Semoga kalian suka kisah Finley dan Rose ya ^^, bagi vote dan sisipkan komentar setiap bab ya sayang-sayang aku....
Felix dan Cecilia melangkah perlahan-lahan menuju paviliun yang terletak di seberang mansion utama. Mereka berdua menikmati keindahan taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang bermekaran di bawah sinar matahari pagi yang hangat. Felix dengan lembut meletakkan tangannya di pinggang Cecilia, sementara Cecilia tersenyum manis sambil menatap mata Felix. "Aku bersyukur semua berjalan dengan lancar, sayang, Uncle Kenan dan Aunty Siska merestui kita." ujar Felix sambil menggenggam erat tangan Cecilia. Cecilia tersenyum lembut. "Hmm, begitu pun dengan Aunty Rose dan Uncle Finley,” Cecilia tertawa kecil mengingat reaksi Rose, “Dan Aunty kenapa tetap sangat menggemaskan di usianya saat ini.” Felix ikut terkekeh, “Yah seperti itulah Ibu. Apabila Ayah atau aku yang sakit, kita akan mendengar ocehan Ibu yang terus menasehati kami. Yahh… mungkin karena jiwa Ibu adalah seorang Dokter.” “Tapi aunty sungguh luar biasa, dia menjadi dokter yang luar biasa dan sekaligus menjadi direktur di rumah sak
Di saat Felix dan Cecilia tengah memadu kasih, segala pertemua dengan orang tua berjalan dengan mulus. Berbeda dengan Reynard dan Eleanor yang saat ini tengah berada di dalam mobil, Reynard tiada hentinya mengucapkan kata maaf kepada kekasihnya itu.“Sayang, maafkan aku, semuanya karena kebodohanku yang membuat kamu harus mengalami kesulitan seperti ini.” Sesal Reynard sembari menggenggam tangan Eleanor.Eleanor membuang nafasnya pelan dan menaikkan tangannya dan meletakkannya di pipinya, menatap wajah Reynard yang tengah fokus menyetir dengan ekspresi yang begitu tegang.“Rey?” ucapnya dengan suara rendah, “bukannya tadi kamu sendiri yang bilang jika cinta itu sebuah misteri? Kita tidak tahu kapan datangnya bukan? Jika hal ini akan terulang, aku akan akan tetap memilih kamu mencintaiku dengan keadaan seperti ini, bukan membalas cintaku untuk menyenangkan aku, itu jauh akan lebih menyakitkan, bukan?”“Jadi berhenti menyalahkan dirimu lagi, hmm? Aku sangat bahagia Rey, jadi mari kita
Deg! Lea yang tadinya menunduk kini mendongakkan wajahnya, menatap wajah tampan kekasihnya itu dan menggigit bibir bawahnya, bingung harus berkata apa. Pantas saja rumah terlihat sepi, ternyata kedua orang tuanya tengah memadu kasih di ruang keluarga. Dan sialnya, ia mendengar hal tersebut dengan sang kekasih. “Rey…” gumamnya yang kini menyandarkan keningnya di dada Reynard yang tengah bersandar di pintu kamar. “No problem, sayang.” Hanya itu yang bisa terlontar dari mulut Reynard sembari mengusap punggung Lea. Ia tahu jika kekasihnya itu saat ini sangat canggung. “Huft, aku bersyukur tidak membuka pintu…” gumam Eleanor dalam hati. “Sepertinya ini pertama kali aku masuk ke dalam kamarmu,” ucap Reynard memecah keheningan. Eleanor mendongakkan kepalanya, “Ya?” tanyanya dengan wajah kebingungan lalu menoleh kekiri dan kekanan, “Oh my!” gumamnya dengan ekspresi terperangah, saking paniknya dia tidak sadar sudah membawa Reynard masuk ke dalam kamarnya. Dan saat ini posisi mereka terl
Senyuman lebar tercetak di wajah tampan Felix, “I love you Sayang! I love you so much! Dan aku akan melakukannya dengan lembut untukmu…” Cecilia mengangguk dan tersenyum, Felix menciumi bibirnya dengan lembut dan liar, tangan Felix memainkan payudaranya. Kemudian Felix turun merambat, menyesap setiap inci kulit Cecilia yang begitu lembut dan kenyal. Jejak merah tercetak di beberapa titik yang begitu erotis. Lenguhan manja, desahan seksi terus saja lolos dari bibir Cecilia. Hingga Felix kembali menjilati dan bermain di klitoris Cecilia, “Oh my Fel! Ah!” wanita cantik itu menggeliat tak kuasa menahan desiran aneh di sekujur tubuhnya, bagian kewanitaannya terasa gatal dan ingin meledak di bawah sana. “Fel! Aku!” Jeritan tertahan Cecilia sembari mengangkat pinggulnya naik ke atas, kedua tangannya mencengkram kuat lengan Felix hingga ia melengking keras mendapatkan puncak kenikmatan tak terkira, “Felix!!! Ah! Eung!” Tubuh Cecilia gemetar dengan hebat, gelombang geli menghantam setiap
“Aku akan membeli obat salep pereda nyeri untukmu, hmm?” seru Felix yang langsung bangun dari duduknya. Cecilia menahan tangan Felix, mencegat prianya untuk beranjak, “Ada apa sayang?” “Gak perlu, Fel.” “Tapi…” Cecilia menggeleng pelan, membuat Felix tersenyum, ia paham jika saat ini kekasihnya itu tidak ingin ditinggal sendirian. Ia kembali berada di sisi Cecilia, berbaring dan memasukkan Cecilia masuk ke dalam pelukannya. “Maaf sudah membuatmu sakit.” Bisiknya mesra. “Aku juga menginginkannya, Fel. Jangan merasa bersalah seperti ini. Lagi pula…” Cecilia berhenti berbicara dan menutup rapat bibir atas dan bawahnya. “Lagi pula apa sayang?” Cecilia menggeleng pelan kepalanya, “Hmm, gak ada.” Felix mengurai pelukannya dan menatap wajah bersemu merah wanitanya itu, “Enak?” tanyanya menggoda sang kekasih. Blush… “Fel….” Felix terkekeh pelan dan kembali memeluk mesra Cecilia, mengecup puncak kepala Cecilia yang di balas oleh Cecilia tak kalah eratnya. Menyandarkan wajahnya di da
Berbeda pula dengan pasangan yang saat ini tengah memadu kasih dengan begitu liar, bahkan mereka lupa jika saat ini, ada kedua orang tua Eleanor, Max dan Hana di lantai bawah. Reynard menghujam Eleanor dengan cepat dan dalam, menyentuh bagian terdalam rahim Eleanor, “Ah! Rey… Ah!” desah Eleanor yang saat ini berada di gendongan Reynard. Tubuhnya melayang dan kedua kakinya melingkar dengan kuat di pinggul Reynard yang terus melesakkan kejantanannya begitu kuat, di posisi seperti ini Eleanor dibuat mengerang dalam kenikmatan, “Oh Rey! Ini sangat dalam sayang!” “Kamu suka?” Eleanor mengangguk cepat dan meraih wajah Reynard, melumat bibir Reynard sembari mengurai rambut lembut Reynard. Reynard sendiri melilit lidah Eleanor, menghentakkan pinggulnya kian cepat dan kuat, tubuh basah mereka saling menempel, memberi kesan licin yang menggairahkan. “Oh Rey! Rey! Aku tidak tahan lagi Rey!” “Keluarkan sayang!” seru Rey mempercepat hujamannya hingga Eleanor kembali menukikkan tubuhnya ke be
Reynard seketika terdiam hingga ia kembali ke alam nyata, ia benar-benar lupa jika saat ini masih berada di dalam kamar kekasihnya.Tok tok tok“Lea…?” Hana kembali mengetuk pintu kamar Eleanor.Ia tersenyum dan menarik napas pelan. Dengan sigap ia memakai pakaiannya dengan tenang lalu menuju walk in closet milik Eleanor, ia membuka satu per satu lemari dan mencari gaun terusan, “Sorry sayang, aku terpaksa!”Setelah mendapatkan yang ia cari, ia segera memakaikan Eleanor pakaian dengan hati-hati. “Beib…?” Eleanor membuka matanya perlahan.“Ah kamu bangun Beib? Sorry, aku hanya ingin memakaikanmu pakaian.”Eleanor tersenyum dan menggeleng pelan, ia melingkarkan kedua tangannya di leher Reynard, “Tidak apa-apa Rey, thank you. Tapi lebih baik aku mandi dulu baru sekalian pakaian,” jawabnya manja.Reynard tersenyum dan mendekatkan telinganya, “nanti saja mandinya, karena…”“Jangan bilang kamu mau la—”“Ada Aunty Hana di depan kamar kamu, beib.”Eleanor yang masih menutup matanya, belum sad
Hana menyusul masuk ke dalam kamar dan menghampiri sang suami yang saat ini tengah duduk di sofa, tempat di mana tadi ia sedang bersama sang istri tengah bercumbu. Panggilan Eleanor membuat keduanya menghentikan kegiatan panas mereka, “Sayang, sebenarnya apa yang terjadi? Apa ada yang tidak aku ketahui?” suara Hana yang begitu lembut bertanya kepada sang suami. Max menoleh dan menarik lembut tangan istrinya, dengan lengannya yang kuat begitu mudah mengangkat tubuh Hana duduk di pangkuannya. “Hah… Eleanor dan Reynard berpacaran.” Ujar Max dengan suara baritonnya. “Wow, sejak kapan? Kenapa aku sama sekali tidak tahu?” jawab Hana dengan wajah penuh senyuman. Max mengerutkan keningnya melihat reaksi yang diberikan istrinya, “Apa kamu tidak keberatan atau ragu dengan hubungan mereka sayang?” Kini bergantian Hana yang bingung dan menatap sang suami, penuh tanda tanya, “Kenapa harus keberatan dan ragu dengan hubungan mereka berdua? Bukannya itu bagus? Akhirnya perasaan putri kita berbal