“Ayo kita mulai,” kata Sebastian dari posisinya di samping papan tulis. Obrolan di ruangan itu terhenti. Ada energi yang begitu meluap-luap di ruangan ini, pikir Zoe. Mereka pada akhirnya punya petunjuk baru untuk diikuti. Tapi dengan kemungkinan terbesar bahwa Henry Evan Sanders sudah meninggal.Ruang rapat itu telah terisi penuh. Sebuah papan tulis yang berisi banyak catatan terpampang jelas di depan mereka, menambah tekanan bahwa kasus kali ini bukan seperti kasus yang biasa mereka tangani.Zoe, Anna, Sebastian mulai memusatkan perhatian mereka sementara Edward mulai berdiri ke samping papan tulis. “Aku mendapatkan informasi tambahan tentang nama pembuat peluru. Hank. Broderick. Masalahnya adalah , dia sudah meninggal enam puluh tahun yang lalu.”Spidol Edward berdecit saat ia menuliskan nama itu. “Jangan lupakan satu nama lagi. Dorothy O'Riley, kekasih Broderick. Sayangnya, wanita itu menikah dua bulan setelah Broderick berangkat ke medan perang. Sepertinya Dorothy mempercayai ban
Ia datang terlambat dan tidak menyadari saat pengacara itu masuk ke dalam hotel. Ia melirik jendela-jendela yang berjajar di dinding. Tapi itu tidak masalah. Menurut catatannya, Juke tidak pernah menginap.Ia menggunakan saat menunggu dengan produktif, memutar kembali dalam pikirannya kata-kata dalam pengadilan yang seharusnya menjadi jaminan keadilan bagi Liza. Tapi tidak ada keadilan. Pengadilan pun hanya ada dalam bayangan mereka saja.Kasus itu bahkan tidak sampai melaju ke pengadilan. Dan keluarga Sanders yang telah melakukan hal yang sangat hina pada Liza pergi melangkah keluar ruangan sebagai manusia bebas. Ia tidak akan pernah melupakan senyum mereka pada saat itu, sebuah senyum yang paling menjijikkan yang pernah ia lihat.Liza sempat membisikkan sesuatu di telinganya saat itu. “Tidak bisakah kau membunuhku saja? Lucu ya? Saat seperti ini aku masih mempunyai ketakutan untuk membunuh diriku sendiri.”Dan setelah kejadian itu, ia tidak lagi mengenali adiknya. Beberapa kali ia m
Wajah Sebastian tampak muram, pikir Angela sambil melihat sekeliling ruangan kamar. Sebastian memang layak untuk muram. Mereka kehilangan satu orang lagi. Keluarga Sanders sudah ribut akan hal ini, komunitas hukum lebih heboh lagi.Sebastian memijit pelipis dengan ibu jarinya. “Aku merasa sedang berjalan menuju jalan buntu.”“Tidak. Seorang Sebastian tidak akan melakukan hal itu.” Angela mengangkat dagunya, memberikan energi pada setiap kalimat yang keluar dari bibirnya. “Katakan padaku apa yang bisa kulakukan untukmu.”“Tidak ada. Aku hanya ingin kamu berada di sampingku saja.” Sebastian menoleh lalu berusaha tersenyum. “Kehadiranmu membuatku tenang.”Angela berdeham. “Maksudku sesuatu selain daripada membiarkan tanganmu meraba seluruh tubuhku sesuka hatimu, seperti saat ini.”Gerak tangan Sebastian terhenti. Ia membulatkan matanya lalu tertawa pelan. “Maaf. Aku hanya...” lalu ia kembali terdiam. “Apa yang kulakukan saat ini benar? Aku bahkan membuat Edward menjauh. Aku tidak tahu si
Edward harus memastikan bahwa kakinya masih tetap berdiri tegak di tempatnya. Tidak, aku tidak takut. Lagipula, apakah aku telah melakukan kesalahan? Edward ingin berteriak, menjejalkan banyak alasan mengapa ia harus menyembunyikan kejadian itu dari Tuannya. Tapi, ia tidak bisa.“Apa yang terjadi, Ed?” tanya Sebastian. Ekspresi wajahnya tidak berubah, Edward masih belum bisa membaca apa maksud dari ekspresi wajah datar Sebastian kali ini.“Maafkan saya, Tuan.”Sebastian berdiri tegak. “Kenapa?”Edward menggerak-gerakkan alis matanya. “Saya tidak bisa mengatakannya.”Raut wajah Sebastian tampak putus asa, tapi ada kelegaan dalam hatinya. “Katakan saat kamu ingin mengatakannya padaku. Sekarang, pergilah pulang. Aku tidak memintamu lembur malam ini.”“Besok Tuan akan suka dengan apa yang saya dapat,” Edward berjanji. Ia mengangguk hormat pada Sebastian lalu membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi.Sebastian mengusap wajahnya. Ia mendesah lega lalu membuka pintu ruang kerjanya. Ia memang
Mengurus senator Henry ternyata lebih mudah daripada yang di perkirakannya. Dan Henry ternyata tidak setangguh yang ia kira. Malam tadi saat ia mendapati ruangan kedap suara itu lebih hening daripada biasanya, ia memeriksa ruangan dan mendapati tubuh Henry tidak bergerak sedikitpun walau ia sudah menendang perutnya berkali-kali.Senator Henry yang agung telah mati.Padahal sebelumnya, ia sudah merencanakan pertunjukan yang lebih menarik. Ia berencana mempersatukan Juke dan Henry dan menyiksa mereka satu per satu. Juke bahkan belum melihat bagaimana Henry di siksa. Ia menjerit ketakutan saat ia menunjukkan jasad Henry dan memohon ampun dengan suara yang begitu pilu.Suara yang sama saat Liza memohon belas kasihan mereka saat itu. Tapi sekarang... pria itu tersenyum, membayangkan ketakutan yang tergambar pada wajah para pelaku yang tersisa. Saham perusahaan The Sanders akan turun drastis dan semua akan berjalan sesuai dengan yang ia inginkan.“Ah, media juga pasti akan menggila,” gumam
Ia melangkah ke teras depan, sangat kelelahan setelah mengawasi rumahnya semalaman. Ia tertidur sekitar jam empat pagi. Ketika terbangun, matahari sudah di atas kepala dan bau masakan istrinya sudah menggelitik indra penciumannya.Semua ini pasti akan berakhir. Entah dengan cara apa. Dan ia yakin, tidak akan lama lagi, ia tidak perlu merasa lebih cemas dari sekarang. Dan aku tidak perlu begadang semalaman lagi. Saat ia melangkah masuk ke dalam rumah, ia melihat istrinya berdiri di belakang sofa, matanya memerah karena menangis dan tiba-tiba jantungnya berdebar kencang. “Ada apa?”“Sebastian ada disini. Henry, dia meninggal.”“Apa? Henry sudah ditemukan? Dia... meninggal?”Istrinya menatapnya, bibirnya gemetaran. “Seseorang menggantungnya di atas pohon Ek di depan rumahnya. Dia... Dia tergantung dengan tidak memakai pakaian sehelai pun dan... wajahnya...” kalimat istrinya terhenti. Saat Sebastian tiba-tiba muncul di samping ibunya, tangis wanita itu pecah.Andrian menunduk, terlalu lel
“Kalian suka hadiahku? Oh, jangan terlalu senang dulu, ini baru permulaan. Pertunjukan yang sebenarnya sebentar lagi akan kalian nikmati.” Sebastian kembali melipat surat itu lalu kembali memasukkannya ke dalam amplop.Ferdinand menatap surat itu sambil bergidik. “Aku tidak percaya sesuatu seperti ini bisa menimpa keluarga kita.”Andrian menatap poto Henry beserta istri dan putrinya yang tergantung di dinding sebelum matanya mulai berat dan ia buru-buru mengalihkan pandangan matanya. Bodoh. Dasar pria tua bangka yang bodoh. Andrian membuka mulutnya sedemikian rupa tanpa mengatakan apa-apa.Elaine, istri Henry, sudah tidak sadarkan diri sejak tadi. Seorang dokter, dua asisten rumah tangga dan adiknya sudah membawanya beristirahat di kamarnya. Mereka tidak lagi mendengar suara tangis pilu wanita malang itu, ia sudah tenang. Dokter menyuntikkan obat penenang dan menunggunya di pinggir tempat tidur kalau-kalau Elaine bangun dan menangis histeris lagi.“Elaine mencakar George,” ucap Sebast
Dengan sebuah senter, mereka menaiki tangga darurat menuju atap dengan hati-hati melewati tepat penembak jitu mereka menunggu sasarannya.“Tapi, jika cucu pria itu ditembak, bukankah seharusnya ia sudah melapor pada polisi? Mengapa ia menyelidiki lokasi seorang diri?” Sebastian memusatkan pandangannya ke depan. Matanya menatap awas pada setiap benda yang ia lihat.“Anak pria tua itu pernah meninggal di siksa oleh seorang detektif dalam penjara. Hingga saat ini, polisi ia anggap sebagai hama yang menjijikkan. Akan saya selidiki berita ini nanti, Tuan. Kita tidak bisa mengenyampingkan kemungkinan bahwa pria tua itu mengarang cerita.”“Atau ia menjadi salah satu suruhan penembak jitu kita,” ucap Sebastian pelan. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa geramnya saat menyebutkan kalimat terakhir.Saat sampai di atap, Sebastian tersenyum puas. “Kau lihat itu, Ed? Tidak sia-sia kita naik sampai ke atas sini.”Edward memandangi sebuah cangkir plastik yang terletak di lantai atap. Hatinya menari-nar