Share

Bab 118

Author: Nadira Dewy
last update Last Updated: 2025-02-16 21:03:33

Kelly duduk di ruang kerjanya, tangannya mencengkeram ponselnya dengan dengan erat.

Napasnya memburu setelah menerima kabar bahwa sebagian orang mulai mempertanyakan kepemimpinan William selama ini.

Usahanya untuk menyebarkan keraguan akhirnya membuahkan hasil, meskipun belum maksimal.

“William memang cerdas, tapi dia kan orang buta. Apa mungkin seseorang sepertinya bisa memimpin tanpa bantuan penuh dari orang-orang di sekitarnya?” Begitulah opini yang mulai berkembang di antara para petinggi perusahaan.

Beberapa dari mereka bahkan mulai mempertimbangkan apakah William benar-benar pantas menduduki posisi CEO.

Namun, banyak juga yang tidak ingin terhasut owlh opini tidak bertanggung jawab itu.

Mereka yakin sepenuhnya pada kemampuan William.

Di sisi lain, Robert mulai geram dengan rumor yang semakin meresahkan ini.

James juga sudah menyarankan tindakan tegas. “Kita tak bisa membiarkan ini terus terjadi,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 119

    Isu mengenai kemampuan William dalam mengelola perusahaan semakin memanas. Banyak pihak mempertanyakan apakah seorang pria buta benar-benar bisa mempertahankan kejayaannya di dunia bisnis yang kejam ini. “... Isu ini benar-benar menganggu. Aku tidak ingin percaya dan mengabaikannya saja. Tapi, entah kenapa aku makin terpengaruh.”“Terserah saja mau bagaimana pendapat orang lain, aku cukup percaya pada Tuan William. Hingga detik ini, dia konsisten dalam berargumen dan pembuktian.” Namun, mereka yang telah bekerja langsung di bawah kepemimpinan William tahu bahwa tidak ada yang perlu diragukan dari pria itu. William adalah pemimpin yang tegas, cerdas, dan selalu mengambil keputusan yang tepat. Meski entah bagaimana caranya bekerja selama ini, nyatanya perusahaan tetap berdiri kokoh. Nama Tuan Xavier juga terus terseret dalam pusaran isu ini. Beberapa pihak menduga pria itu akan mulai meragukan William dan mungkin

    Last Updated : 2025-02-16
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 120

    Begitu pesawat mendarat dan pintu kabin terbuka, William langsung mengenakan kacamata hitamnya dan mengeluarkan tongkat penuntunnya yang akan langsung memajang begitu di telan tombolnya. Gerakannya begitu alami, seolah-olah dia benar-benar membutuhkan benda itu untuk berjalan. Emily yang berdiri di sampingnya hanya bisa menaikkan sebelah alis, setengah kesal sekaligus kagum. “Kau benar-benar berbakat dalam akting,” gumamnya pelan. “Aku benar-benar makin bangga dengan kemampuan akting mu.” William tersenyum kecil, tapi tetap menjaga ekspresi wajahnya. “Ini bukan akting, Sayang. Ini adaptasi. Aku terlalu menjiwai, tolong berikan apresiasi lewat kekaguman saja.” Emily mendengus pelan, lalu menggenggam tangan William, menuntunnya agar lebih cepat berjalan. “Ayo, suamiku yang buta... istrimu ini akan menjadi mata untukmu.”Mau tidak mau, dia harus ikut berakting juga. Lagipula, selama ini dia sudah terbiasa dengan permainan Wi

    Last Updated : 2025-02-17
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 121

    William duduk di tepi ranjang dengan ekspresi dingin, matanya menatap lurus ke depan tanpa fokus. Emily yang sedang mengeringkan rambutnya melihat perubahan ekspresi suaminya itu, lalu berjalan mendekat dan duduk di sampingnya. “Ada apa? Terjadi sesuatu?” tanyanya pelan, menyentuh tangan William dengan lembut. William menghela napas panjang sebelum akhirnya menoleh ke arah istrinya. “Robert baru saja menelepon. Dia menyarankan agar kita tetap di dalam rumah untuk sementara waktu. Ada kemungkinan besar bahaya menunggu kita di luar.” Emily mengerutkan keningnya. “Apakah ini tentang Ibu Kelly?” William mengangguk, jemarinya secara refleks menggenggam tangan Emily lebih erat. “Iblis Kelly itu benar-benar sudah melewati batas. Bukan hanya aku, sekarang dia juga menargetkan mu.” Emily terdiam, hatinya mencelos mendengar itu. Dia tahu Kelly membenci William, tapi tidak menyangka wanita itu akan sampai ke tahap ini

    Last Updated : 2025-02-17
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 122

    Pagi itu, Robert meninggalkan apartemennya menuju ke kantor. Tidak ke rumah William, pria itu masih harus tetap di rumah karena ada rencana besar yang harus dilakukannya. Saat berada di tengah jalan, ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Robert menatap kaca spion mobilnya dengan tajam. Mobil hitam yang berada di belakangnya tidak menunjukkan tanda-tanda ingin menyalip, tetapi juga tidak menjauh. Kecepatannya stabil, seolah-olah sedang menguntitnya. Itu nampak sengaja. Awalnya, Robert tidak ingin berpikiran buruk. Jalanan pagi ini memang lebih sepi dari biasanya, jadi mungkin itu hanya kebetulan saja. Namun, semakin lama, firasatnya menjadi semakin buruk. Tiba-tiba, sistem pendeteksi pada mobilnya berbunyi nyaring, memperingatkan adanya kendaraan besar yang melaju dari arah berlawanan, truk besar, dan kecepatannya tidak normal. Robert mengerutkan keningnya. Mata Robert menyipit. “Ini b

    Last Updated : 2025-02-17
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 123

    Robert tahu dia tidak punya pilihan lain. “Semoga saja selamat. Kalau tidak, aku juga tidak perlu kecewa.” Robert bersiap, dia akan mengambil tindakan nekat. Jika dia tetap berada di dalam mobil, nyawanya bisa melayang seketika. Dengan sisa tenaga dan perhitungan yang matang, dia membuka pintu dan melompat keluar dari kendaraan yang masih melaju cepat. Tubuhnya membentur pembatas jalan dengan keras sebelum akhirnya terguling ke rerumputan di pinggir jalan. “Akhhhh!!” pekiknya. Rasa sakit langsung menjalar ke seluruh tubuhnya, seolah setiap tulangnya remuk. Namun, dia masih sadar, masih bisa merasakan denyut nyeri yang menyiksa seluruh tubuhnya. Sementara itu, di belakangnya, suara tabrakan keras menggema. Brak!!!! Mobilnya dihantam oleh truk yang se

    Last Updated : 2025-02-17
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 124

    Kabar tentang kecelakaan Robert menyebar dengan cepat, menggemparkan para petinggi perusahaan. Bahkan, sebagian dari mereka yang sebelumnya tenang oleh isu keraguan terhadap William jadi mulai gelisah. Dalam hitungan jam, mereka semua memutuskan untuk mengadakan rapat darurat di ruang konferensi utama, kompak mencari jalan keluar untuk kemungkinan yang terburuk. Di dalam ruangan itu, suasana terasa begitu tegang. Beberapa eksekutif senior berbicara dengan nada khawatir, membahas kemungkinan dampak besar bagi perusahaan jika Robert, tangan kanan William, benar-benar dalam kondisi serius dan tidak bisa bekerja dalam waktu lama. Bagaimanapun, Robert adalah pilar kokoh untuk William. “Kita semua tahu bagaimana peran Robert di perusahaan ini,” ujar salah satu petinggi dengan wajah yang nampak serius. “Tanpa dia, kita kehilangan keseimbangan. Dan Tuan William... dia...” “Dia itu kan buta,” potong seseorang dengan nada ragu. Rua

    Last Updated : 2025-02-18
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 125

    Suasana rapat darurat yang semula penuh ketegangan kini berubah menjadi kelegaan setelah pernyataan mengejutkan William barusan. “Tentu saja aku bisa melihat,” ucapnya tenang, namun penuh ketegasan yang tak terbantahkan. Para petinggi perusahaan yang hadir di ruangan itu terdiam sesaat, mencerna kata-kata William barusan. Kemudian, satu per satu ekspresi mereka berubah menjadi keterkejutan, lalu kelegaan yang mendalam. “Syukurlah, Tuan William!” seru salah satu eksekutif dengan wajah yang nampak sumringah. “Ini kabar yang sangat luar biasa!” “Tentu saja!” sahut yang lain. “Kami benar-benar senang mendengar ini! Kami harap, kedepannya anda akan selalu sehat.” William tersenyum tipis. “Aku tidak akan menjelaskan kapan dan bagaimana pengobatan itu berlangsung. Yang terpenting adalah aku telah kembali dengan penglihatan yang normal. Bisa bekerja dengan baik.” Para petinggi perusahaan m

    Last Updated : 2025-02-18
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 126

    Emily duduk di hadapan William di ruangan kerja. Tidak ada lagi kebohongan, tidak ada lagi kepura-puraan, baik di rumah maupun di kantor. William kini bisa bernapas dengan lega, dan itu berarti mereka sudah selangkah lebih dekat menuju akhir dari semua ini. Emily menatap suaminya dengan lembut, tetapi ada kilatan ketegasan di matanya. “Bagaimana perasaanmu sekarang, William?” tanyanya, suaranya penuh rasa ingin tahu. William tersenyum, kali ini bukan senyum tipis penuh rahasia seperti biasanya, melainkan senyum lega yang benar-benar tulus. “Aku merasa bebas. Tidak perlu lagi berpura-pura buta, tidak perlu lagi berjalan dengan tongkat atau berpura-pura bergantung pada orang lain untuk membaca dokumen saat berada di luar. Dan yang paling penting,” William menautkan jemarinya dengan Emily, “Kelly pasti sudah kehabisan daya. Dia tahu dia pasti akan kalah.” Emily tersenyum, mengeratkan genggaman tangannya. “Sekarang, kita hanya perl

    Last Updated : 2025-02-18

Latest chapter

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 190

    Robert mengerutkan keningnya, tidak menyangka kalau Azura benar-benar akan bersikap sangat dingin seperti ini padanya. “Barusan, kau sedang mengusirku?” tanya Robert, ekspresi tak percaya masih nampak jelas di wajahnya. Azura mengepalkan tangannya. Ia pun menatap Robert dengan tatapan yang tajam. “Menurut anda, setelah makian yang anda berikan kepada ku sebelumnya mudah untuk dilupakan? Siapapun orangnya pasti akan mendendam.” Mendengar itu, Robert pun menghela napas. “Terserah kau saja. Mendendam atau tidak, itu bukan urusan ku.” Azura makin kesal. Tanpa mengatakan apapun lagi, ia bangkit dari duduknya, dan meninggalkan Robert begitu saja. “Aku benar-benar bodoh karena pernah menyukai pria sialan ini,” batin Azura. Robert berdecih kesal, tidak menyangka kalau ada masanya dia diperlakukan dengan dingin oleh wanita yang dia anggap tidak ada apa-apanya. Ia pun bangkit dari duduknya, meninggalkan cafe milik

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 189

    Mendengar Emily sudah kembali, Nyonya dan Tuan besar meminta izin untuk bertemu. William sudah menolaknya. Dia tidak ingin Emily dipengaruhi lagi. Namun, Nyonya besar sudah berjanji tidak akan melakukan itu lagi, akhirnya William memperbolehkan Nyonya besar menemui Emily dan Elle. Di ruang tengah, tempat itu menjadi saksi Nyonya besar nampak tertunduk lesu. Wajahnya yang dulunya selalu terlihat tegas dan arogan kini menatap tak berdaya. Sudah empat tahun lebih tidak bertemu William dan Emily, wanita itu kini nampak tak mampu lagi menutupi kerapuhan dibalik wajahnya yang keriput. “Maaf... kalian berdua pasti sangat tidak nyaman dengan kedatangan Nenek. Tapi, mumpung masih ada kesempatan, Nenek ingin meminta maaf kepada kalian berdua,” ucap Nyonya besar, suaranya lemah. Tuan besar mengusap punggung istrinya dengan lembut. Dua tahun belakangan ini Nyonya besar mengalami penurunan kesehatan yang makin mengkhawa

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 188

    Setelah memastikan Elle tertidur lelap, Emily dan William akhirnya berbaring di tempat tidur mereka. Ruangan terasa sunyi, hanya ada suara napas mereka yang terdengar samar. Emily menggigit bibirnya, ragu-ragu sebelum akhirnya bertanya, “William... apa tidak apa-apa memperlakukan Anastasia seperti itu?”William yang tengah berbaring dengan mata terpejam menghela napas panjang. Dia membuka matanya perlahan lalu menoleh ke arah Emily. Tanpa berkata-kata, ia mengulurkan tangannya dan menyentil dahi wanita itu. “Aduh!” Emily meringis kesal, memegangi dahinya yang baru saja disentil. “Kenapa menyentil ku?” tanyanya dengan nada merajuk. William menatapnya tajam, lalu berkata dengan suara yang datar, “Kalau saja kau tidak kabur 4 tahun lebih yang lalu... kalau saja kau tidak berkata bahwa aku sebaiknya mencari wanita lain yang lebih pantas mendampingiku... mana mungkin aku membiarkan Anastasia tetap berada di sisiku?”Emily terdiam. Kata-kata

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 187

    Anastasia mencengkram setir kemudi mobilnya erat-erat. Tangannya gemetar, begitu pula tubuhnya yang terasa lemah seolah tidak ada lagi tenaga. Matanya memanas, dan tidak butuh waktu lama hingga air mata mulai berjatuhan tanpa bisa ia kendalikan lagi. Pada akhirnya, Anastasia menangis sejadi-jadinya, menumpahkan segala rasa sakit yang menghantam hatinya. Ia memukuli setir mobil dengan frustrasi, dadanya terasa sesak seakan udara enggan masuk ke dalam paru-parunya. Kata-kata William terus terngiang di kepalanya, kalimat yang menusuknya lebih dalam dari yang pernah ia bayangkan. “Istriku sudah kembali. Aku akan menjalani hidupku seperti sebelumnya.”Itu bukan sekedar pernyataan. Itu adalah penegasan, pengakuan yang membuat semua harapan Anastasia runtuh dalam sekejap. Bertahun-tahun ia menunggu, bertahun-tahun ia berharap, rela menghabiskan waktunya hanya untuk mengemis cinta dari pria itu. Dan kini, semua itu terasa sia-sia.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 186

    William meraih tangan Emily, sementara resletingnya sudah ia buka. Emily benar-benar kesal, tapi juga tidak bisa melakukan apapun. Kegilaan William hanya bisa dia tahan saja. “William, malam itu kau membawa Rose pergi di depan banyak pegawai JB fashion, kau sudah menciptakan kesalahpahaman,” ujar Anastasia. Mendengar itu, William pun hanya bisa memaksakan senyumnya. Sejatinya, dia sedang merasa kesal kepada Emily karena masih saja diam. Apa wanita itu tidak paham apa yang harus dilakukan padahal William jelas saja sudah membuka resletingnya. “Kau tidak ingin memberikan tanggapan apapun karena itu, William?” tanya lagi Anastasia yang masih belum mendapatkan tanggapan apapun dari William.. William menghela napasnya. “Yah... mau bagaimana lagi? Aku cukup bergairah melihat wanita itu.” Jawaban dari William barusan membuat Anastasia mengerutkan keningnya. “Sebenarnya, kenapa kau jadi seperti ini,

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 185

    Mendengar itu, Sebastian pun tersenyum sinis. “Kau pikir apa yang akan dilakukan jika sudah sampai di pesisir pantai, hah? Tidak ada kapal yang melintas melewati Pulau ini. Usaha itu hanya akan sia-sia saja.” Kelly tertunduk lesu. Entah Bagaimana caranya dia bisa sedikit berguna untuk Hendrick. Hendrick membuang napas kasarnya. Dia benar-benar sudah pasrah. Bahkan entah sudah berapa kali saja dia mencoba untuk bunuh diri meski gagal karena dia tidak sanggup dengan rasa sakitnya. ****Sore itu, setelah menyelesaikan pekerjaannya di JB fashion, Emily langsung menuju kantor William. Kedatangannya sudah dikabarkan oleh salah satu pegawai, sehingga ia tidak menemui hambatan apapun.Saat tiba di depan pintu kantor William, Emily mengetuk pintu sekali sebelum langsung masuk. William sudah memperbolehkannya sebelumnya. namun begitu ia masuk, hal pertama yang dicari adalah Elle. “Hari ini kau pulang lebih cepat, ya?”

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 184

    Pertanyaan dari Robert barusan membuat William tersenyum. “Apa yang berani dia lakukan kalau Elle tidak mau berpisah dariku?” Mendengar itu, Robert pun menganggukkan kepalanya. “Saya berharap, anda tidak akan merasakan yang sama lagi.” William menganggukkan kepalanya. “Kali ini, Aku cukup yakin bisa membuat wanita itu terus menempel padaku.” “Baiklah, Saya berharap seperti itu,” ujar Robert. William mengarahkan tatapan matanya kepada Robert, memperhatikan pria itu dengan apa yang sedang dipikirkannya saat ini. Pada akhirnya, Ia pun menyampaikan apa yang ingin dikatakannya. “Robert, ini sudah cukup. Apa kau masih harus bersikap sinis kepada Azura?” Ada perasaan aneh yang sulit untuk diungkapkan Robert saat ini. Tapi, dia juga tidak ingin William berpikir terlalu jauh. “Sebenarnya, aku sendiri tidak memperlakukan Nona Azura dengan sinis. Tapi, dia yang melakukan sebaiknya. Saya sudah mencoba untuk lunak

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 183

    Di ruangan kerja Anastasia, wanita itu dan Emily duduk berhadapan, beseberangan meja. Emily terdiam, menunggu Anastasia memulai pembicaraan. Sejak tadi, wanita itu terus saja mengarahkan tatapan tajamnya kepada Emily. ”Kenapa kau tidak datang ke kantor kemarin?” tanya Anastasia. Jangan tanya apakah tatapan tajamnya sudah mereda, sama sekali tidak. “... Maaf. Ada beberapa hal yang terjadi, namun saya tidak bisa menyampaikannya kepada anda,” jawab Emily. Mendengar jawaban itu, Anastasia pun tersenyum kesal. Ia menggigit bibir, sementara ia sendiri juga tengah mengatur emosinya agar tidak meledak-ledak. “Dengarkan aku baik-baik, Rose. William itu adalah kekasihku. Kenapa kau bisa melakukan semua itu bahkan di hadapanku?” tanya Anastasia. Suaranya memang terdengar datar, tapi jelas penuh tekanan. Emily menunduk sejenak sebelum dia menjawab pertanyaan itu. “Nona Anastasia, Anda juga melihat sendiri dengan sep

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 182

    Setelah percakapan panjang dan melelahkan itu, akhirnya William pun mengalah. Ia membiarkan Emily menyelesaikan proyeknya di perusahaan JB fashion. Namun, tentu saja, William tidak akan menyerah begitu saja tanpa mendapatkan sesuatu sebagai imbalan. “Karena aku sudah memberikan persetujuan yang harganya sangat mahal, maka kau harus membayarnya kembali,” kata William dengan tatapan penuh maksud. “Kau harus melayaniku sampai aku tidak bisa bangun besok pagi.”Emily menelan ludah, merasa wajahnya mulai memanas. Ia ingin menolak, tapi ia tahu William tidak akan menerima penolakan apapun. Namun, rencana William gagal total. Elle tiba-tiba masuk ke kamar dengan mata mengantuk, menyeret boneka yang ada di kamarnya tadi. “Ayah...” panggilnya pelan sebelum langsung naik ke tempat tidur dan memeluk William erat-erat. William membeku. Ia menatap bocah kecil itu yang dengan nyaman menempel padanya, lalu melirik Emily yang justru terseny

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status