“Apakah ada yang tinggal di rumah?” gumam Zoe. “Sepertinya seluruh kota hadir disini.”“Sepertinya begitu,” tukas Angela. Berdiri di pemakaman di belakang Gereja Baptis Pertama Toronto. Angela di apit Sebastian, dan Edward di sisi kirinya dan Zoe di sisi kanannya. Pendeta Gilbert mengambil posisi diantara hadirin, mengawasi, didukung sepuluh orang polisi berpakaian preman.“Kau melihat seseorang yang kau kenal?” gumam Sebastian.“Hanya orang-orang tua yang juga ku kenal darimu. Kau tahu, kau tidak banyak memperkenalkan keluargamu padaku.”“Kau benar. Apa kau tahu siapa yang memimpin misa?”“Kau bercanda, tentu saja aku tahu. Itu pastor Gilbert,” jawab Angela pelan, dan Sebastian menunduk mendekatkan kepalanya supaya mendengar lebih jelas. Wangi Sebastian seperti pohon pinus, pikir Angela, bau kebakaran dan kematian sudah hilang.Angela menarik nafas, mengisi kepalanya dengan bau parfum Sebastian sebelum akhirnya kembali fokus ke pemakaman. Pemakaman pertama yang ia hadiri sejak mereka
Dalam sekejap Angela terlempar ke tanah, nafasnya terhenti saat Sebastian menindihnya dan terjadi kepanikan di pemakaman. Di sekelilingnya, orang-orang berteriak dan berlarian saat polisi menenangkan keadaan.Dalam keadaan linglung, Angela mengangkat kepalanya, tatapannya tertuju pada seorang wanita yang berdiri diam di antara hiruk-pikuk di sekelilingnya. Wanita itu mengenakan pakaian serba hitam, mulai dari topi berkerudung, jahitan gaun yang ketinggalan zaman sampai sarung tangannya.Renda hitam dari kerudung menutupi wajahnya sampai ke dagu, tapi Angela tahu wanita itu sedang menatap seseorang. Menatap dirinya.Dan Angela menatap balik, untuk sesaat terpana.Bibir merah. Dia berbibir merah, bibir merah. Warna merah terlihat dari balik renda hitam, memberi efek menakutkan. Lalu wanita itu menyelinap ke keramaian dan menghilang.“Ya Tuhan, kamu tidak apa-apa, Angela?” teriak Sebastian di antara teriakan kepanikan“Aku baik-baik saja.”“Tetap menunduk beberapa... Oh, sialan,” Sebasti
Pria itu menurunkan camera, sebuah seringai tampak di wajahnya. Ia tadi memang berada di pemakaman dan saat suasana memungkinkan ia segera kembali ke mobilnya dan mengamati tiap peristiwa melalui kameranya.Ia memang sudah menduga bahwa mereka akan saling serang, ia hanya tidak menduga bahwa itu akan terjadi begitu cepat. Setiap salah satu dari mereka pergi ke luar kota bulan kemarin, pria itu membuntutinya.Biasanya akan mendapatkan hadiah dari perjalanannya berupa rahasia-rahasia baru yang ia tahu tidak akan diungkapkan mereka, dan malam ini bukanlah pengecualian.“Malam ini adalah malam keberuntunganku.”Sekarang jumlah mereka tinggal sedikit. Apa yang telah mereka lakukan saat ini justru mempermudah pekerjaannya. Ia tahu, ia akan menjadi satu-satunya target tersangka. Tapi ia berani bertaruh, hingga beberapa puluh tahun kedepan, baik Sebastian apalagi kepolisian tidak akan tahu tentang identitas aslinya.Pria itu memandangi hasil foto yang baru saja ia ambil di kameranya. “Rencana
Sudah ada sekitar selusin gadis cantik di bar, tapi pria itu tahu persis mana yang akan diajaknya pulang. Ia sudah mengetahuinya selama lima tahun yang sangat panjang, sejak keluarga itu mengambil satu-satunya orang yang paling berharga dalam hidupnya.Mereka mengambil nyawanya saat menghancurkan hidup Liza. Mereka mengira mereka begitu pintar, begitu cerdas. Tapi John,Viona, dan Henry sudah mati. Dan gadis itu juga sebentar lagi akan menyusul mereka.Hasrat membakar kulit pria itu kala ia langkah kakinya mulai mendekat. Apapun respon wanita itu, akhirnya tetap akan sama. Dia tetap akan mati di tangannya.“Permisi,”kata pria itu di tengah kerasnya lagu yang dimainkan oleh band.Wanita itu menoleh, tangannya terangkat mencegah tiga orang penjaga keamanan yang mendekat siaga. Sorot matanya menyipit, memandangi pria itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sorot matanya menajam karena hatinya mulai tertarik.Wanita itu memiringkan kepalanya. “Oh my God! I know you, Handsome. You... Zoe,
Sebastian mengantar Angela sampai ke depan pintu rumah. Pria itu merasa bahwa tidak seharusnya ia pergi malam ini, minimal ia harus menemani sampai Angela terlelap. Tapi, beberapa hal terlalu mendesak untuk bisa ia abaikan. Ia bahkan meminta supir pribadinya untuk pulang dan menyetir sendiri.“Kamu yakin tidak mau menemaniku dulu sebentar malam ini?” tanya Angela. “Ada wine enak yang belum kubagi denganmu.”Sebastian menghela nafas. Ia membingkai wajah Angela dengan tangan kokohnya lalu membelainya lembut. “Keinginanku lebih besar dari yang kamu tahu, Sayang. Tapi, kamu tahu, hal ini tidak bisa ditunda.”Wanita itu terlihat kecewa tapi ia pandai menutupinya dengan senyuman. “Baiklah, segera pulang setelah urusanmu selesai.”Apa yang kau lakukan, Angela? Maki Angela dalam hatinya. Ia tidak terbiasa merasa kecewa ketika Sebastian lebih memilih pekerjaannya dibandingkan dirinya. Tapi situasi malam ini begitu buruk. Ya, Angela lebih tahu dari siapapun di dunia ini.Sebastian mendekapnya l
“Apa kabar, Angela?” Suara berat laki-laki itu menyapanya.Sekujur badan Angela merinding. “Anthony?”Ujung bibir Anthony melengkung ke atas sedikit. Sialan, orang ini. Anthony tahu bahwa ia takut tapi sekaligus penasaran dibuatnya, dan pengetahuan itu memberinya kekuasaan atas diri Angela, dan Angela tidak ingin laki-laki itu punya perasaan semacam itu.“Apa kau gila? Kau masuk ke ranah pribadi milik orang lain dan itu jelas melanggar hukum.”Ketika Angela menarik napas panjang untuk menenangkan diri, tatapan Anthony beralih dari wajah Angela ke dadanya yang naik turun. Hawa panas karena jengah merambati leher dan wajah Angela. Ia bersyukur hari sudah malam, dan penerangan di taman itu lembut dan temaram.Senyum Anthony semakin lebar. Ia mendekat sekali lagi, membuat tubuh mereka dekat sekali, nyaris saling menempel. “Aku kesini untuk menemuimu.”“Ada apa denganmu? Kau tidak pernah seperti ini, Anthony.” Suaranya terdengar bergetar, bahkan untuk telinganya sendiri. “Pergilah, dan ak
Pria itu berdiri di dekat jendela sambil memperhatikan Anthony meninggalkan Angela. Seandainya laki-laki itu tidak pergi, ia terpaksa harus memunculkan diri. Karena jika tidak, itu akan mencoreng reputasinya di depan Sebastian dan ia tidak ingin itu terjadi.Ia masih membutuhkan namanya tetap terlihat baik dan bersih setidaknya sampai misi ini selesai.Pikirannya penuh dengan pertanyaan, Untuk apa Anthony nekat masuk ke rumah ini? Apa yang dikatakannya pada Angela? Dan mengapa Angela tidak segera melaporkannya pada petugas keamanan?Pria itu memeriksa rekaman CCTV dari ponselnya. Ya, sejak ia bertekad ingin menghancurkan keluarga ini, segala aktifitas di rumah Sebastian terekam jelas lewat layar ponselnya. Keningnya berkerut lalu bibirnya menyeringai kesal saat melihat rekaman CCTV.Gelap. Layar menuju ruang taman belakang mati. Begitu pula dengan CCTV belakang rumah dan sekitarnya. Tapi walau CCTV nya mati, bagaimana dengan para penjaga? Kemampuan menembak dan beladiri mereka tidak
Erick menjentikkan jarinya ketika ia selesai memainkan tuts keyboard. “Selesai!”Sebastian melirik layar laptop, tidak terlalu bersemangat. Ia malah teringat dengan kasus lain yang tiba-tiba muncul dalam pikirannya. “Bagaimana dengan kemungkinan situs yang kuberikan padamu tempo hari? Apakah kau berhasil menemukannya?”“Aku agak sibuk, kau tahu.” Erick mengangkat bahunya. “Tapi, kau mempercayai orang yang tepat!”“Maksudmu kau berhasil menemukannya?”“Aku bertanya-tanya kapan kau akan menagih kasus itu.Aku kira kau sudah lupa.”“Aku agak sibuk,” kata Sebastian. Itu wajar. Ia menyerahkan file dokumen itu dari ruang bawah tanah pria tua itu sekitar satu tahun yang lalu dan melupakannya untuk sementara waktu karena beberapa kejadian yang terjadi belakangan ini.“Apa yang sudah kau dapat sejauh ini?”“Neraka kekacauan,” kata Erick kesal, lalu menghela nafas. “Maaf, aku terbawa emosi. Sesuatu yang aku temukan benar-benar membuatku muak.”“Lanjutkan.”“Aku menemukan satu situs yang terhubun