“Bangun.”Angela mendengar lalat berdengung dan memukulnya.“Angela, Bangun, Sayang.”Bukan, bukan suara lalat berdengung. Tapi sebuah suara yang serak. Sebastian. Angela membalikkan tubuhnya, matanya terbuka. Sebastian sedang duduk di ujung tempat tidurnya, sorot matanya penuh kelembutan. Dan ia luar biasa tampan.Tangan Sebastian terulur untuk membelai rambut Angela, menyibakkannya dari wajahnya. Sebastian melakukannya begitu lembut sehingga ia ingin menghela napas. Sebastian memiliki tangan yang begitu lembut. Tangan yang begitu kokoh.Sebastian memiringkan kepalanya untuk melihat Angela lebih dekat. “Apa kamu baik-baik saja?”“Aku baik-baik saja.”Sebastian memicingkan mata coklatnya. “Kamu tidak terlihat baik-baik saja. Kamu boleh tidur lagi setelah makan pagi.”“Ah, tidak. Aku harus bangun. Aku harus mulai olahraga teratur dan menyibukkan diri mulai hari ini.” Angela berjuang untuk berdiri dengan sikunya dan ia merintih karena rasa kaku di punggungnya. “Rasanya seperti habis ter
Jonathan tampak sangat cemas. Jonathan berhak untuk cemas, pikir Anthony. Hingga saat ini mereka belum punya nama pelaku.Jonathan menyenderkan pinggangnya pada meja rapat. Kumisnya yang lebat melengkung suram. “Jadi, kalau aku boleh menyimpulkan...” Jonathan mengangkat tangan dan mulai menghitung dengan jarinya. “Pertama, kita menemukan dua mayat lagi, kedua, seorang senator terkenal kota ini berkemungkinan besar menjadi korban penculikan, ketiga, kita bahkan belum menemukan petunjuk apapun tentang tersangka.”“Itu tidak terlalu buruk,” gumam Rose dan Jonathan menatapnya tajam.“Keempat, kapten polisi menerima telpon setiap jam dari seluruh jurnalist dari berbagai media cetak dan elektronik kota ini, dan kelima...” Jonathan mengacungkan semua jarinya. “...kuulangi, kita bahkan belum punya satu namapun untuk tersangka.”Rose menggeser tempat duduknya. “Sepertinya memang begitu keadaannya.”“Jangan lupakan tentang rencana pembunuhan Nona Sasha,” kata Anthony. “Itu juga merupakan tamba
“Ayo kita mulai,” kata Sebastian dari posisinya di samping papan tulis. Obrolan di ruangan itu terhenti. Ada energi yang begitu meluap-luap di ruangan ini, pikir Zoe. Mereka pada akhirnya punya petunjuk baru untuk diikuti. Tapi dengan kemungkinan terbesar bahwa Henry Evan Sanders sudah meninggal.Ruang rapat itu telah terisi penuh. Sebuah papan tulis yang berisi banyak catatan terpampang jelas di depan mereka, menambah tekanan bahwa kasus kali ini bukan seperti kasus yang biasa mereka tangani.Zoe, Anna, Sebastian mulai memusatkan perhatian mereka sementara Edward mulai berdiri ke samping papan tulis. “Aku mendapatkan informasi tambahan tentang nama pembuat peluru. Hank. Broderick. Masalahnya adalah , dia sudah meninggal enam puluh tahun yang lalu.”Spidol Edward berdecit saat ia menuliskan nama itu. “Jangan lupakan satu nama lagi. Dorothy O'Riley, kekasih Broderick. Sayangnya, wanita itu menikah dua bulan setelah Broderick berangkat ke medan perang. Sepertinya Dorothy mempercayai ban
Ia datang terlambat dan tidak menyadari saat pengacara itu masuk ke dalam hotel. Ia melirik jendela-jendela yang berjajar di dinding. Tapi itu tidak masalah. Menurut catatannya, Juke tidak pernah menginap.Ia menggunakan saat menunggu dengan produktif, memutar kembali dalam pikirannya kata-kata dalam pengadilan yang seharusnya menjadi jaminan keadilan bagi Liza. Tapi tidak ada keadilan. Pengadilan pun hanya ada dalam bayangan mereka saja.Kasus itu bahkan tidak sampai melaju ke pengadilan. Dan keluarga Sanders yang telah melakukan hal yang sangat hina pada Liza pergi melangkah keluar ruangan sebagai manusia bebas. Ia tidak akan pernah melupakan senyum mereka pada saat itu, sebuah senyum yang paling menjijikkan yang pernah ia lihat.Liza sempat membisikkan sesuatu di telinganya saat itu. “Tidak bisakah kau membunuhku saja? Lucu ya? Saat seperti ini aku masih mempunyai ketakutan untuk membunuh diriku sendiri.”Dan setelah kejadian itu, ia tidak lagi mengenali adiknya. Beberapa kali ia m
Wajah Sebastian tampak muram, pikir Angela sambil melihat sekeliling ruangan kamar. Sebastian memang layak untuk muram. Mereka kehilangan satu orang lagi. Keluarga Sanders sudah ribut akan hal ini, komunitas hukum lebih heboh lagi.Sebastian memijit pelipis dengan ibu jarinya. “Aku merasa sedang berjalan menuju jalan buntu.”“Tidak. Seorang Sebastian tidak akan melakukan hal itu.” Angela mengangkat dagunya, memberikan energi pada setiap kalimat yang keluar dari bibirnya. “Katakan padaku apa yang bisa kulakukan untukmu.”“Tidak ada. Aku hanya ingin kamu berada di sampingku saja.” Sebastian menoleh lalu berusaha tersenyum. “Kehadiranmu membuatku tenang.”Angela berdeham. “Maksudku sesuatu selain daripada membiarkan tanganmu meraba seluruh tubuhku sesuka hatimu, seperti saat ini.”Gerak tangan Sebastian terhenti. Ia membulatkan matanya lalu tertawa pelan. “Maaf. Aku hanya...” lalu ia kembali terdiam. “Apa yang kulakukan saat ini benar? Aku bahkan membuat Edward menjauh. Aku tidak tahu si
Edward harus memastikan bahwa kakinya masih tetap berdiri tegak di tempatnya. Tidak, aku tidak takut. Lagipula, apakah aku telah melakukan kesalahan? Edward ingin berteriak, menjejalkan banyak alasan mengapa ia harus menyembunyikan kejadian itu dari Tuannya. Tapi, ia tidak bisa.“Apa yang terjadi, Ed?” tanya Sebastian. Ekspresi wajahnya tidak berubah, Edward masih belum bisa membaca apa maksud dari ekspresi wajah datar Sebastian kali ini.“Maafkan saya, Tuan.”Sebastian berdiri tegak. “Kenapa?”Edward menggerak-gerakkan alis matanya. “Saya tidak bisa mengatakannya.”Raut wajah Sebastian tampak putus asa, tapi ada kelegaan dalam hatinya. “Katakan saat kamu ingin mengatakannya padaku. Sekarang, pergilah pulang. Aku tidak memintamu lembur malam ini.”“Besok Tuan akan suka dengan apa yang saya dapat,” Edward berjanji. Ia mengangguk hormat pada Sebastian lalu membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi.Sebastian mengusap wajahnya. Ia mendesah lega lalu membuka pintu ruang kerjanya. Ia memang
Mengurus senator Henry ternyata lebih mudah daripada yang di perkirakannya. Dan Henry ternyata tidak setangguh yang ia kira. Malam tadi saat ia mendapati ruangan kedap suara itu lebih hening daripada biasanya, ia memeriksa ruangan dan mendapati tubuh Henry tidak bergerak sedikitpun walau ia sudah menendang perutnya berkali-kali.Senator Henry yang agung telah mati.Padahal sebelumnya, ia sudah merencanakan pertunjukan yang lebih menarik. Ia berencana mempersatukan Juke dan Henry dan menyiksa mereka satu per satu. Juke bahkan belum melihat bagaimana Henry di siksa. Ia menjerit ketakutan saat ia menunjukkan jasad Henry dan memohon ampun dengan suara yang begitu pilu.Suara yang sama saat Liza memohon belas kasihan mereka saat itu. Tapi sekarang... pria itu tersenyum, membayangkan ketakutan yang tergambar pada wajah para pelaku yang tersisa. Saham perusahaan The Sanders akan turun drastis dan semua akan berjalan sesuai dengan yang ia inginkan.“Ah, media juga pasti akan menggila,” gumam
Ia melangkah ke teras depan, sangat kelelahan setelah mengawasi rumahnya semalaman. Ia tertidur sekitar jam empat pagi. Ketika terbangun, matahari sudah di atas kepala dan bau masakan istrinya sudah menggelitik indra penciumannya.Semua ini pasti akan berakhir. Entah dengan cara apa. Dan ia yakin, tidak akan lama lagi, ia tidak perlu merasa lebih cemas dari sekarang. Dan aku tidak perlu begadang semalaman lagi. Saat ia melangkah masuk ke dalam rumah, ia melihat istrinya berdiri di belakang sofa, matanya memerah karena menangis dan tiba-tiba jantungnya berdebar kencang. “Ada apa?”“Sebastian ada disini. Henry, dia meninggal.”“Apa? Henry sudah ditemukan? Dia... meninggal?”Istrinya menatapnya, bibirnya gemetaran. “Seseorang menggantungnya di atas pohon Ek di depan rumahnya. Dia... Dia tergantung dengan tidak memakai pakaian sehelai pun dan... wajahnya...” kalimat istrinya terhenti. Saat Sebastian tiba-tiba muncul di samping ibunya, tangis wanita itu pecah.Andrian menunduk, terlalu lel
Angela membantu Sebastian mencuci peralatan makan dengan mesin cuci piring, lalu membersihkan dapur setelah mereka selesai makan. Angela tidak tahu apa yang tengah terjadi, Sebastian tiba-tiba mengajaknya berlibur ke villa dekat pantai dan menugaskan tidak ada satu pelayan pun yang ikut bersama mereka. Ini aneh, pikir Angela. Mereka terbiasa liburan ke villa tapi Sebastian tidak pernah meliburkan pelayan di villa. Apalagi, saat aku sedang hamil, pikir Angela. Tetapi ia menduga, mungkin Sebastian hanya ingin menghabiskan waktu berdua, benar-benar berdua dengan dirinya. Sudah seminggu berlalu sejak pertemuannya dengan Mark dan pria itu jelas pembual yang ulung. Kurang dari dua puluh empat jam katanya? Huh, sudah berlalu tujuh hari dan Mark belum melaporkan apapun padanya. Pria itu bahkan terkesan menghindari dirinya. Telepon iseng itu memang sudah berhenti. Tapi Angela tidak menemukan ada satu pun pelayan yang menghilang atau diberhentikan. Semua berjalan seperti biasa. Seperti tidak
Diluar dugaan, Anna justru tertawa. Suara tawa keras yang membuat Edward bingung haruskah ia ikut tertawa atau hanya menunggu tawa Anna selesai.“Apa kau berharap aku mempercayaimu begitu saja?” tanya Anna sambil menepuk pundak Edward. “Kau tidak bisa membodohiku, Ed. Aku sudah melakukan segala upaya untuk mendapatkan dirimu tapi kau jelas-jelas menolakku. Lalu tiba-tiba, setelah tiga hari aku merawatmu saat kau sakit, kau datang padaku dan bilang bahwa kau mencintaiku?”Edward tidak mengatakan apapun. Untuk sesaat mereka hanya saling memandang berlama-lama, pandangan yang makin lama membuat nafas mereka sesak dan tak pelak lagi, pandangan itu membuat mereka bergairah.Edward mengambil langkah maju. Ia mencium lagi. Lebih lembut. Semesra mungkin. Anna tidak menolak, tidak melawan, tidak berusaha lari. Edward menggoda mulut Anna dengan kecupan-kecupan lembut, gigitan mesra, dan gelitikan kecil di lidahnya.Ketika Anna mendesah senang, Edward memanfaatkannya untuk memasukkan lidahnya ke
“Kau jelas menyukainya, Mr. Harrison. Kau menyukainya lebih dari yang kau duga.”Edward terdiam. Cornelia benar. Bagaimana mungkin ia tidak menyadarinya selama ini? Bagaimana mungkin orang lain bahkan lebih mengetahuinya dibandingkan dirinya sendiri?“Lalu, bagaimana perasaanmu melihat pemandangan itu?”Edward menatap wajah Cornellia bingung lalu mengikuti arah matanya. Kini ia melihat Alex, wanita yang menjadi alasan kehadirannya ke tempat ini, wanita itu membuat seolah matanya terhipnotis. Teman lelakinya, memojokkan Alex ke tikar, rok wanita itu tersingkap sehingga menampakkan pahanya yang langsing. Lalu tangan si lelaki menyelinap ke balik rok, mendekap bokong Alex.Mulut Cornelia menganga. “Aku tidak menyangka Alex seberani itu.”Edward kehilangan kata-kata. Bagaimana mungkin Alex yang polos dan ceria, yang bahkan Edward tidak menyangka usianya sudah dua puluhan, melakukan hal itu di tengah keramaian acara yang bertema keluarga seperti ini?“Aku tanya, bagaimana perasaanmu, Ed?”
Edward Harrison mengedarkan pandangannya ke lapangan tempat para pengunjung membentangkan selimut di tanah di depan panggung, dan asyik menikmati daging panggang sambil mendengarkan musik yang dibawakan band berirama country dan penyanyi lokal.Ia bertanya-tanya, dimana Alexandria di tengah lautan manusia ini. Ia tadi mengunjungi toko roti Alex dan menurut karyawannya, Alex menghadiri perayaan tanggal empat juli yang selalu diadakan setiap tahun di taman ini, jadilah Edward tahu gadis itu ada disini.Terlintas dalam benaknya untuk mengajak Alex datang bersamanya, tapi, itu sungguh perbuatan yang lancang. Ya, setelah apa yang dilakukannya pada gadis itu. Edward cukup tahu diri untuk tidak terlalu bertingkah meski tahu bahwa ia menguasai hati dan pikiran Alex.Banyak lelaki hari ini merasa iri padanya karena seorang wanita seksi, berambut panjang dan pirang dengan kedua tonjolan yang memukau di dadanya, duduk di sebelahnya. Ya, ia sengaja mengajak Cornellia Marshall, Asistennya di kanto
Callahan’s ramai oleh suara tamu mengobrol selama jam makan siang di rumah makan itu, sejak jam sebelas sampai jam dua selama hari kerja. Terletak di pusat kota, bangunan yang sudah di restorasi itu, yang dulu pernah dipakai sebagai toko obat pada awal tahun tiga puluhan hingga pertengahan tahun delapan puluhan.Mereka menempati lokasi yang sangat strategis untuk melayani kegiatan bisnis sehari-hari, termasuk karyawan pengadilan, perbankan serta para karyawan yang kantornya tersebar di segala penjuru kota. Pesaing mereka hanya rumah kana cepat saji yang melayani pengendara mobil, dan restoran kecil yang melayani roti isi.Jika seseorang ingin mengadakan rapat atau pertemuan sambil makan siang, Callahan’s-lah tempat yang paling nyaman.Ketika Angela tiba, pelayan mengantarkannya ke meja di belakang yang agak terpencil, di tempat Mark sudah menunggu. Mark, kepala keamanan rumah Sebastian dan Angela yang menggantikan posisi Zoe.Angela sengaja mengajak Mark bertemu di luar. Selain ia tid
Diluar dugaan, Anna mengantar Edward sampai ke depan pintu. Hal itu membuat Edward merasa, minimal ia harus mengundang wanita itu bertemu atau makan malam. Jika ia memang belum yakin dengan perasaannya, bukankah seharusnya ia membalas budi?“Bukankah banyak hal yang harus kau kerjakan, Ann?” tanya Edward. “Dan kau bisa tidak menunggu dan mengantarkanku seperti ini, lagipula...”“Jangan terlalu percaya diri, Ed.”Edward tergagap mendengar ucapan itu. Merasa malu tapi juga sekaligus membenarkan ucapan Anna. Ya, ada apa dengannya? Mengapa ia mengeluarkan kalimat sampah itu dari mulutnya?“Aku hanya terlambat karena mengerjakan beberapa hal tadi. Dan kebetulan waktu selesainya bersamaan dengan waktu kau keluar.”“Ya. Kau benar. Maafkan aku.”Pengecut. Anna mengumpat dirinya sendiri setelah ia mengatakan kalimat itu. Sistem pertahanan dirinya memang luar biasa. Entah ia harus bangga atau marah pada dirinya sendiri saat ini. Ia bangga karena mampu membuat wajah Edward memerah malu sekaligus
Sudah dua hari Edward hanya berada di atas tempat tidur. Dan sudah dua hari Anna melayaninya layaknya seorang pasien. Anna melakukannya secara profesional. Tidak ada candaan nakal atau celetukan yang membuatnya marah.Seharusnya hidup terasa damai, bukan? Tapi entah mengapa, sesuatu terasa hilang. Hambar.Ia benar-benar dilayani seperti orang yang asing bagi Anna. Pagi hari, ia akan masuk ke kamar, mengunjungi Edward, tersenyum dengan hanya bibir yang tertarik ke samping tanpa guratan. Kelihatan sekali sebenarnya ia tidak ingin tersenyum tapi ia memaksakan senyum itu keluar.Lalu kemudian ia akan memeriksa kondisi Edward, memeriksa infus lalu memastikan apa saja yang boleh Edward lakukan hari itu, kemudian ia akan berbicara dengan seorang perawat laki-laki di sampingnya lalu setelah itu ia pergi.Perawat itulah yang datang setiap dua puluh menit sekali, secara rutin memeriksa cairan infus Edward, lalu kondisinya secara keseluruhan. Sedangkan Anna, Ed tidak tahu kemana gadis itu pergi.
Dipenuhi ketidakpastian, Anna berhenti di ambang pintu kamar tamu di rumahnya. Terakhir kali melihat Edward di rumah ini, ia hanya berada di koridor antara ruang tamu dan ruang tengah rumahnya. Tapi kali ini, pria itu tergeletak tak berdaya di kamar tamu.Anna sengaja membawa Edward kerumahnya, bukan ke klinik pengobatan miliknya atau rumah sakit. Sudah menjadi kebiasaan bagi Sebastian, Edward ataupun beberapa orang di perusahaan untuk lebih memilih di rawat di rumah Anna daripada harus kerumah sakit atau klinik.Sekarang, berdiri disini merupakan sebuah momen yang canggung. Edward berbaring di tempat tidur dengan mata tertutup, dengan selang infus yang menempel di tangannya. Terlihat sangat lemah, jauh dari keangkuhan dan sikap arogan yang sering ia tunjukkan.“Dia akan baik-baik saja,” gumam Anna pada dirinya sendiri. Ia memejamkan matanya, meremas ujung gaun hitam yang ia pakai lalu menghela nafas panjang. Ia hanya takut ketika Edward bangun dan membuka mata, maka pria itu akan mar
Begitu Alex memusatkan perhatian kepada teman makan siangnya, senyum di wajah Edward lenyap. Pandangannya terpusat ke tempat pria di samping Alex yang dengan lancang memeluk pinggang gadis itu.Ingin benar ia menyeberang jalan, merebut Alex dari tangan pria itu, memanggilnya ke tempat yang menjamin privasi lalu mengatakan, “Kau sudah menemukan pria baru, Alexandria Porter?”Pada saat Alex dan pria itu menghilang masuk ke Callahan’s, Edward langsung menyebrang dan mengikuti mereka masuk ke dalam Restoran. Pelayan sedang mengantarkan pasangan itu menuju meja mereka ketika Edward duduk di bar.Ia dapat melihat mereka berdua dari tempatnya, karena area bar letaknya lebih tinggi sekitar satu meter daripada restoran. Ia memesan sekaleng kola dan memasukkan beberapa butir kacang ke dalam mulutnya, berusaha untuk bersikap seolah-olah tidak peduli.Edward melepaskan kaca mata hitamnya, memasukkannya ke dalam saku kaosnya, dan mengawasi pasangan yang berada di meja di pojok ruangan itu.Edward