Usai menutup panggilan telpon dari Raul, Arion berjalan mendekat ke arah Finley, “Ada apa uncle Finley?” “Jejak lokasi dari nomor pria ini sangat mencurigakan.” Finley menggeser laptop miliknya agar bisa di lihat oleh Arion, “ini beberapa lokasi terakhir yang ia datangi.” Terlihat jejak dari kota paris dalam waktu dekat, bahkan Raul juga baru saja kembali ke Jerman, setelah itu jejaknya tidak terekam lagi karena sepertinya ia dengan sengaja mematikan ponselnya. “Lihat waktu jejak historynya, Yon.” Ujar Finley. Austin yang sedang duduk segera berdiri, di susul oleh Ethan dan juga Max. Mereka pun hanya melihat apa yang dikerjakan oleh Finley dan Kenan, di bantua oleh kedua putra mereka. “Lalu menurut kamu, Fin?” sela Austin. “Ini sangat pas dengan waktu hilangnya Emily, bahkan terlalu berdekatan jarak antara ponsel Emily tidak dapat di hubungi. Ini terlalu tidak masuk akal kalau di katakan hanya kebetulan.” jawab Finley tanpa ragu. “Jadi maksud Uncle, Raul yang ada di balik pencu
Di sebuah pulau terpencil tanpa penduduk, cahaya bulan menembus kain jendela yang tipis. Emily merasa badannya begitu hancur dan remuk. Sekujur tubuhnya merasakan perih teramat sangat, bahkan untuk membuka matanya ia harus berusaha dengan kuat, “Kenapa dengan badanku?” lirihnya, sekuat tenaga menyadarkan dirinya sendiri. Emily perlahan membuka matanya, langit-langit ruangan berwarna putih dan terasa asing membuat dirinya kebingungan, Emily berusaha untuk duduk dan, “Aooohhh….” Emily memekik kesakitan, merasakan perih luar biasa di area kewanitaannya, bukan hanya itu, bagian area belakangnya juga terawsa amat perih. “Apa yang terjadi?” Ia menunduk ke bawah dan melihat dirinya sudah berganti pakaian, membuat saat itu juga kesadarannya kembali dalam keadaan penuh, “A… apa yang terjadi…” lirih Emily dengan mata -berkaca-kaca. Ia melihat dirinya mengenak gaun tidur yang begitu tipis. Ia melihat ke kiri dan kanan ruangan. Ruangan yang asing, ia tidak pernah berada di sini sebelumnya, “A
Raul menatap nyalang kepada pria yang sudah menampar Emily, Bugh! Rau memukul dengan keras wajah pria itu, lalu menoleh ke arah Emily, ia memegang kedua lengan Emily dan menatap lembut wajah Emily, “Kamu baik-baik saja sayang?” Emily membelalakkan matanya, “Lepaskan aku, Raul.” Namun Raul malah menaikkan tangannya dan memegang pipi Emily yang memar karna pukulan dari pengawalnya sendiri. “Berengsek, berani-beraninya dia menyentuhmu seperti ini!” geram Raul kemudian melihat ke arah pengawallnya yang saat ini sedang berlutut. “Tu…tuan… Maafkan saya…” pengawal itu tidak tahu akan seperti ini. Ia pikir jika Emily seperti wanita-wanita yang biasa bosnya itu tiduri. Raul menoleh dan langsung memberi kode kepada asistentnya, “Potong tangan yang dia gunakan memukul wajah wanitaku!” titah Raul dengan suara dinginnya. “Baik Tuan.” Sedangkan pengawal tersebut sudah berteriak meminta pengampunan, Raul tidak peduli dan kembali fokus kepada Emily. Beberapa menit sebelumnya, saat Raul menghub
“Nikmati sayang, aku jauh lebih baik dari pria manapun!” gumam Raul yang langsung menenggelamkan wajahnya di liyang kewanitaan Emily. “Akhhh!” Emily menahan suara pekikannya saat Raul mulai menjamah inti tubuh nya dengan liar dan kasar. Emily dapat merasakan jari dan lidah Raul mengeksplore dirinya di bawah sana. Ia menutup mulutnya sekuat tenaga untuk tidak mendesah dan mengeluarkan suara menjijikkan seolah menikmati permainan pria berengsek ini. “Tidak… Aku tidak akan memperlihatkannya kepada pria ini!” tekad Emily dalam hati. Raul mengaduk inti tubuh Emily dengan lidahnya sedangkan tangannya memilin pucuk dan payudara Emily dengan kuat. Ia lakukan dengan begitu intens. Tubuh Emily bergetar menahan diri. Entah sampai kapan ia bertahan. “Berhenti! Stop!” lirihnya. Raul tersenyum smirk, “Jangan menahannya sayang. Aku tidak akan berhenti malam ini. Aku akan membuatmu mengingat malam ini sepanjang hidupmu!” seru Raul lalu menyedot kuat dan memasukkan tiga jarinya ke inti tubuh Emi
Arion baru saja tiba di mansion milik pribadinya, bersama kedua sahabatnya Felix dan Reynard. Bahkan Reynard dan Felix terperangah melihat mansion pribadi milik Arion. Ini adalah pertama kali mereka mengunjungi tempat ini.Mereka turun dari mobil begitu tiba di depan pintu utama, “Silahkan Tuan Muda,” Erik berdiri di depan pintu menunggu Arion, ia membungkuk, menyapa Arion dan tak lupa menyapa Reynard dan Felix. Kemudian ia membuka pintu untuk Arion, Reynard dan Felix.Arion bersama kedua sahabatnya berjalan masuk ke dalam ruangan, di ikuti Erik berjalan di belakang mereka.Ruangan itu tampak mewah dan elegan dengan tema modern minimalis. Dindingnya berwarna putih bersih dengan hiasan lukisan abstrak. Lantainya berkarpet merah muda dengan motif bunga. Di tengah ruangan, ada sebuah sofa besar berwarna hitam dengan bantal-bantal berwarna merah. Di depan sofa, ada sebuah meja kaca dengan vas bunga dan beberapa majalah. Di samping sofa, ada sebuah lemari besar berwarna coklat dengan pintu
Finley dan Kenan kembali fokus, dan beberapa menit kemudian terdengar suara keras dari ketukan Finley ke keyboard. “Aku mendapatkan lokasinya!”Austin, Max dan Ethan segera menghampiri Finley dan Kenan.“Ambil ini, Ken!” seru Finley lalu mengirimkan hasil tangkapan gambar dari CCTV. Kenan menyeringai saat memperbesar foto tersebut, di mana menampilkan sosok Raul dan sedang mengangkat seorang wanita, sudah jelas jika yang ada di dalam gendongan Raul adalah Emily.“Lihat ini! Ini saat mereka baru keluar dari bandara, dan sepertinya Emily dalam keadaan tidak sadarkan diri.” Jelas Kenan.“Fuck! Aku akan membunuhnya!” geram Ethan melihat wajah putrinya yang tidak berdaya seperti itu.Max memegang pundak Ethan, “Aku akan membuatnya kematian adalah jalan terbaik untuk mengakhiri sisa hidupnya!” gumam Max yang membuat siapa saja yang mendengarnya bergidik ngeriKenan membuka foto lainnya yang dikirimkan oleh Finley, “Mereka menaiki helicopter!”“Cek kemana tujuan helicopter ini, Fin!” titah A
Helikopter itu terus melaju di udara, menuju pulau terpencil yang menjadi tujuan Arion. Hingga setelah lebih 10 menit akhirnya mereka tiba di sebuah pulau terpencil, mereka melihat satu-satunya rumah besar di pulau tersebut. Helikopter mulai mendarat perlahan, namun belum helikopter mendarat dengan benar, tiba-tiba terdengar suara tembakan dari bawah sana. Para pengawal Raul yang berjaga sudah melakukan genjatan senjata.Dor! Dor! Ting! Ting!Suara tembakan terus terdengar, “Arion! Hati-hati!” seru Reynard yang berada di sisi samping Arion.Begitu pun Felix yang langsung mengeluarkan senjatanya. Diikuti oleh Reynard, mereka melakukans erangan balasan.Arion pun tidak berdiam diri, ia mengeluarkan senapan yang di berikan oleh Pak Norris. Sedangkan Pak Norris dan para bawahannya pun terlihat sudah melakukan serangan balasan dengan senjata laras panjang mereka.Dalam hitungan menit, Pak Norris dan para bawahannya yang terlatih berhasil menghabiskan seluruh pengawal yang berjaga di bawah
“Emily… Emily sudah mati. Aku sudah membunuhnya!”Deg!Arion merasa dunianya baru saja runtuh mendengar apa yang dikatakan oleh Raul, “Tidak mungkin!” teriaknya dengan mengarahkan pistol kepada Raul.“Berengsek! Kamu ! Kamu gila! Jangan main-main denganku Raul!” geram Arion dengan mata merah yang memanas.“Aku tidak tahan melihat dia bersamamu. Aku cemburu. Aku mencintai dia lebih dari kamu, Arion!” kata Raul dengan suara terengah-engah.“Fuck! Kamu… kamu gila! Kamu pembunuh! Kamu tidak pantas hidup!” Arion menghajar Raul dengan tinjunya.Ia tidak peduli wajah Raul yang sudah dilumuri darah, ia terus memukul wajah Raul membabi buta, “Sialan! Berengsek kau!”“Tuan muda.” Pak Norris memegang bahu Arion, karena saat ini Arion sudah melukai tangannya sendiri.Arion menggelengkan kepalanya, “Tidak! Aku tidak akan berhenti! Dia telah membunuh Emily! Dia telah… Arghhh!!” Ia berteriak frustasi.Raul tertawa lemah. Dia melihat Arion dengan tatapan penuh kebencian. “Meskipun aku mati saat ini,