Beberapa jam setelah penerbangan, Emily dan orangtuanya tiba di pinggiran kota Freidburg, Jerman."Pa, ma… Ini indah sekali," gumam Emily, matanya memandangi pemandangan hijau di sekeliling mereka saat keluar dari bandara.Ethan dan Della tersenyum mendengar penuturan Emily, "Kami senang kamu menyukainya, sayang," jawab Ethan sambil merangkul pundak putrinya itu. "Kami hanya ingin kamu bahagia." tambahnya lalu mendorong kursi roda Emily."Terima kasih, Pa, ma."Mereka masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu, dan ketika pemandangan di luar berubah dari bandara ke pinggiran kota, Emily menyadari bahwa rumah-rumah di sana lebih besar dan lebih luas daripada di kota. Pemandangannya sangat indah, dengan perbukitan dan tanaman hijau subur di mana-mana."Jadi sayang, kamu suka di sini?" Della bertanya sambil menatap putrinya dengan senyuman hangat.Emily mengangguk pelan, "Aku sangat menyukainya, Ma. Di sini sangat indah dan damai," jawab Emily sambil memandang ke luar jendela dan melihat p
Dua hari berlalu, kondisi Emily kian membaik, selang infus yang ada di tangannya juga sudah di lepaskan. Meskipun tubuhnya membaik, tapi hatinya terasa kosong. Bahkan sampai saat ini dia tidak mendapat kabar apapun dari Arion, bahkan jika kekasihnya itu mencari nya pun tidak pernah tersampaikan. Bahkan saat ia berbicara dengan Eleanor, sahabatnya itu tidak mengatakan apapun tentang Arion, seperti saat ini. “Huft… Aku baru tahu kalau Reynard adalah pria yang sangat manja! Padahal luka Arion kan lebih parah ya? Tapi dia lebih manja dari Arion!” seru Eleanor dengan semangat. “Felix saja sampai muak mendengar rengekan Rey!” tambah Eleanor. Mendengar nama Arion di sebut seperti itu membuat jantung Emily berdegup tak menentu, “Tapi yang pentig dia sudah sehat. Kamu juga pasti senang melihat dia sudah kembali bawel kan?” Eleanor tertawa, “Hahah, benar Emily. Aku bersyukur Rey sudah pulih kembali.” “Lalu… bagaimana kabar…” “Kabar siapa?” tanya Eleanor. “Arion?” “Oh, dia sudah semakin
POV ArionSatu hari mendapatkan perawatan di rumah sakit, Arion sudah merasa jauh lebih baik. Ia pun tetap mengontrol kondisi Emily lewat Eleanor.Dan keesokannya ia bersama seluruh orang yang berada di Copenhagen berangkat menuju Freidburg, tempat di mana Emily berada.Bella bersama mamanya, Mommy mertuanya dan Ibu angkatnya mengatur segala persiapan untuk pengantin wanita. Bella sengaja mengatakan kepada Della jika ia yang akan mengurus segalanya.“Yon, Mommy mau kirim gaun ini untuk Emily, apa kamu suka? Mama sengaja tidak pilih yang model terbuka, tapi tetap anggun untuk Emily pakai.” tanya Bella kepada Arion yang tengah berbicara dengan Austin.Arion menoleh dan tersenyum, ia mengangguk pelan, “Iya Mom, kalau sudah pilihan mommy pasti bagus.”Bella tersenyum, “Mama yakin dia pasti tambah cantik memakai gaun blazer ini.” Sahutnya antusias.“Pasti mom… Thank you mom,”“Dengan senang hati sayang, kamu selesaikan urusan kamu, waktu sangat mepet, usahakan semuanya selesai hari ini.”“
Dan di sinilah Emily dan Arion sekarang berada. Sebuah wedding hall di sebuah Hotel bintang lima di Friedburg.Ballroom hotel itu tampak seperti mimpi. Bunga-bunga putih berserakan di mana-mana, menciptakan suasana romantis dan elegan. Lampu-lampu kristal berkilauan di langit-langit, menambahkan sentuhan kemewahan dan keindahan. Di tengah ruangan, sebuah panggung besar telah disiapkan untuk menyambut pasangan pengantin yang akan mengucapkan janji suci mereka.Arion dan Emily berjalan dengan anggun menuju panggung, diiringi oleh tepuk tangan dan sorak-sorai keluarga inti mereka. Karena pesta utama akan diadakan setelah keadaan kedua mempelai jauh lebih sehat dan baik. Apalagi dengan kondisi Emily yang saat ini tengah hamil muda.Mereka berdua mengenakan pakaian pengantin serba putih, yang menunjukkan kesucian dan kebahagiaan mereka.Gaun Emily terbuat dari kain sutra halus dan batu swaroski, yang melambai-lambai seiring langkahnya. Gaun itu memiliki lengan panjang dan kerah renda, yang
Arion merangkul Emily, mereka berjalan bersama menuju kamar pengantin mereka. “Hati-hati sayang.” Ucap pria itu dengan lembut kepada sang istri.Ia tidak menyangka akan menikah di usia mudah seperti ini, dan tidak ada penyesalan akan hal itu. Dia bahagia bisa melihat wanita yang ia cintai kini akan berada disisinya.Dan begitu tiba di depan kamar, Arion membuka pintu, “Silahkan masuk istriku.”Emily tersenyum kepada pria yang benar-benar telah menjadi suaminya itu, dan saat mereka memasuki ruangan, Emily tersenyum bahagia melihat kamar pengantin mereka, "Ini sangat indah, sayang."Dia menghembuskan napas, menikmati keindahan ruangan di depannya. Lampu gantung yang halus tergantung dengan anggun di atas tempat tidur mereka, memancarkan cahaya hangat ke seluruh ruangan. Dindingnya dihiasi permadani dan lukisan yang indah, masing-masing menceritakan kisah cinta yang murni."Aku senang kamu menyukainya, sayangku," jawab Arion, suaranya lembut. Dia mencondongkan tubuhnya, mencium kening Em
Arion menanggalkan semua pakaian yang ia kenakan, membuat dada bidang dan perut sixpacknya terlihat begitu indah. Bahkan boa nya pun sudah memegang, tapi belum berdiri sempurna.Arion naik ke atas tempat tidur, pertama ia mengecup kening, mata, hidung, pipi dan berhenti di bibir ranum Emily, cukup lama hingga ia menurunkan cumbuannya di leher dan turun menciumi perut rata sang istri, “Hai baby. Daddy di sini. I love you,” ucap Arion pelan, larut dalam rasa harunya.Tidak menyangka di perut istrinya saat ini ada kehidupan di dalamnya. “Daddy akan menjagamu dan menyayangimu sayang,”Emily tersenyum dan menitikkan air matanya, ia membelai surai Arion dengan penuh kasih sayang dan berkata, “Kami mempercayaimu, daddy.”Arion tersenyum dan kembali naik melumat bibir Emily dengan lembut dan perlahan menjadi ciuman yang begitu menuntut. “Euhm… hmmm..” suara decapan dan saliva mereka terdengar begitu bergairah.Arion dengan lembut membelai setiap inci kulit Emily seolah-olah itu tubuh istrinya
“Lepaskan sayang!” seru Arion yang juga sudah siap mengisi istrinya itu. Dengan satu dorongan terakhir, Arion membenamkan dirinya ke liang hangat Emily, menahan sejenak sebelum melepaskannya, tubuhnya menegang saat dia merasakan sudah berada di penghujung.Otot-otot miss v Emily mengejang dan meremas milik Arion dengan sempurna, Emily merasakan dirinya siap meledak, dan “Akh! Sayang!!” Ukh!” tubuhnya bergetar hebat bersamaan dengan pelepasannya.Dan bersamaan dengan itu, Arion menembak dengan kuat dan dalam ke rahim sang istri. “Oh Shit!”Arion segera menaha tubuh istrinya yang lemas itu, dan merebahkan Emily dengan hati, Ia ikut berbaring dan memeluk Emily.Kulit mereka yang berlumuran keringat terasa dingin satu sama lain saat mereka mengatur napas.Arion menciumi bibir ranum istrinya dengan lembut, ia biarkan bibirnya menempel di bibir Emily, seakan enggan membiarkan momen ini berakhir.Emily mengusap-usap bulu dada Arion, menelusuri pola-pola di kulit suaminya yang begitu sempurna.
BAB 66 –Keesokan paginya…Emily terbangun lebih dulu dari suaminya, Arion. Ia melihat sinar matahari yang mengintip di balik jendela kamar pengantin mereka. Ia merasa bahagia dan bersyukur. Ini adalah hari pertama mereka sebagai suami istri, setelah semalam mereka mengucapkan janji suci di depan altar dan menghabiskan malam yang penuh cinta.Ia menoleh ke samping dan menatap wajah Arion yang begitu tampan. Ia tidak bisa menahan senyumnya. Arion memiliki paras yang sempurna, dengan rambut cokelat yang sedikit berantakan, hidung mancung, bibir merah, dan mata hazel biru yang menawan. Ia juga memiliki tubuh yang atletis dan berotot, yang membuat Emily merasa aman di pelukannya. “Tampan…” gumamnya penuh senyuman lembut.Tak menyangka jika pria yang ia cintai sejak kecil saat ini menjadi suaminya.Emily mendekatkan wajahnya ke wajah Arion dan mencium pipinya lembut. Arion membuka mata dan tersenyum. Ia mengecup kembali pipi Emily dan memeluknya erat."Selamat pagi, sayang. Kenapa meski ba