Tiga jam waktu berlalu begitu lambat. Sejak satu jam yang lalu, Austin, Bella, Ethan, Della, Kenan, Siska, dan Eleanor tiba di Copenhagen.Sedangkan Max dan Finley melanjutkan eksekusi mereka kepada perusahaan milik Raul dan orang tua Tasha. Di mana Hana dan Rose, istri mereka di minta untuk menjaga anak-anak yang lain.Lampu merah yang ada di ruang operasi masih saja menyala, menandakan Arion masih mendapatkan penanganan. Sedangkan di ruang ICU, di balik kaca, mereka hanya dapat melihat Emily yang masih terbaring di atas bangsal tak sadarkan diri dengan selang yang tertancap di tubuhnya.Ethan berusaha terlihat tegar untuk sang istri. Di mana Della terus menangis melihat putrinya itu di balik kaca.Reynard sendiri belum sadarkan diri dari obat biusnya, “Boleh kamu yang temani, Reynard di sini nak?” ucap Siska lembut kepada Eleanor yang terus duduk di sisi ranjang bangsal milik Reynard.“Iya aunty, aku akan memanggil aunty jika Rey sudah sadar.” Jawabnya dengan suara terisak.“Hmm, au
“Oh my… Emily…” gumam Della dengan mata berkaca-kaca. Ia memegang erat suaminya.Ethan tersenyum hangat kepada Dokter, “Terima kasih, Dok. Ini adalah kabar membahagiakan.” Ucapnya tulus.Dokter mengangguk, “Sama-sama. Kita doakan agar Emily bisa segera siuman.”“Iya dok.”Dokter pun berpamitan kepada Ethan dan Della. Tepat setelah dokter menjauh dari mereka. Della segera memeluk lalu menatap wajah sang suami.“Sayang, Emily…” Gumam Della, kabar yang tiba-tiba ini sangat mengejutkan dirinya. Ia tak tahu bagaimana harus bereaksi, Senang? Marah? Kecewa? Sedih? Bersyukur?Ethan mengusap lembut wajah sang istri, “Bukankah itu kabar yang membahagiakan? Kita berdua akan segera memiliki cucu…?”“Iyah, dan menurut kamu sayang? Apa Emily tahu jika ia sedang hamil saat ini?”“Kalau mengenai hal itu, biar nanti kita tanyakan langsung ketika Emily siuman, hmm?”“Iyah… Oh my! Emily ku sayang…. Apa yang sudah ia lewati hari ini. Aku harap dia tidak mengalami trauma.” Lirih Della masuk ke dalam peluk
Mendapatkan persetujuan dari Dokter, Emily akhirnya bisa duduk di atas kursi roda. Ethan mendorong kursi roda dengan hati-hati. Membawa putrinya itu ke ruangan Arion. “Emily…?” Elenor yang mendengar kabar Emily siuman segera berlari keluar dari ruangan Reynard. Emily tersenyum simpul, sedangkan Eleanor segera berlutut di depan Emily dan memeluk sahabt layaknya saudara perempuannya sendiri. “Maaf… maaf em… Seharusnya aku… mencegah kamu bertemu dengan wanita gila itu… hiks…hiks…” lirihnya terisak, rasa bersalah menggerogoti dirinya. Tangan Eleanor naik menyentuh wajah Emily yang penuh luka lebam. Emily menggelengkan kepalanya pelan, “Tidak Lea, kamu tidak salah apa-apa. Di sini aku yang salah,” Emily berhenti, dan kembali melanjutkan apa yang ia sadari, “jika saja… jika saja, aku mendengar nasihat Arion, mereka tidak akan terluka seperti ini.” Emily menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ia menangis sendu. Eleanor memeluk sahabatnya itu. Tak ada yang terucap antara mere
Begitu berpamitan dan saling berpelukan dengan Bella dan Austin, Emily izin pamit dan mengucapkan maaf, dengan suara sendu, tidak dapat menahan air matanya kembali. “Jadi, bagaimana sayang? Kamu sudah bicara sama Arion?” tanya Della dengan lembut kepada Emily saat mereka memasuki lift. Emily mengangguk lemah, “Tapi dia tidak mendengarnya mam, dan itu membuat aku bersyukur.” Ucapnya lirih. “Kamu tidak perlu khawatir lagi, selama di sana, Papa dan Mama yang akan menemani kamu.” Imbuh Ethan dengan suara beratnya. “Terima kasih pa, maaf aku lagi-lagi menyusahkan kalian…” “Sudah sayang, jangan berkata seperti itu lagi.” Della mengusap lengan putrinya, sedangkan Ethan menjaga botol infus yang tertahan di penyangga kursi roda. “Lebih baik kita jenguk Reynard, di sana Reynard, Felix dan Lea sedang menunggu kamu.” POV ARION Di saat Bella baru saja terlelap lima belas menit, Arion tiba-tiba bergumam dan mneggerakkan jemarinya. Austin yang melihatnya segera membangunkan sang ist
Keesokan harinya, Emily melihat kedua orang tuanya tengah mengatur beberapa barang, namun pikirannya melayang kemana-mana. Ia merasa begitu gelisah. “Ma, pa. Apa Arion belum sadar sampai sekarang? Kenapa seperti itu? Dia baik-baik saja ‘kan?” cecarnya sambil memainkan ibu jarinya saat ia merasa gugup seperti ini.“Papa belum mendengar kabar terbaru dari kamar atas, sayang.” Sahut Ethan dengan tenang, lalu menoleh ke arah istrinya.“Apa kamu pergi lihat sendiri keadaan Arion?” tawar Della kepada sang putri.Emily terdiam, memainkan bibirnya. Sungguh dia merasa sangat cemas dengan keadaan Arion saat ini, tapi semalm ia sudah membuat keputusan.“Atau kamu mau tunda keberangkatan kita sampai Arion pulih?” Della memberikan ide.“Iya Em, bagaimana kalau tunggu kamu tunggu Arion pulih, dan bicarakan baik-baik, hmm? Setidaknya kamu bisa mendengar apa keputusannya, nak.” Sambung Ethan yang hampir saja membuat Emily goyah.“Itu tidak mungkin, kalau aku melihat senyuman dan sorot matanya, aku pa
Beberapa jam setelah penerbangan, Emily dan orangtuanya tiba di pinggiran kota Freidburg, Jerman."Pa, ma… Ini indah sekali," gumam Emily, matanya memandangi pemandangan hijau di sekeliling mereka saat keluar dari bandara.Ethan dan Della tersenyum mendengar penuturan Emily, "Kami senang kamu menyukainya, sayang," jawab Ethan sambil merangkul pundak putrinya itu. "Kami hanya ingin kamu bahagia." tambahnya lalu mendorong kursi roda Emily."Terima kasih, Pa, ma."Mereka masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu, dan ketika pemandangan di luar berubah dari bandara ke pinggiran kota, Emily menyadari bahwa rumah-rumah di sana lebih besar dan lebih luas daripada di kota. Pemandangannya sangat indah, dengan perbukitan dan tanaman hijau subur di mana-mana."Jadi sayang, kamu suka di sini?" Della bertanya sambil menatap putrinya dengan senyuman hangat.Emily mengangguk pelan, "Aku sangat menyukainya, Ma. Di sini sangat indah dan damai," jawab Emily sambil memandang ke luar jendela dan melihat p
Dua hari berlalu, kondisi Emily kian membaik, selang infus yang ada di tangannya juga sudah di lepaskan. Meskipun tubuhnya membaik, tapi hatinya terasa kosong. Bahkan sampai saat ini dia tidak mendapat kabar apapun dari Arion, bahkan jika kekasihnya itu mencari nya pun tidak pernah tersampaikan. Bahkan saat ia berbicara dengan Eleanor, sahabatnya itu tidak mengatakan apapun tentang Arion, seperti saat ini. “Huft… Aku baru tahu kalau Reynard adalah pria yang sangat manja! Padahal luka Arion kan lebih parah ya? Tapi dia lebih manja dari Arion!” seru Eleanor dengan semangat. “Felix saja sampai muak mendengar rengekan Rey!” tambah Eleanor. Mendengar nama Arion di sebut seperti itu membuat jantung Emily berdegup tak menentu, “Tapi yang pentig dia sudah sehat. Kamu juga pasti senang melihat dia sudah kembali bawel kan?” Eleanor tertawa, “Hahah, benar Emily. Aku bersyukur Rey sudah pulih kembali.” “Lalu… bagaimana kabar…” “Kabar siapa?” tanya Eleanor. “Arion?” “Oh, dia sudah semakin
POV ArionSatu hari mendapatkan perawatan di rumah sakit, Arion sudah merasa jauh lebih baik. Ia pun tetap mengontrol kondisi Emily lewat Eleanor.Dan keesokannya ia bersama seluruh orang yang berada di Copenhagen berangkat menuju Freidburg, tempat di mana Emily berada.Bella bersama mamanya, Mommy mertuanya dan Ibu angkatnya mengatur segala persiapan untuk pengantin wanita. Bella sengaja mengatakan kepada Della jika ia yang akan mengurus segalanya.“Yon, Mommy mau kirim gaun ini untuk Emily, apa kamu suka? Mama sengaja tidak pilih yang model terbuka, tapi tetap anggun untuk Emily pakai.” tanya Bella kepada Arion yang tengah berbicara dengan Austin.Arion menoleh dan tersenyum, ia mengangguk pelan, “Iya Mom, kalau sudah pilihan mommy pasti bagus.”Bella tersenyum, “Mama yakin dia pasti tambah cantik memakai gaun blazer ini.” Sahutnya antusias.“Pasti mom… Thank you mom,”“Dengan senang hati sayang, kamu selesaikan urusan kamu, waktu sangat mepet, usahakan semuanya selesai hari ini.”“
Di pagi yang cerah di taman mansion mereka, Emily berdiri mengawasi dua buah hatinya, Asher dan Aria, yang tengah berlari-lari dengan riang. Suara tawa mereka membahana di udara yang masih terasa dingin."Asher, Aria, hati-hati sayang!" seru Emily dengan nada lembut, memastikan mereka tetap aman.Di balik jendela, Arion memperhatikan pemandangan itu sambil tersenyum. Ia baru saja selesai membuat secangkir coklat hangat, tak ingin istrinya kedinginan, ia mengambil cardigan, kemudian ia berjalan menuju Emily, yang masih terpaku melihat kedua anak mereka bermain.Dengan penuh kehangatan, Arion meletakkan cardigan di pundak Emily dan memeluknya lembut dari belakang dengan satu tangannya. "Di luar masih dingin, sayang," bisiknya sambil menyodorkan segelas coklat hangat yang baru saja ia buat.Emily tersenyum manis, menerima coklat hangat itu, “Thank you, sayang.”Kehangatan tidak hanya datang dari minuman di tangannya, tetapi juga dari pelukan suaminya yang selalu penuh kasih.Arion kemudi
Bab 258Malam ini, hotel bintang lima milik Harold Grup terlihat sangat ramai. Di depan pintu masuk, mobil-mobil mewah berjejer rapi, memberikan kesan glamor dan elegan. Pengamanan tingkat tinggi juga diperlihatkan oleh kehadiran banyak pria berkemeja hitam di sekeliling hotel, memastikan semua tamu merasa aman dan nyaman. Tidak sembarang orang bisa keluar masuk hotel malam ini, karena ada sebuah acara istimewa yang diselenggarakan di salah satu ballroom mewahnya.Di ballroom yang luas dan penuh dekorasi ceria itu, tiga pasangan suami istri berkumpul untuk merayakan momen yang telah mereka nantikan. Anak-anak mereka, yang semuanya lahir di hari yang sama setahun yang lalu, akan merayakan ulang tahun pertama mereka bersama. Balon berwarna-warni dan hiasan berbentuk bintang dan bulan menghiasi setiap sudut ruangan, sementara lampu-lampu gantung kristal memberikan kesan mewah yang tak terlupakan. Di tengah hiruk-pikuk tawa dan senyum, ketiga pasangan ini, Arion dan Emily, Reynard dan Ele
Bab 257Emily tertawa mendengar cerita Eleanor dan Cecilia, ia tidak menyangka ada kejadian lucu seperti itu.Tentu saja cerita bagian ranjang baik Cecilia maupun Eleanor skip, karena mereka terlalu malu untuk cerita terang-terangan di depan suami mereka.“Lalu bagaimana denganmu, Em?”“Ah, kalau aku tahu saat Check up terakhir kali itu,” ujar Emily dengan senyum merekahnya.Eleanor dan Cecilia memeluk Emily, “Kami sangat bahagia mendengarnya, Em.”Emily dengan mata berkaca-kaca mengangguk, “Aku juga turut bahagia buat Kak Cecil dan kamu Lea.”“Ck pantas saja baumu seperti perempun, Fel!” celutuk Reynard melihat ke arah Felix.“Sial!”Suara tawa menghiasi ruangan.“Eh tapi Kak Cecil tidak masalah dengan parfum nya Rey atau Arion kan?” tanya Eleanor cepat.Cecilia mengerutkan keningnya, “Uhm sedari tadi tidak ada masalah sih, bahkan gak ada perasaan mual.”“Sa-sayang? Jangan bilang hanya aku?”Cecilia mengangguk mantap, “Sepertinya sayang…”“Mau coba bro?” ujar Arion kepada Felix.Felix
Bab 256Berbeda pula dengan cerita lucu Cecilia dan Felix, sehari sebelum keberangkatan ke Jerman, Cecilia dan Felix yang baru pulang dari kantor.Tetiba kepala Cecilia terasa pusing dan ia mual saat mencium berjalan di sisi Felix, “Sayang, kenapa bau kamu sangat aneh.”Felix mengerutkan keningnya, ia mengangkat kedua tangannya bergantian, mencium aroma tubuh di bagian lipatan lengannya, bahkan ia mencium jasnya.“My smells good, lova.” Protes Felix yang memang merasa aroma tubuhnya tidak ada yang aneh.Ia menarik lembut tangan Cecilia agar mencium aroma tubuhnya, “No, serius itu gak enak banget.” Tolak Cecilia yang menjauh dari Felix.“Oh my Cecil!” Ia segera memutar arah tujuannya.“Mau kemana sayang?” tanya Cecilia begitu melihat suaminya memutar jalur.“Kamu yang bantu pilihkan parfum, dan aku akan pakai parfum yang kamu pilih sayang,” ujar Felix mengalah, mengganti parfum kesukaannya selama dua tahun ini.Apalah parfum jika ia tak bisa memeluk istrinya bukan?Cecilia tersenyum da
Bab 255Sontak ke empatnya menoleh dan menatap Arion dan Emily, “Aku juga bakal jadi Ayah Bro!!!” seru Reynard dan Felix bersamaan.“What....???”Bukan hanya Arion dan Emily yang terkejut, bahkan Reynard dan Eleanor pun terkejut, begitu juga Felix dan Cecilia.Ketiga pasangan pengantin baru ini saling melihat satu sama lain, dan akhirnya tertawa bersama-sama, “What’s going on Bro!” seru Reynard tak percaya. Merasa takjub dengan kabar luar biasa ini.“Oh my!” Emily, Cecilia dan Eleanor saling menatap, kedua tangan mereka saling mengulur, seolah mereka saling berpegangan tangan dari jauh.Bagaimana bisa mereka bisa hamil secara bersamaan seperti ini?“Kapan kamu tahu kalau kamu mengandung, Em?” tanya Eleanor kepada sahabatnya itu.“Tiga hari lalu, kalau kamu, Lea? Kak Cecil juga kapan tahu kalau kak Cecil hamil?” Emily bertanya dengan mata berbinar-binar.“Dua hari yang lalu, Em...” jawab Eleanor yang lalu menceritakan kejadian lucu saat ia mengetahui dirinya hamil.“Kalau aku kemarin,
Bab 254Di mansion milik Arion dan Emily terlihat meja panjang yang sudah di penuhi dengan hidangan yang mengugah selera, mulai dari hidangan pembuka, hidangan utama hingga pencuci mulut.Hari ini beberapa koki terkenal Arion panggil untuk menyajikan hidangan hari ini, hal itu pun karena sang istri keras kepala ingin ikut terjun langsung ke dapur. Mau tidak mau Emily mendengar apa kata Arion, dia hanya menjadi mandor dan bertugas untuk mencicipi makanan yang akan di hidangkan.Bersyukur morning sick seperti kehamilan pertamanya tidak muncul sama sekali atau belum? Entahlah. Tapi selama beberapa hari ini, Emily tidak merasakan mual sama sekali.Tentu saja, Arion dengan keras melarang Emily untuk mengerjakan hal yang melelahkan, “Lihat sayang, semua beres ‘kan?” uajr Arion puas melihat seluruh hidangan yang tersaji.“Iyah... Terima kasih sayang.” Emily memeluk sang suami dengan perasaan bahagia. Arion sendiri mengecup puncak kepala Emily.“No problem, sayang.”Drrzzz DrzzzPonsel Emily
Tiga hari pun berlalu, saat ini Felix dan Cecilia sudah berada di private jet, tepatnya di private room, kedua pasangan suami istri ini sedang berbagi peluh di atas langit.“Oh Fel... Geli sayang...” desis Cecilia saat Felix memainkan klit nya dan meremas kedua payudaranya.Erangan Cecilia membuatnya semakin bersemangat, pria tampan itu berhenti menyesap area intim Cecilia dan kembali berlutut, menghujam liang kewanitaan Cecilia.“Ah! Fel!” Cecilia kembali menjerit dan mendesah kuat saat Felix berpacu dengan dengan cepat. Menghujam inti tubuhnya dengan dalam dan kuat. Wanita cantik melengkungkan pinggangnya.Felix kembali melepaskan penyatuan mereka, kemudian kembali menyesap inti tubuh Cecilia yang basah dengan cairan cinta mereka.“Euhm, Ngh... Fel... Sayang...” Cecilia meremas rambut lebat Felix dan menaikkan bokongnya, bukannya berhenti, felix memasukkan lidahnya jauh kedalam dan memainkan liang kewanitaan sang istri, bergerak keluar masuk, dan jarinya memainkan klit Cecilia.“Sa-s
Bab 252Malamnya di Jerman, pasangan suami istri yang tengah berbahagia itu mendatangi mansion utama keluarga Harold.“Hai sayang, kamu terlihat makin cantik,” Bella menyambut putri menantunya dengan begitu antusias.Emily tersenyum dan membalas pelukan hangat mama mertuanya yang begitu menyayanginya, “Thank you mom, mommy juga selalu cantik!”Austin pun menyambut putri menantunya itu dengan pelukan ringan, mengusap puncak kepala Emily penuh sayang.Arion memeluk sang mommy dengan wajah berbinar-binar, “Sepertinya wajahmu menyilaukan mata mommy, Yon!” goda Bella kepada sang putra.“Hmm, benar love, lihat putraku ini! Semenjak masuk dia terus tersenyum lebar!”Emily tertawa kecil dan memeluk suaminya dari samping, “Bagaimana yank?”Arion mengusap punggung sang istri lalu melihat kedua orang tuanya, “Ayo mom, dad kita ke dalam, ada sesuatu yang ingin Arion dan Emily katakan.”“Hahh... Kamu buat mommy penasaran!”“Ayo sayang,” Austin merangkul sang istri dan berjalan masuk, di susul Ario
Felix dan Cecilia membersihkan sisa percintaan mereka, dengan lembut Felix membersihkan area intim sang istri dan membantu Cecilia mengenakan pakaian, “Aku bisa sendiri sayang.”Cecilia mengecup pipi Felix penuh cinta, perasaan gundah gulana dan kesepiannya kini lenyap, ia memang masih terlalu gengsi untuk melontarkan apa yang ada di dalam hatinya, tapi melihat Felix yang seperti ini, membuat dirinya merasa bersalah.“Setelah ini kita sama-sama cari penggantimu, hmm?” ujar Felix sembari memasang kancing terakhir di kemeja Cecilia.“Iya sayang.”Sepuluh menit Cecilia merapikan kembali make up nya, ia memoles cusion dan lip cream di bibirnya yang ranum, warna glossy yang membuat efek bibir nya terlihat semakin seksi.Sedangkan Felix sendiri sudah rapi sedari tadi, ia saat ini duduk dengan santai di sofa sambil membaca kembali curiculum vitae para pelamar.Pria tampan itu tersenyum menyambut Cecilia yang datang dengan secangkir cappucinno hangat di tangannya, “”Thank you, lova.”“You’re