Hai sayang akuh, terima kasih sudah ikuti kisah Arion EMily ya~~ JAngan lupa vote dan tinggalkan komentr, makasih
“Nikmati sayang, aku jauh lebih baik dari pria manapun!” gumam Raul yang langsung menenggelamkan wajahnya di liyang kewanitaan Emily. “Akhhh!” Emily menahan suara pekikannya saat Raul mulai menjamah inti tubuh nya dengan liar dan kasar. Emily dapat merasakan jari dan lidah Raul mengeksplore dirinya di bawah sana. Ia menutup mulutnya sekuat tenaga untuk tidak mendesah dan mengeluarkan suara menjijikkan seolah menikmati permainan pria berengsek ini. “Tidak… Aku tidak akan memperlihatkannya kepada pria ini!” tekad Emily dalam hati. Raul mengaduk inti tubuh Emily dengan lidahnya sedangkan tangannya memilin pucuk dan payudara Emily dengan kuat. Ia lakukan dengan begitu intens. Tubuh Emily bergetar menahan diri. Entah sampai kapan ia bertahan. “Berhenti! Stop!” lirihnya. Raul tersenyum smirk, “Jangan menahannya sayang. Aku tidak akan berhenti malam ini. Aku akan membuatmu mengingat malam ini sepanjang hidupmu!” seru Raul lalu menyedot kuat dan memasukkan tiga jarinya ke inti tubuh Emi
Arion baru saja tiba di mansion milik pribadinya, bersama kedua sahabatnya Felix dan Reynard. Bahkan Reynard dan Felix terperangah melihat mansion pribadi milik Arion. Ini adalah pertama kali mereka mengunjungi tempat ini.Mereka turun dari mobil begitu tiba di depan pintu utama, “Silahkan Tuan Muda,” Erik berdiri di depan pintu menunggu Arion, ia membungkuk, menyapa Arion dan tak lupa menyapa Reynard dan Felix. Kemudian ia membuka pintu untuk Arion, Reynard dan Felix.Arion bersama kedua sahabatnya berjalan masuk ke dalam ruangan, di ikuti Erik berjalan di belakang mereka.Ruangan itu tampak mewah dan elegan dengan tema modern minimalis. Dindingnya berwarna putih bersih dengan hiasan lukisan abstrak. Lantainya berkarpet merah muda dengan motif bunga. Di tengah ruangan, ada sebuah sofa besar berwarna hitam dengan bantal-bantal berwarna merah. Di depan sofa, ada sebuah meja kaca dengan vas bunga dan beberapa majalah. Di samping sofa, ada sebuah lemari besar berwarna coklat dengan pintu
Finley dan Kenan kembali fokus, dan beberapa menit kemudian terdengar suara keras dari ketukan Finley ke keyboard. “Aku mendapatkan lokasinya!”Austin, Max dan Ethan segera menghampiri Finley dan Kenan.“Ambil ini, Ken!” seru Finley lalu mengirimkan hasil tangkapan gambar dari CCTV. Kenan menyeringai saat memperbesar foto tersebut, di mana menampilkan sosok Raul dan sedang mengangkat seorang wanita, sudah jelas jika yang ada di dalam gendongan Raul adalah Emily.“Lihat ini! Ini saat mereka baru keluar dari bandara, dan sepertinya Emily dalam keadaan tidak sadarkan diri.” Jelas Kenan.“Fuck! Aku akan membunuhnya!” geram Ethan melihat wajah putrinya yang tidak berdaya seperti itu.Max memegang pundak Ethan, “Aku akan membuatnya kematian adalah jalan terbaik untuk mengakhiri sisa hidupnya!” gumam Max yang membuat siapa saja yang mendengarnya bergidik ngeriKenan membuka foto lainnya yang dikirimkan oleh Finley, “Mereka menaiki helicopter!”“Cek kemana tujuan helicopter ini, Fin!” titah A
Helikopter itu terus melaju di udara, menuju pulau terpencil yang menjadi tujuan Arion. Hingga setelah lebih 10 menit akhirnya mereka tiba di sebuah pulau terpencil, mereka melihat satu-satunya rumah besar di pulau tersebut. Helikopter mulai mendarat perlahan, namun belum helikopter mendarat dengan benar, tiba-tiba terdengar suara tembakan dari bawah sana. Para pengawal Raul yang berjaga sudah melakukan genjatan senjata.Dor! Dor! Ting! Ting!Suara tembakan terus terdengar, “Arion! Hati-hati!” seru Reynard yang berada di sisi samping Arion.Begitu pun Felix yang langsung mengeluarkan senjatanya. Diikuti oleh Reynard, mereka melakukans erangan balasan.Arion pun tidak berdiam diri, ia mengeluarkan senapan yang di berikan oleh Pak Norris. Sedangkan Pak Norris dan para bawahannya pun terlihat sudah melakukan serangan balasan dengan senjata laras panjang mereka.Dalam hitungan menit, Pak Norris dan para bawahannya yang terlatih berhasil menghabiskan seluruh pengawal yang berjaga di bawah
“Emily… Emily sudah mati. Aku sudah membunuhnya!”Deg!Arion merasa dunianya baru saja runtuh mendengar apa yang dikatakan oleh Raul, “Tidak mungkin!” teriaknya dengan mengarahkan pistol kepada Raul.“Berengsek! Kamu ! Kamu gila! Jangan main-main denganku Raul!” geram Arion dengan mata merah yang memanas.“Aku tidak tahan melihat dia bersamamu. Aku cemburu. Aku mencintai dia lebih dari kamu, Arion!” kata Raul dengan suara terengah-engah.“Fuck! Kamu… kamu gila! Kamu pembunuh! Kamu tidak pantas hidup!” Arion menghajar Raul dengan tinjunya.Ia tidak peduli wajah Raul yang sudah dilumuri darah, ia terus memukul wajah Raul membabi buta, “Sialan! Berengsek kau!”“Tuan muda.” Pak Norris memegang bahu Arion, karena saat ini Arion sudah melukai tangannya sendiri.Arion menggelengkan kepalanya, “Tidak! Aku tidak akan berhenti! Dia telah membunuh Emily! Dia telah… Arghhh!!” Ia berteriak frustasi.Raul tertawa lemah. Dia melihat Arion dengan tatapan penuh kebencian. “Meskipun aku mati saat ini,
Beberapa jam sebelumnya, setelah Raul berhasil mempengaruhi Emily, ia memberikan sebuah kertas kepada wanita cantik itu. Ia dengan sengaja menggunakan kertas karena tidak ingin meninggalkan jejak apapun. “Pakai waktumu untuk tulis surat kepada kedua orang tuamu sayang, dan jangan lupa untuk meminta restu merek.” Ucap Raul tak tahu malu sambil berlalu keluar kamar sambil memakai handuk kimononya.Emily hanya diam, tak memberikan sahutan apapun. Tenaganya sudah terkuras habis oleh perbuatan biadap yang di lakukan oleh Raul.Dengan sisa tenaganya, ia menulis beberapa kata di secarik kertas itu, air matanya yang berusaha ia tahan, tak dapat ia bendung, “Apa ini terakhir kali aku menyapa Papa dan Mama? Yon, maafkan aku…” lirih dalam hati dengan air mata yang membasahi pipinya.Begitu Raul berada di ruang tamu, ia memerintahkan semua bawahannya untuk menghapus jejak mereka.“Tuan… tuan…” tangan kanan Raul masuk dengan terburu-buru.Raul mengernyitkan keningnya, seharusnya tangan kanannya
Tiga jam waktu berlalu begitu lambat. Sejak satu jam yang lalu, Austin, Bella, Ethan, Della, Kenan, Siska, dan Eleanor tiba di Copenhagen.Sedangkan Max dan Finley melanjutkan eksekusi mereka kepada perusahaan milik Raul dan orang tua Tasha. Di mana Hana dan Rose, istri mereka di minta untuk menjaga anak-anak yang lain.Lampu merah yang ada di ruang operasi masih saja menyala, menandakan Arion masih mendapatkan penanganan. Sedangkan di ruang ICU, di balik kaca, mereka hanya dapat melihat Emily yang masih terbaring di atas bangsal tak sadarkan diri dengan selang yang tertancap di tubuhnya.Ethan berusaha terlihat tegar untuk sang istri. Di mana Della terus menangis melihat putrinya itu di balik kaca.Reynard sendiri belum sadarkan diri dari obat biusnya, “Boleh kamu yang temani, Reynard di sini nak?” ucap Siska lembut kepada Eleanor yang terus duduk di sisi ranjang bangsal milik Reynard.“Iya aunty, aku akan memanggil aunty jika Rey sudah sadar.” Jawabnya dengan suara terisak.“Hmm, au
“Oh my… Emily…” gumam Della dengan mata berkaca-kaca. Ia memegang erat suaminya.Ethan tersenyum hangat kepada Dokter, “Terima kasih, Dok. Ini adalah kabar membahagiakan.” Ucapnya tulus.Dokter mengangguk, “Sama-sama. Kita doakan agar Emily bisa segera siuman.”“Iya dok.”Dokter pun berpamitan kepada Ethan dan Della. Tepat setelah dokter menjauh dari mereka. Della segera memeluk lalu menatap wajah sang suami.“Sayang, Emily…” Gumam Della, kabar yang tiba-tiba ini sangat mengejutkan dirinya. Ia tak tahu bagaimana harus bereaksi, Senang? Marah? Kecewa? Sedih? Bersyukur?Ethan mengusap lembut wajah sang istri, “Bukankah itu kabar yang membahagiakan? Kita berdua akan segera memiliki cucu…?”“Iyah, dan menurut kamu sayang? Apa Emily tahu jika ia sedang hamil saat ini?”“Kalau mengenai hal itu, biar nanti kita tanyakan langsung ketika Emily siuman, hmm?”“Iyah… Oh my! Emily ku sayang…. Apa yang sudah ia lewati hari ini. Aku harap dia tidak mengalami trauma.” Lirih Della masuk ke dalam peluk