"Lebih baik kau menjadi janda, dari pada terus ditinggal seperti ini Mona."
Mona, wanita cantik bertubuh seksi itu hanya bisa tersenyum. Sudah menjadi makanan sehari-hari, ketika para tetangga itu menggunjingnya. Dengan penuh kesabaran, Mona selalu menahan amarahnya."Suamiku itu bukan pergi tanpa alasan yang jelas. Dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kami setiap harinya," ucap wanita cantik itu, dengan senyum indahnya."Ah itu cuma alasan, bagaimana jika dia menemukan wanita idaman lain di luar sana?"Mona sudah sangat lelah mendengar semua ocehan tetangganya itu. Dia berpikir, lebih baik pergi daripada bertengkar dengan mereka."Maaf ya Ibu, saya masih ada urusan di rumah. Permisi.."Sebuah alasan yang membuat Mona bisa pergi dari kerumunan ibu-ibu tukang gosip itu. Walaupun mungkin nantinya dia akan digosipkan lebih parah dari pada ini. Itu tidak masalah, asalkan semua gunjingan itu tidak dia dengar lagi.Mona, dia hidup sendiri di sebuah rumah mewah. Wanita cantik itu memiliki seorang suami yang baik dan juga kaya raya bernama Raka. Namun lelaki itu bekerja di luar negeri, sehingga tidak bisa selalu melihat sang istri setiap saat. Situasi ini membuat Mona merasa begitu kesepian, dia tidak bisa merasakan kehangatan seorang suami yang begitu dirindukannya. Hanya sebuah telpon dan pesan singkat yang Mona terima setiap saatnya, tidak ada kemesraan atau pun hubungan ranjang yang panas.Sebagai seorang yang sangat sibuk, Raka hanya bisa memanjakan sang istri dengan uang yang berlimpah. Satu bulan sekali dia mungkin pulang, namun setelahnya pergi untuk waktu yang lebih lama lagi. Semua itu membuat Mona tidak merasa bahagia. Namun demi sebuah perasaan yang ada di dalam hatinya, dia tetap bertahan.Uang dan keduniaan memanglah penting, namun jika waktu yang di miliki kurang, apa gunanya semua itu? Mona hanya ingin perhatian, dia hanya ingin sebuah kasih sayang dari sang suami. Semua itu masih belum dia dapatkan, bahkan sebuah kabar saja rasanya sulit sekali.Terkadang Mona sempat berfikir, apakah hubungan rumah tangganya akan berakhir seperti ini?"Kakak? Kak Mona?"Suara seorang lelaki membuat wanita cantik itu menatap ke belakang. Dia melihat sang adik ipar dengan sebuah kantong kresek yang ada di tangan kanannya. Andri, itulah namanya.Seperti biasa, Andri selalu mengantarkan makanan yang dibuatkan oleh mertuanya dari rumah. Sebuah perhatian kecil agar Mona tidak terlalu merasa kesepian di rumah, terlebih karena wanita itu masih belum memiliki seorang keturunan. Sebagai seorang adik ipar yang baik, Andri hanya berusaha untuk menuruti apa yang di perintahkan oleh Raka sang kakak. Setidaknya untuk sering mengunjungi Mona di rumah."Andri, sejak kapan kau di sana?"Mona tersenyum sembari menghampiri sang adik ipar yang berdiri di ambang pintu, dia menepuk bahunya pelan untuk bergurau."Kenapa diam di sana? Apa kau seorang pengantar paket? Masuklah Andri, ini bukan rumah orang lain. Ini adalah rumah kakakmu," ucap Mona kepada lelaki itu.Andri tersenyum kecil, "Bukan begitu. Kakak kan tinggal di sini sendirian, jadi tidak enak juga jika langsung masuk seperti yang Kakak pinta.""Kau ini bicara apa? Cepat masuklah! Aku akan membuatkan kau kopi atau teh."Mona menarik lengan adik iparnya itu, mau tidak mau Andri pun duduk di sana. Lelaki itu sempat malu karena merasa tidak enak jika harus seperti ini, iya mungkin karena sebuah hal."Ibu memasakkan Kakak sup iga, dan aku juga membeli Boba tadi ketika di perjalanan."Andri menyodorkan apa yang dia bawa dalam kantong kresek itu, Mona pun langsung tersenyum ketika melihat apa yang ada dihadapannya. Sebuah minuman yang sangat dia suka."Baik sekali, kalau begitu aku tidak jadi membuat minum. Lebih baik duduk manis di sini saja bersamamu."Mona duduk tepat di hadapan Andri, namun lelaki itu malah memalingkan pandangannya. Bukan tanpa sebab, tapi karena Mona duduk dengan kaki terbuka sehingga dalaman wanita itu sampai terlihat oleh Andri. Entah sadar atau tidak, yang jelas hal itu membuat Andri malu sendiri.Apa dia sengaja? Astaga miliknya terlihat jelas seperti itu. Kak Mona, apa kau sedang menguji kesabaran ku lagi? Batin Andri resah.Lelaki tampan itu berpura-pura untuk menatap ponselnya, sedangkan Mona masih santai menyantap makanan dan juga minuman yang dibawa oleh Andri."Kau tidak makan? Hey Andri?" Tanya Mona kepada lelaki di hadapannya."Tidak, aku sudah makan di rumah tadi. Oh iya Kak, ngomong-ngomong kak Raka kapan pulang? Rasanya bulan ini dia jarang sekali membalas pesan dariku," ucap Andri kepada sang Kakak ipar."Entahlah Andri, Kakakmu itu selalu mengatakan sibuk dan sibuk. Entah apalagi yang ingin dia kejar, padahal sebagai seorang istri aku tidak terlalu meminta apapun. Aku hanya ingin jika Raka berada di Indonesia lebih lama."Wajah Mona terlihat sangat sedih sekarang, apalagi ketika Andri membicarakan tentang suaminya. Raka, dia selalu fokus dengan pekerjaannya. Mungkin hanya uang dan juga posisi yang dia cari saat ini, padahal Mona juga membutuhkan kasih sayang dari suaminya itu. Dia sudah cukup menderita dengan rasa kesepian ini, tidak ada yang bisa dilakukan kecuali menelannya sendiri.Andri, mungkin hanya dia yang sering mengunjungi Mona di sini. Karena kedua orang tuanya sudah meninggal, belum lagi dengan sang mertua yang selalu sibuk. Jadi spa yang bisa Mona lakukan? Tidak ada.Mona hidup sendiri di rumah mewah ini, tanpa ada anak ataupun orang yang bisa mengerti dirinya. Jika boleh memilih, kenapa dia harus mau menikah dengan Raka? Jika pada akhirnya hanya kesepian yang dia dapatkan."Kak? Apa Kakak baik-baik saja? Maaf jika pertanyaan ku membuat Kakak merasa sedih."Lelaki tampan itu pindah ke tempat sang kakak ipar duduk, dia mengusap lengannya agar Mona tidak merasa sedih lagi. Namun apa yang dirasakan oleh wanita itu? Dia malah merasakan sensasi yang berbeda. Sebuah sentuhan itu membuat si wanita kesepian terangsang dibuatnya. Andri, kau sudah salah langkah sekarang!Mona sadarlah! Dia bukan siapa-siapa kecuali adik ipar mu sendiri. Jangan berpikir macam-macam! Sadarlah Mona! Batin wanita itu.Mona bangun dari tempatnya duduk, "Tidak ada Ndri, oh iya maaf Kakak ingin ke belakang dulu. Kau ingin dibuatkan sesuatu?""Tidak, oh iya Kak kalau begitu aku pamit pulang saja. Maaf untuk yang tadi, jika Kakak mau besok kita pergi keluar. Iya setidaknya agar Kakak tidak merasa terus kesepian di rumah."Andri tersenyum manis, dia juga langsung mengambil kunci motor yang ada di atas meja itu lalu pulang. Mona hanya bisa menatapnya dari jauh, bahkan ajakan dari adik iparnya itu masih belum dia jawab. Namun dia yakin jika Andri akan kembali datang besoknya."Apa yang harus aku lakukan? Apakah dia benar-benar ingin mengajakku keluar? Astaga, kenapa akhir-akhir ini aku dekat sekali dengan Andri?"Mona mungkin sadar, jika akhir-akhir ini dia sangat dekat dengan adik iparnya itu. Mungkin karena sang suami sendiri yang meminta Andri untuk sering mengunjungi istrinya di rumah. Padahal itu bukan ide yang bagus, terlebih karena di masa lalu, Andri sempat menyukai kakak iparnya itu."Apa uang yang aku kirim sudah habis?"Sebuah pertanyaan yang Raka tanyakan ketika menelpon istrinya, kedua orang itu sedang melakukan panggilan video call sekarang. Mona terlihat begitu senang karena bisa melihat wajah sang suami tercinta. Walau pun mungkin tidak bisa dia lakukan secara langsung.Namun ada satu hal yang disayangkan, karena Raka tidak menanyakan keadaan sang istri. Dia malah sibuk dengan uang yang mungkin Mona masih miliki."Kau jangan pikirkan tentang hal itu, karena uang yang kau berikan masih aku simpan. Dan mungkin sudah membengkak di rekening."Mona menjawab dengan nada penuh kekecewaan, apakah suaminya hanya memikirkan tentang uang? Apakah dia tidak berfikir bagaimana perasaan sang istri sekarang? Mona sudah sangat merindukan suaminya itu, namun dia masih belum pulang ke rumah untuk menemuinya."Sayang, kapan kau akan pulang? Bukankah ini sudah hampir tanggal 30? Kenapa masih belum pulang ke Indonesia?" Tanya Mona dalam panggilan video itu.Raka terdiam sebentar
"Aduh!"Kaki lelaki itu menendang meja yang ada di hadapannya, dia refleks mengumpat karena sakit. Bahkan hingga membuat wanita yang tertidur lelap itu bangun."Loh, Andri? Kapan kau datang?"Kedua orang itu saling menatap satu sama lain, memikirkan pikiran negatif mereka masing-masing. Mona menutupi pahanya yang sempat terekspos, apalagi setelah tahu jika Andri melihatnya dengan tatapan yang tidak biasa. Lelaki itu memang sedikit tidak bisa mengontrol dirinya, terlebih tentang bagian bawahnya yang mulai mengetat itu. Karena takut terlihat oleh sang kakak ipar, Andri refleks menutup miliknya dengan tangan kekarnya.Dia itu kenapa? Kenapa dia menutupi celananya? Astaga Mona, bagaimana jika dia melihatmu ketika sedang tidur tadi? Mampus aku. Batin wanita itu resah.Mona terlihat sangat cemas, dia sangat takut jika sampai Andri melihatnya. Melihat hal yang tidak seharusnya dia lihat sebagai seorang adik ipar."Aku baru saja datang Kak. Oh iya, bukankah aku sudah mengatakan jika kita akan
"Apa di rumah Kakak tidak ada siapa-siapa?" Tanya Andri."Tidak, memangnya kenapa? Kau sedang memikirkan sesuatu yang mesum ya?"Wajah lelaki itu langsung memerah, dia merasa malu sendiri dengan ucapannya. Padahal maksud Andri adalah, dia ingin tahu ada siapa dirumahnya. Namun sang kakak ipar malah berpikiran ke arah yang berbeda. Hal ini membuat Andri terlihat seperti lelaki mesum. Padahal Mona sendiri tahu, jika adik iparnya bukan lelaki yang seperti itu."Jangan salah paham Kak, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya memastikan jika nanti para tetangga tidak akan berpikiran macam-macam kepada kita," ucap Andri kepada wanita itu.Mona menepuk pundak adik iparnya itu, "Kenapa harus berpikiran macam-macam? Lagi pula kita ini kan saudara ipar, bukan siapa-siapa."Yang dikatakan kakak iparnya itu benar. Mereka hanya saudara ipar, tapi tetap saja beberapa orang pasti akan berpikiran berbeda. Mereka mungkin akan mulai menyebarkan gosip baru, bahkan lebih parah dari yang keduanya pikir
"Eh.. sudah bangun rupanya. Mimpi apa kau ini Ndri? Lucu sekali, karena sampai menyebut namaku.""Hah, aku menyebut nama Kakak?"Seketika Andri bingung harus menjawab apa, terlebih karena dia sudah memimpikan sebuah hal mesum yang tidak pantas untuk di bicarakan. Miliknya bahkan sampai bangun, ketika mengingat secara detail mimpi yang baru saja dia alami.Bagaimana Andri bisa bermimpi seperti itu? Bercinta dengan wanita yang tak lain adalah kakak iparnya sendiri. Ini bukanlah hal baik, Andri harus membuang pikrian kotor itu jauh-jauh. Mungkin karena seharian bersama dengan wanita cantik itu, pikriannya mulai tak karuan."Andri, kau kenapa?" Tanya Mona. Wanita cantik itu kebingungan karena melihat adik iparnya melamun seperti itu. Apa yang sedang Andri pikirkan? Membuat dia semakin penasaran saja."Eh maaf Kak, kepalaku masih pusing. Oh iya jam berapa ini? Sepertinya aku harus segera pulang," ucap lelaki itu. Andri seolah sedang menghindari pembicaraan dengan kakak iparnya itu.Mona me
"Kau itu terlalu cantik untuk menderita, jadi bagaimana jika kita bersenang-senang?""Bersenang-senang apa Ndri?"Otak wanita cantik itu langsung berkeliaran kemana-mana. Mungkin karena mendengar kata bersenang-senang langsung dari mulutnya. Padahal mungkin, kata bersenang-senang yang di ucapkan oleh Andri, berati hal lain.Pelukan itu sangat hangat, hingga membuat Mona merasakan kenyamanan. Dia menatap sang adik ipar, dalam sekali. Sedangkan Andri hanya tersenyum, dengan pelukan yang masih begitu erat."Apa yang sedang Kakak pikirkan? Wajah kak Mona merah seperti itu," bisik Andri. Mona memang sedang membayangkan yang tidak-tidak. Terlebih ketika pelukan yang dia rasakan begitu dalam sekali. Sebuah benda asing pun kian wanita itu rasakan, hangat dan sedikit menonjol."Aku tidak memikirkan apapun, wajahku merah karena gerah!" Tegas Mona pada adik iparnya itu."Bohong, Kakak pasti sedang memikirkan yang tidak-tidak. Aku tahu itu loh kak Mona.."Andri senang sekali menggoda kakak iparn
"Kau yakin wanita itu akan datang kemari?"Seorang wanita paruh baya sedang makan dengan lahapnya, dia terlihat begitu sibuk dengan notepad yang ada atas meja makan itu. Kania. Dia adalah ibu dari Andri dan juga Raka, mertua Mona. Wanita paruh baya itu memang jarang sekali terlihat di rumah, dia selalu sibuk dengan pekerjaan kantor yang begitu menumpuk. Seperti hari ini, rencananya untuk libur harus gagal karena rapat dadakan di kantor. Padahal menantunya sendiri akan datang dengan maksud yang baik, Mona ingin bertemu dengan ibu dari lelaki yang dia cintai."Iya, Mona akan datang kemari. Tidak bisakah Ibu libur hari ini saja? Kak Mona begitu kesepian di rumah, jadi dia aku ajak main kemari saja."Andri memang bermaksud baik, dia ingin membuat kakak iparnya itu bahagia. Di hari-harinya yang penuh dengan perasaan sepi, setidaknya wanita itu akan merasa terhibur di sini. Bertemu dengan mertua, dan juga adik iparnya. Namun sayang, Kania adalah tipikal orang yang sibuk. Dia sangat menyuka
“Lupakan saja lelaki brengsek itu! Kau hanya akan sedih jika terus mencintainya!”Sebuah kata-kata yang membuat Mona membulatkan matanya. Dia menatap sang adik kakak yang terlihat penuh dengan amarah. Apa yang terjadi dengan lelaki itu? Kenapa Andri tiba-tiba berbicara seperti itu padanya?Dia meminta Mona untuk melupakan Raka, sang suami. Padahal selama ini, Andri sendiri yang berusaha untuk berpikir positif pada kakaknya itu. Raka sibuk bekerja di sana, sehingga tidak memiliki waktu yang banyak untuk keluarganya sendiri. Hal yang begitu dipercaya oleh Andri.Namun sekarang kenapa cara berpikirnya tiba-tiba berubah? “Kenapa kau berbicara seperti itu Andri? Dia itu Kakakmu, kau tidak boleh berbicara hal yang buruk tentangnya. Bukankah kau sendiri tahu jika Raka sangat sibuk dengan pekerjaannya? Jadi aku akan sangat mengerti.”Mona berusaha untuk selalu berpikiran positif, walaupun pada kenyataan hatinya merasa risau. Dia hanya ingin pernikahannya dengan lelaki yang begitu dia cintai
Tubuh Mona terasa begitu gelisah. Ciuman yang dilakukan oleh adik iparnya itu berhasil membuat birahinya naik. Dia tidak tahan lagi, terlebih karena Mona sudah lama tidak mendapatkan sentuhan dari sang suami. Lelaki itu berhasil mengisi kesepian di dalam hatinya, hingga membangkitkan gairah yang selalu wanita itu tahan setiap saat.Ciuman yang semakin membara itu terhenti oleh dorongan yang dilakukan Mona. Membuat Andri menatap kakak iparnya dengan penuh kebingungan. Kenapa wanita itu menghentikan ciuman mereka? Apakah Mona merasa menyesal?"Ada apa?" Tanya Andri pada kakak iparnya itu."Ini terlalu berlebihan. Lebih baik kita hentikan saja Andri," ucap wanita itu.Mona berusaha untuk lepas dari dekapan lelaki itu, namun Andri menahannya. Dia sudah terpancing nafsunya oleh Mona, tapi wanita itu malah meminta untuk berhenti. Rasanya tanggung sekali, apalagi milik Andri sudah menegang seperti ini."Aku tidak ingin menghentikan permainan ini. Kau yang sudah memulai semuanya Kak, jadi jan
"Lebam? Kau yakin jika itu ulah Kakakmu?"Kania menatap serius pada putra bungsunya itu, dia memastikan jika ini bukanlah bualan yang dibuat oleh Andri. Kania hanya khawatir, jika menantunya itu membuat sebuah fitnah, agar Raka semakin terpojokkan. Memanfaatkan kepolosan Andri sebagai jalan. Benar-benar wanita licik yang hanya mementingkan harta dan kedudukan."Bu, bisa saja lelaki itu marah dan melampiaskan semuanya amarahnya pada kak Mona. Bukanlah Ibu lihat? Bagaimana Kakak begitu kesalnya mendengar kedudukan yang selama ini dia miliki, Ibu berikan padaku. Lelaki itu memiliki temperamen yang buruk," ucap Andri pada sang Ibu."Iya aku memang melihat tempramen lelaki itu berbeda dari sebelumnya, iya mungkin karena keadaan yang dia rasakan saat ini. Namun apapun itu, kau tidak berhak ikut campur dalam urusan rumah tangga Kakakmu. Biarkan saja meraka mengurus masalah mereka masing-masing Andri," ucap Kania pada putranya itu.Andri bingung harus berkata apa lagi, dia seolah dibatasi ten
"Sialan!"Andri mengumpat kesal, dengan wajah paniknya. Bukan hanya lelaki itu saja, tetapi Mona juga. Kedua orang yang sudah ketahuan basah tengah bercinta di ruangan terbuka itu, tidak bisa berkata-kata lagi. Mereka saling menatap, sembari memperbaiki penampilan yang acak-acakan. Mona benar-benar bingung, bagaimana jika kejadian ini sampai kepada suami dan mertuanya?!"Apa yang kau lihat? Pergi sana!"Lelaki itu membentak wanita paruh baya yang sejak tadi masih berdiri kaku memandang dirinya. Itu adalah bi Mina, pembantu yang sudah bekerja bersama keluarganya 20 tahun. Dia sangat syok, melihat pemandangan yang tidak menyenangkan seperti ini. Namun apapun itu, dia tidak bisa menegur bahkan menasehati majikan kesayangannya itu."Maafkan Bibi, permisi..."Bi Mina pergi meninggalkan kedua pasangan yang masih terengah-engah itu, berusaha tidak ikut campur tentang apa yang terjadi. Sementara Mona sibuk mencari cara, agar hal buruk tidak menimpanya."Andri bagaimana ini? Dia pasti mengadu
"Office boy??"Mona membulatkan matanya, mendengar cerita dari suaminya itu. Mertua yang begitu dia hormati, mulai bertindak diluar nalar terhadap Raka, setelah kejadian yang menimpanya beberapa waktu yang lalu. Satu kesalahan lelaki itu lakukan, namun Kania membalasnya dengan banyak hal yang cukup mengejutkan. Dari mulai mencabut jabatan, hingga kehidupan mewah yang selama ini Raka rasakan. Mona pun ikut terjerat dalam situasi ini, karena dia adalah istrinya. Walaupun sang ibu mertua tidak menyalahkan dia atas apapun, tetap saja Mona merasa ikut terpojokkan sekarang ini.Sekarang, sebuah pekerjaan baru Raka lakoni. Posisi yang tidak pernah dia bayangkan seumur hidupnya. Bagaimana nanti orang-orang akan menilai dirinya? Jika seorang bos besar seperti dirinya, kini tak memiliki kekuasaan apapun. "Aku tidak habis pikir, bagaimana bisa wanita tua itu memberiku pekerjaan yang sangat rendah seperti itu. Apa anak sialan itu yang meminta Ibu melakukannya?!" Gerutu Raka pada sang istri.Mona
"Jadi kau memutuskan untuk bergabung dengan perusahaan pusat?"Kania menatap serius wajah putra bungsunya itu, dia merasa kaget karena keputusan Andri yang mendadak seperti ini. Setelah menaklukkan perusahaan yang dia rebut dari kakaknya, dia menginginkan perusahaan pusat yang ibu nya kuasai. Karena dengan begitu, Andri bisa leluasa mengawasi Mona dari kakaknya yang brengsek itu. Dia juga sedang menyiapkan rencana yang akan merusak rumah tangga Mona dan sang suami. Setelah itu dia akan memiliki wanita yang sangat dia cintai itu."Memangnya aku tidak boleh ikut bergabung dengan perusahaan kesayangan ibu itu? Bukankah aku juga anak kesayangan Ibu?" tanya Andri dengan senyuman kecil diwajahnya.Kania tertawa mendengar ucapan lelaki itu. Sejak kapan dia bersikap manis seperti ini? Karena sejak awal Andri tidak pernah tertarik sedikitpun dengan yang namanya dunia bisnis. Dia bahkan selalu marah jika disangkut pautkan dengan hal seperti itu. Namun sekarang? Lelaki itu sangat terobsesi, seol
"Apa yang terjadi dengan wajahmu? Siapa yang melakukan semua ini Mona?!"Andri dibuat syok dengan keadaan wajah Mona yang penuh dengan memar. Setelah cukup jauh diperjalanan dan menahan perasaan rindu, lelaki ini malah dibuat syok setengah mati. Wanita yang dia cintai penuh dengan luka lebam, bahkan raut wajahnya penuh dengan rasa takut. "Raka, dia menyiksaku setiap hari Andri."Mata lelaki itu semakin membulat sempurna, ketika tahu sang kakak lah yang melakukan semua ini pada kekasihnya Mona. Sebuah fakta yang sangat mengejutkan, dan benar-benar tidak bisa termaafkan. Emosi lelaki itu jelas memuncak, mengetahui wanita yang sangat dia cintai di perlakukan seperti ini. "Lelaki sialan! Berani sekali dia berbuat seperti ini padamu. Kenapa kau tidak bilang padaku dari awal hah? Kenapa kau biarkan Kakakku menyiksamu seperti ini?!"Hati Andri rasanya remuk, hancur, tak berbentuk. Dia tidak bisa berkata-kata lagi dengan kondisi yang sedang Mona alami sekarang. Ini mungkin jawaban dari semu
"Kau senang melihat suamimu hancur? Bukankah ini yang kau tunggu-tunggu selama ini Mona?"Sudah hampir sebulan Raka tidak kembali ke perusahaan itu, mengurus bisnis keluarga yang dulu dia jalani setiap harinya. Kini lelaki itu sudah menganggur, tak diperlukan lagi oleh ibunya. Setiap Minggu dia hanya mendapat jatah uang dari Kania, untuk hidup sehari-hari. Uang di dalam tabungannya tidak cukup banyak, karena dia berikan pada wanita selingkuhannya. Namun hubungan mereka benar-benar berakhir, karena Raka tak memiliki apapun lagi. Andri adalah orang paling penting di perusahaan sekarang, dan semua orang menghormatinya. Raka merasa iri sekali."Kau bicara apa? Apa kehadiranku disini tidak cukup untuk membuktikan apapun Raka?"Mona menahan amarahnya, dengan menusuk roti di atas piring itu dengan garpu. Selama Raka berada dirumah, dia tidak bisa melakukan apapun kecuali melayani lelaki itu. Mona juga harus menahan rasa rindunya pada sang kekasih karena lelaki ini. Andri, entah kapan mereka
"Tidak bisa katanya? Kau pikir bisa lepas dariku begitu saja Mona? Jangan harap."Andri terlihat sangat kesal dengan lengan yang mengepal kuat, dia bahkan melampiaskan semua amarahnya pada dedaunan yang berjejer di jalanan. Setelah mengantar wanita itu pulang, Andri tidak berniat sedikitpun untuk mampir. Dia sudah sangat marah, kesal, dan takut mengontrol emosinya. Kata-kata yang keluar dari mulut Mona membuat hatinya sakit dan kecewa. Wanita itu seakan menolak ajakannya untuk menikah, bahkan melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius lagi. Padahal Andri sudah hampir berhasil, membuat rumah tangga kakaknya hancur. Dia tidak perduli tentang apa yang terjadi, jika Mona menjadi janda, maka kesempatan memilikinya lebih besar lagi."Lihat saja, bagaimana aku menghancurkan rumah tanggamu sialan!"Lelaki itu masuk ke dalam kamarnya, lalu berbaring di atas ranjang yang empuk. Sejak tadi suara ketukan pintu terus menggangu, namun Andri membiarkannya. Itu adalah sang kakak yang mu
"Mona, tinggalkan saja kakakku ini. Dia bukan lelaki yang bisa membuatmu bahagia.""Bicara apa kau brengsek!"Raka semakin terpancing emosinya, dia mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa ditebak oleh Mona. Dia begitu kasar, dengan gestur tubuh yang mendukung. Andri hanya menatapnya dengan senyuman tipis, dia akan membuat lelaki itu mengeluarkan sifat aslinya. karena dengan begitu, sang istri akan semakin muak padanya."Kenapa? kakak tidak suka aku mengatakan itu?" pancing Andri kepada Kakaknya."Kau ingin mencari muka? tidak kusangka sifatmu itu benar-benar licik," ucap Raka dengan smirk khas di wajahnya. "Iya, aku memang licik. Seperti yang kau lihat sekarang ini."Mona tidak mengerti tentang apa yang mereka bicarakan, keduanya seperti sedang memperebutkan sesuatu. Posisi, mungkin Andri berusaha untuk mengambil hak yang dimiliki Raka sekarang. Kedua pertikaian lelaki itu semakin memanas, bahkan kini Raka tak segan untuk mendorong adiknya. Mona memang cukup senang jika sampai Andri
Mona mungkin sudah tahu kemana jalan ucapan dari Andri, namun dia berusaha untuk bersandiwara. Walaupun sebenarnya dia sudah sangat gemas dengan situasi ini, tidak tahan untuk segera membongkar kebusukan suaminya. Dia yang menyebabkan hidupnya hancur, terbelenggu dalam kehidupan rumah tangga yang semu. Tak ada kata kebahagiaan, karena yang ada adalah derita. Jika saja boleh memilih, Mona mungkin akan menikahi adik iparnya. Lelaki yang kini, lebih mengerti dirinya dari siapapun."Apa yang kau sembunyikan dariku Raka?" tanya Mona pada lelaki itu.Raka tertawa kecil, "Apa yang kau bicarakan? Tidak ada hal yang aku sembunyikan disini.""Jangan bersandiwara lagi Kak, wanita itu harus mengetahui apa yang kau lakukan."Andri mulai memancing perdebatan, dia ingin hubungan pasangan suami istri itu benar-benar hancur. Mona tidak akan terikat lagi dengan kakaknya, dan dia bisa dengan bebas memiliki wanita itu.Egois? ini bukan saatnya membicarakan tentang hal itu. Kebahagiaan Mona adalah hal pal