sesak dan tak pelak lagi, pandangan itu membuat mereka bergairah.Edward mengambil langkah maju. Ia mencium lagi. Lebih lembut. Semesra mungkin. Anna tidak menolak, tidak melawan, tidak berusaha lari. Edward menggoda mulut Anna dengan kecupan-kecupan lembut, gigitan mesra, dan gelitikan kecil di lidahnya.Ketika Anna mendesah senang, Edward memanfaatkannya untuk memasukkan lidahnya ke
“Kau jelas menyukainya, Mr. Harrison. Kau menyukainya lebih dari yang kau duga.”Edward terdiam. Cornelia benar. Bagaimana mungkin ia tidak menyadarinya selama ini? Bagaimana mungkin orang lain bahkan lebih mengetahuinya dibandingkan dirinya sendiri?“Lalu, bagaimana perasaanmu melihat pemandangan itu?”Edward menatap wajah Cornellia bingung lalu mengikuti arah matanya. Kini ia melihat Alex, wanita yang menjadi alasan kehadirannya ke tempat ini, wanita itu membuat seolah matanya terhipnotis. Teman lelakinya, memojokkan Alex ke tikar, rok wanita itu tersingkap sehingga menampakkan pahanya yang langsing. Lalu tangan si lelaki menyelinap ke balik rok, mendekap bokong Alex.Mulut Cornelia menganga. “Aku tidak menyangka Alex seberani itu.”Edward kehilangan kata-kata. Bagaimana mungkin Alex yang polos dan ceria, yang bahkan Edward tidak menyangka usianya sudah dua puluhan, melakukan hal itu di tengah keramaian acara yang bertema keluarga seperti ini?“Aku tanya, bagaimana perasaanmu, Ed?”
Edward Harrison mengedarkan pandangannya ke lapangan tempat para pengunjung membentangkan selimut di tanah di depan panggung, dan asyik menikmati daging panggang sambil mendengarkan musik yang dibawakan band berirama country dan penyanyi lokal.Ia bertanya-tanya, dimana Alexandria di tengah lautan manusia ini. Ia tadi mengunjungi toko roti Alex dan menurut karyawannya, Alex menghadiri perayaan tanggal empat juli yang selalu diadakan setiap tahun di taman ini, jadilah Edward tahu gadis itu ada disini.Terlintas dalam benaknya untuk mengajak Alex datang bersamanya, tapi, itu sungguh perbuatan yang lancang. Ya, setelah apa yang dilakukannya pada gadis itu. Edward cukup tahu diri untuk tidak terlalu bertingkah meski tahu bahwa ia menguasai hati dan pikiran Alex.Banyak lelaki hari ini merasa iri padanya karena seorang wanita seksi, berambut panjang dan pirang dengan kedua tonjolan yang memukau di dadanya, duduk di sebelahnya. Ya, ia sengaja mengajak Cornellia Marshall, Asistennya di kanto
Callahan’s ramai oleh suara tamu mengobrol selama jam makan siang di rumah makan itu, sejak jam sebelas sampai jam dua selama hari kerja. Terletak di pusat kota, bangunan yang sudah di restorasi itu, yang dulu pernah dipakai sebagai toko obat pada awal tahun tiga puluhan hingga pertengahan tahun delapan puluhan.Mereka menempati lokasi yang sangat strategis untuk melayani kegiatan bisnis sehari-hari, termasuk karyawan pengadilan, perbankan serta para karyawan yang kantornya tersebar di segala penjuru kota. Pesaing mereka hanya rumah kana cepat saji yang melayani pengendara mobil, dan restoran kecil yang melayani roti isi.Jika seseorang ingin mengadakan rapat atau pertemuan sambil makan siang, Callahan’s-lah tempat yang paling nyaman.Ketika Angela tiba, pelayan mengantarkannya ke meja di belakang yang agak terpencil, di tempat Mark sudah menunggu. Mark, kepala keamanan rumah Sebastian dan Angela yang menggantikan posisi Zoe.Angela sengaja mengajak Mark bertemu di luar. Selain ia tid
Diluar dugaan, Anna mengantar Edward sampai ke depan pintu. Hal itu membuat Edward merasa, minimal ia harus mengundang wanita itu bertemu atau makan malam. Jika ia memang belum yakin dengan perasaannya, bukankah seharusnya ia membalas budi?“Bukankah banyak hal yang harus kau kerjakan, Ann?” tanya Edward. “Dan kau bisa tidak menunggu dan mengantarkanku seperti ini, lagipula...”“Jangan terlalu percaya diri, Ed.”Edward tergagap mendengar ucapan itu. Merasa malu tapi juga sekaligus membenarkan ucapan Anna. Ya, ada apa dengannya? Mengapa ia mengeluarkan kalimat sampah itu dari mulutnya?“Aku hanya terlambat karena mengerjakan beberapa hal tadi. Dan kebetulan waktu selesainya bersamaan dengan waktu kau keluar.”“Ya. Kau benar. Maafkan aku.”Pengecut. Anna mengumpat dirinya sendiri setelah ia mengatakan kalimat itu. Sistem pertahanan dirinya memang luar biasa. Entah ia harus bangga atau marah pada dirinya sendiri saat ini. Ia bangga karena mampu membuat wajah Edward memerah malu sekaligus
Sudah dua hari Edward hanya berada di atas tempat tidur. Dan sudah dua hari Anna melayaninya layaknya seorang pasien. Anna melakukannya secara profesional. Tidak ada candaan nakal atau celetukan yang membuatnya marah.Seharusnya hidup terasa damai, bukan? Tapi entah mengapa, sesuatu terasa hilang. Hambar.Ia benar-benar dilayani seperti orang yang asing bagi Anna. Pagi hari, ia akan masuk ke kamar, mengunjungi Edward, tersenyum dengan hanya bibir yang tertarik ke samping tanpa guratan. Kelihatan sekali sebenarnya ia tidak ingin tersenyum tapi ia memaksakan senyum itu keluar.Lalu kemudian ia akan memeriksa kondisi Edward, memeriksa infus lalu memastikan apa saja yang boleh Edward lakukan hari itu, kemudian ia akan berbicara dengan seorang perawat laki-laki di sampingnya lalu setelah itu ia pergi.Perawat itulah yang datang setiap dua puluh menit sekali, secara rutin memeriksa cairan infus Edward, lalu kondisinya secara keseluruhan. Sedangkan Anna, Ed tidak tahu kemana gadis itu pergi.
Dipenuhi ketidakpastian, Anna berhenti di ambang pintu kamar tamu di rumahnya. Terakhir kali melihat Edward di rumah ini, ia hanya berada di koridor antara ruang tamu dan ruang tengah rumahnya. Tapi kali ini, pria itu tergeletak tak berdaya di kamar tamu.Anna sengaja membawa Edward kerumahnya, bukan ke klinik pengobatan miliknya atau rumah sakit. Sudah menjadi kebiasaan bagi Sebastian, Edward ataupun beberapa orang di perusahaan untuk lebih memilih di rawat di rumah Anna daripada harus kerumah sakit atau klinik.Sekarang, berdiri disini merupakan sebuah momen yang canggung. Edward berbaring di tempat tidur dengan mata tertutup, dengan selang infus yang menempel di tangannya. Terlihat sangat lemah, jauh dari keangkuhan dan sikap arogan yang sering ia tunjukkan.“Dia akan baik-baik saja,” gumam Anna pada dirinya sendiri. Ia memejamkan matanya, meremas ujung gaun hitam yang ia pakai lalu menghela nafas panjang. Ia hanya takut ketika Edward bangun dan membuka mata, maka pria itu akan mar
Begitu Alex memusatkan perhatian kepada teman makan siangnya, senyum di wajah Edward lenyap. Pandangannya terpusat ke tempat pria di samping Alex yang dengan lancang memeluk pinggang gadis itu.Ingin benar ia menyeberang jalan, merebut Alex dari tangan pria itu, memanggilnya ke tempat yang menjamin privasi lalu mengatakan, “Kau sudah menemukan pria baru, Alexandria Porter?”Pada saat Alex dan pria itu menghilang masuk ke Callahan’s, Edward langsung menyebrang dan mengikuti mereka masuk ke dalam Restoran. Pelayan sedang mengantarkan pasangan itu menuju meja mereka ketika Edward duduk di bar.Ia dapat melihat mereka berdua dari tempatnya, karena area bar letaknya lebih tinggi sekitar satu meter daripada restoran. Ia memesan sekaleng kola dan memasukkan beberapa butir kacang ke dalam mulutnya, berusaha untuk bersikap seolah-olah tidak peduli.Edward melepaskan kaca mata hitamnya, memasukkannya ke dalam saku kaosnya, dan mengawasi pasangan yang berada di meja di pojok ruangan itu.Edward