Home / Romansa / Gairah Paman Sahabatku / 69. Aldrick Beufort

Share

69. Aldrick Beufort

Author: Tari suhendri
last update Last Updated: 2024-07-26 10:38:03

Pagelaran busana. Begitulah penjelasan singkat yang diberikan oleh James.

"Jangan jauh-jauh dariku," bisik James, dia terlihat begitu tegang.

Saat kami akan masuk, seorang pria berlari dan langsung menabrak tubuhku. James langsung menarik kerah bajunya, hampir saja wajahnya lebam jika aku tidak menahan James.

"Maaf, aku sedang terburu-buru," ujarnya cemas.

"Tidak masalah, aku baik-baik saja," jawabku seraya membantunya berdiri.

Dia menoleh padaku, karna sejak tadi dia ketakutan melihat James yang marah. Seketika air mukanya berubah.

"Alice!"

Aku jadi bingung, siapa dia? Kenapa mengenalku? James juga melihatku dengan tatapan bertanya. Aku hanya menggeleng.

"Alice, tolong bantu aku. Please" dia berkata sambil menciumi tanganku.

Aku membawanya ketempat sepi, karena kami menghalangi jalan masuk. Lalu bertanya meminta penjelasan kenapa dia bisa kenal aku.

"Maaf, aku lupa memperkenalkan diri. Felix,"

"oke?"

" Kita pernah bertemu saat aku masih di Boston. Tapi aku pulang ke paris set
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Eli Mirza
ga j3las ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gairah Paman Sahabatku   70. Ide Cemerlang!

    Aldrick ternyata masih duduk ditempat yang sama, juga terus melambaikan tangannya padaku dengan sikap norak. Aku melihat beberapa wanita menghindarinya, mata mereka terlihat jengkel pada Aldrick yang sekarang malah berdiri. Dia pria yang nyentrik, tidak peduli dengan pendapat orang lain terhadapnya. Orang seperti dia sangat sulit dipengaruhi. Tiba-tiba saja aku mendapat ide agar dapat membantu James. Meskipun ini ide yang buruk dan sangat berbahaya. James pasti akan mengamuk. Tapi biarlah aku akan melakukannya lebih dulu.Saat pergantian pakaian ke empat kali, aku sengaja berkedip pada Aldrick yang terlihat takjub. Entah apa yang sedang ia amati dari tempat duduknya. Banyak sekali tamu yang memakai baju-baju seksi. Aldrick bersiul melihat kedipan mataku. Tampak bersemangat hingga ia pergi dari kursinya. Sudah memancingnya aku malah jadi gemetar. "Halo cantik," Aldrick membungkuk dengan sopan. Meski tampangnya serampangan tapi dia tau cara menghargai wanita. Aku tersenyum, memaka

    Last Updated : 2024-07-26
  • Gairah Paman Sahabatku   71. Skeptis

    Memalukan sekali, kami mirip sepasang suami istri yang bertengkar di gereja. Seorang biarawati paruh baya menatap bingung karena sama sekali tidak mengerti bahasa tumbuh-tumbuhan yang kami gunakan. Akhirnya, aku menarik tangan James agar kami bisa pulang ke hotel. Dia masih merajuk karena aku tetap pada kemauanku. Apakah sampai di hotel kami lantas berpelukan dan berbaikan? Oh tentu tidak. James tipe pria yang tidak pernah bisa ditolak. Semua yang terjadi harus berdasarkan kemauannya. Dia ingin aku tetap aman. Sementara di keningku sudah di cap harga yang tertera. "Kepalang basah James, siapa tau aku bisa dapat informasi untukmu," "Apanya yang basah?" mata James langsung berharap."Dasar otak mesum!" dengan geram ku getok kepalanya dengan botol air mineral. "Aku bertanya apa yang basah? Apakah itu bisa disebut mesum?" "Jangan nyolot! Dan jangan alihkan pembicaraan. Aku harus jadi mata-mata untukmu," " Alice,,," James mulai merengek, dia lebih tau aku lebih keras kepala darinya

    Last Updated : 2024-07-26
  • Gairah Paman Sahabatku   72. Gila! dan Lari!

    Scott terus saja membela James, hingga membuatku malas menanggapinya. "Alice?" "Hmmm?" "Apa kau benar-benar mencintainya?" Aku diam, bukan merasa bimbang. Aku sangat tau bagaimana dan betapa aku mencintai James. Terlepas dari semua pesona dan kekayaannya. "Maaf, jika pertanyaanku membuatmu merasa risih," " Hari ini, adalah hari dimana kau banyak bertanya!" gerutuku Pura-pura merengut. Scott tergelak, " Sekarang aku tau kenapa James tergila-gila padamu. Kau memang menggemaskan. Hahahaah!" "Hentikan Scott, kau yang mirip orang gila. Kemana Scott pendiam dan dingin itu?" Dia jadi diam. Aku melihat melalui kaca, sorot mata Scott berubah jadi gelap. Dia sedang menimbang sesuatu yang tidak dapat kutebak. Melihat keluar jendela, banyak sekali apartemen terbengkalai. Mobil usang berdebu dipinggir jalan. Juga jalanan yang lengang. Aku jngin bertanya pada Scott, tapi dia masih larut dalam pikirannya. "Scott," "Ya, Alice?" Aku menggigit bibir, "Pernahkah kau melihat James b

    Last Updated : 2024-07-28
  • Gairah Paman Sahabatku   73. Tak terduga

    Aaaaaaaaaaaaaa mpppppphhhhhh"Sssstttttt, diam kau ini kenapa Alice?" Aku hanya terus meronta sampai sadar karena gigi panjang mengerikan itu hanya gigi palsu. Akhirnya hening, mataku kini membelalak tak percaya melihat orang yang sedang mendekap mulutku. Sementara mobil sudah melaju, kami pun berpelukan lama sekali. Aku sampai harus memeriksa setiap inci wajahnya untuk memastikan penglihatanku. "Oliv!" Kami berpelukan lagi, "enggak mungkin ini kamu. Aku gak bisa percaya mataku," "Kami harus percaya, Alice. Aku sudah disini," katanya serius. Tidak ada jejak bercanda sama sekali disana. Seketika aku sadar ada yang tidak beres. "Ada apa? Katakan?" pintaku mendesak. Tapi ponselku berdering lagi. "Alice! Oh tuhan apa kau baik-baik saja?" James terdengar sangat panik. Aku membayangkan wajahnya dari sini. "Baik James, itu hanya," Oliv menyuruhku diam. Aku mengangguk. "Oscar baru saja menjemputku, kita akan bertemu di rumah,"James sepertinya buru-buru."Oke," Aku tak habis pikir. Ke

    Last Updated : 2024-08-01
  • Gairah Paman Sahabatku   74. Oscar dan Sarah

    Selama tiga hari kami belum keluar rumah. Oscar bertugas menjadi bapak rumah tangga akhir-akhir ini. Entah darimana dia mendapatkan seorang istri yang keibuan sekali. Sarah, dia wanita dewasa yang penuh kasih sayang. Tuturnya lembut juga terlihat sangat mencintai keluarga. Aku sampai melongo saat dia bersikap manis sekali terhadap Oscar. Kepura-puraan mereka tidak dapat dideteksi hingga aku percaya bahwa mereka benar-benar sepasang suami istri. Seperti pagi ini, aku melihat Oscar sedang membelah kayu untuk perapian. Sementara Sarah menuangkan teh digelasnya. Dia melayani Oscar sepenuh hati.James memelukku dari belakang, menemaniku yang sedang berdiri didapur. "Kau iri?" tanya James sambil menciumi leherku. "Untuk apa?""Melihat mereka?" jawabnya mengedikkan dagu ke arah Oscar dan Sarah yang sedang menikmati roti dan teh di halaman belakang. Aku hanya mendengus. James membalik tubuhku hingga kami berhadapan. "Terimalah lamaranku dan kau akan mendapatkan semua impianmu sayang,"

    Last Updated : 2024-08-01
  • Gairah Paman Sahabatku   75. Rayuan Maut

    "Bagaimana kalau,,,""Apa?" tanya James sok jaim."Sudahlah, sepertinya lebih baik mengabaikan ku daripada menuruti kemauanku bukan?" aku berlalu, hendak keluar kamar.Sengaja ku langkahkan kaki perlahan untuk menunggu James menahan ku. Sampai..."Apa maksudmu Alice? Apa kau hendak mempermainkanku?" Senyum puas tersungging di bibirku, seperti emak-emak yang berhasil menawar barang dengan separuh harga. Tanpa berbalik, aku berpura-pura tak peduli. "Bukan mempermainkan-mu sayangku, aku hanya sedang negosiasi. Jika ingin mendapatkan hidup yang layak, bukankah aku harus ikut berjuang?" "Jangan bertele-tele, kau membuatku frustasi!" "Sudahlah James. Jika kau bahkan tidak mau melibatkanku dalam mengambil tindakan untuk apa kau mau aku menikmati hidup bahagia?" " Sudah ku katakan itu sangat berbahaya Alice! Apa kau tidak tau aku hampir gila karena Oliv terluka?" Percakapan ini, tidak seperti yang aku bayangkan. Bukan negosiasi seperti yang aku harapkan. James malah marah karena ini. "

    Last Updated : 2024-08-02
  • Gairah Paman Sahabatku   76. Fakta

    Semua orang telah berkumpul disebuah ruang bawah tanah rumah Oscar. Biasanya, tempat itu digunakan untuk berjaga-jaga jika terjadi bencana angin topan. Meskipun aku sendiri tidak tau apakah wilayah ini termasuk yang sering terjadi. Sarah telah menyediakan waffle juga kopi. Lalu dia pergi ke luar ruangan, mungkin dia merasa bukan ranahnya untuk dapat ikut berdiskusi.Aku menggigiti waffleku yang tinggal separuh. Menunggu kedatangan James yang tak kunjung muncul. Aku bertanya-tanya apakah dia ketiduran disuatu tempat?"Kau harus tetap berpikiran netral setelah mengetahui fakta-faktanya, Alice. Itu akan mempengaruhi pandanganmu dalam mengambil keputusan," ujar Oliv dengan penuh penekanan. "Netral?" keningku berkerut, dengan jantung berdebar menunggu James datang. "Kau gugup?" rupanya James sudah ada dibelakangku. Padahal aku tidak melihatnya masuk. Aku hanya mengangguk menanggapi pertanyaannya. Lalu sekilas melihat dinding yang baru saja tertutup. Aku yakin itu sebuah pintu rahasia.

    Last Updated : 2024-08-06
  • Gairah Paman Sahabatku   77. Hening sebelum Badai

    "Kau senang?" tanya James dengan cengiran khasnya. Aku suka melihat itu. "Sangat!" kataku seraya terus melakukan aktifitas favoritku. "Kau memang aneh Alice, disaat banyak aktifitas menyenangkan diluar sana, kau lebih memilih bersamaku disini," erang James dengan nafas tertahan. Aku masih terus memeganginya, menahannya agar tidak banyak bergerak. Dengan tatapan curiga aku memelototinya. "Selama aku tidak bersamamu, siapa yang melakukan ini untukmu?" tanyaku garang. "Aku melakukannya sendiri Alice," Jawabnya sambil memutar bola matanya jengah. "Dengan apa?" "Tentu saja dengan alat khusus, kau pikir aku tahan membiarkannya begitu saja?" Keluh James sedikit mengerang lagi. "Ouch Alice, pelan-pelan sayang," "Apa itu sakit?" aku menatap tepat didepan mukanya yang memerah. Dia menggeleng. "Hanya geli sedikit, kau semakin pandai melakukannya," Pujinya bangga. Aku mengerling nakal, "tentu saja dengan banyak latihan" "Kau melakukannya dengan siapa?" "Diriku se

    Last Updated : 2024-08-07

Latest chapter

  • Gairah Paman Sahabatku   108

    "James? Kau kenapa?" Alice yang sedang meneguk air dari botol minum tampak panik, dan menghampiri kekasihnya. "Tidak apa, " James hanya menyambut dan memeluk Alice. "Wajahmu pucat, apa kau melihat hantu?" James mendengus, sejak kapan hantu dapat menakutinya. Yang dia takutkan ada didepan matanya. "Kenapa kau pulang tidak mengabari aku?" Sekarang mata James menelisik curiga. "Oh anu," Alice melepaskan pelukannya dan berjalan mundur. "Jangan main-main denganku. Apa kau tak tau aku sudah setengah gila?" James merasa seluruh tubuhnya memanas. Alice malah menjauhinya. Tiba-tiba saja Alice berlari ke tangga dan menuju loteng. Entah apa yang ada dipikiran Alice, tapi James semakin dikuasai emosi. Bagaimana tidak? Dia pulang tanpa mengabari, itupun Scott yang memberitahunya. Saat di bandara, dia juga bersama Aldrick yang James benci. Sekarang malah berlari menjauh tanpa memberi penjelasan apapun. James berjalan dengan perasaan berang. Memijakkan kakinya dengan langkah lebar-lebar. Ha

  • Gairah Paman Sahabatku   107

    Pria paruh baya itu tidak mengatakan apapun, tapi dari tatapan matanya James langsung mengerti siapa dia. Mereka akhirnya berbagi tongkat berjalan masuk ke dalam bandara. "Bagaimana, apa kau sudah melihat kedatangannya?" Bisik James tak sabar. "Aku melihatnya , apa kau sudah mulai rabun?" "Cih, dasar tidak sopan!" ,James menggerutu tapi matanya jelalatan mencari. "Jangan lihat ke arah kirimu, nanti mereka curiga" James mengangguk, menahan kepalanya agar tidak melakukan hal sebaliknya. Sulit sekali melakukan itu karena dia benar-benar merindukan Alice. "Lihat itu, pria dengan setelan hawai yang norak?""Kenapa? Siapa mereka?"" Kau tidak mengenali mereka?" James tidak memperhatikan mereka, dia sibuk mencari-cari kesempatan menoleh ke arah Alice. Tapi mereka sudah pergi. "Ayo kita pergi saja, nanti kita tertinggal jauh" pinta James tak sabar. "Astaga! Dia pasti akan pulang kerumah, tenang saja""Darimana kau tau?" James mendelik marah. Dia takut Aldrick berlaku licik. Membawa k

  • Gairah Paman Sahabatku   106

    Baron dikurung dalam rumah sakit jiwa selama beberapa bulan, membuatnya jera dan berhenti dengan kebiasaan buruknya itu. Jadi, saat James menemuinya di bawah tanah saat ini pun, Baron sudah menjadi orang yang berbeda. Bukan Baron yang suka menculik anak-anak remaja untuk di lecehkan. "Bagaimana kabarmu, bung?" tanya James seraya duduk tepat berhadapan dengan Baron. Dengan wibawa yang berbeda, Baron menyambut hangat uluran tangan James yang menyapanya. "Aku baik, terima kasih sudah membantuku," "Justru aku yang harus berterima kasih, Baron. Kau sudah memberiku banyak informasi penting," Baron tersenyum tulus, lalu membuka laci meja kerjanya. Dia mengambil sebuah map cokelat lalu memberikannya pada James. "Informasi lain untukmu, kau akan terkejut mengetahui orang-orang yang terlibat didalamnya," Baron tampak khawatir."Apa mereka mencurigaimu?" "Tidak, aku anggota lama. Hanya saja tidak pernah aku benar-benar mengurusi data-data seperti itu. Setiap anggota jaringan berhak tau s

  • Gairah Paman Sahabatku   105

    "ayo!" Baron ditarik paksa oleh James. Mereka sudah sampai di sebuah gedung yang mirip rumah sakit. Baron mencari-cari nama rumah sakit itu tapi mereka sudah berada di halamannya. "Mau kemana kita?" tanya Baron ketakutan. Yang ada dipikirannya adalah..."Suntik mati!" Jawab James tanpa menoleh. Garis wajahnya begitu tegas dan kejam, membuat Baron semakin trauma. "Kumohon, jangan suntik mati" rengek Baron memelas, "aku akan lakukan apapun tapi jangan suntik mati aku" "Kau rupanya takut mati juga? Apa kau takut tidak dapat kesempatan mencoba obat barumu?" "Apa?""Obat baru yang kau beli dari seorang dokter kandungan" "Darimana kau tau itu?"James menghentikan langkah dan menatap tajam Baron, "tentu saja aku tau semua perbuatan mu, bahkan semua daftar psk juga gigolo yang kau sewa!" Baron bungkam, dia tidak dapat mengelak apapun lagi. Sudah pasti James bisa mendapatkan informasi apapun dari manapun. Selama ini, Baron merasa bahwa dia adalah seorang mafia yang disegani di bawah ko

  • Gairah Paman Sahabatku   104. PoV James

    Hari -hari James menjadi lebih sulit setelah dia pulang ke Boston. Terus mengecek email dan meminta semua orang untuk melapor setiap satu jam sekali. Gedeon yang paling aktif. James sempat tersedak saat sedang meneguk tehnya. Cara Gedeon cukup cerdik. Dia menggunakan media sosial untuk mengunggah setiap aktifitasnya di Farm Girl sebagai pegawai baru. Alice menyadarinya tentu saja, tapi dia terus tersenyum saat diajak ber selfie oleh Gedeon. Terkadang Alice menunjukkan sarapannya, atau melambai saat dia sedang berjalan melewati Farm Girl di petang harinya. Itu mengobati rindu James meski hanya sedikit. Sebagian besar pekerjaannya sudah di alihkan pada semua tangan kanan dan sekretasinya, namun kehadirannya di kantor sangat dibutuhkan. Pengaruh James yang cukup besar tidak hanya untuk perusahaannya saja, namun beberapa saham yang dimilikinya di beberapa negara bagian lainnya. Seperti satu hari itu, James berangkat menggunakan

  • Gairah Paman Sahabatku   103. POV James

    "Dia pergi kekawasan Notting Hill kak," Scott melaporkan situasi terkini Aldrick Beufort pada James yang sedang berjaga-jaga di dekat sebuah gedung. James terus merasa gelisah sejak kepergian Alice bersama Thomas. Dia melihat bagaimana pandainya Thomas mengatur emosi, mimik wajah juga ucapannya. Orang seperti itu sangat berbahaya jika kita tidak bertindak hati-hati. Jadi, alih-alih membiarkan Alice melakukan petualangan nya sendiri, James malah mengatur rencana untuk kekasihnya. "Cari tau apa yang dia lakukan disana, dik," titah James tegas, dia tidak mau membuang kesempatan apapun untuk Alice. "Baik," Scott mematikan sambungan .James lalu pindah ke sebuah kafe diseberang gedung itu. Mengawasi setiap gerak-gerik mencurigakan. Mendapati Alice keluar bersama Thomas dan beberapa gadis yang tampak akrab dengannya. "Apa dia mendapat teman baru?" pikir James menaikkan satu alisnya. Dia sangat tau bagaimana Alice. Dia me

  • Gairah Paman Sahabatku   102

    "ehemmmm" Aldrick langsung mengalihkan pandangan pada gadis mungil dibelakangnya. Matanya sinis juga mencela. Tapi bibirnya terkatup rapat. Alice bersikap santai, dia tersenyum lebar lalu duduk disebuah kursi dekat jendela. Angin menyibakkan rambutnya yang tergerai panjang. Ingin sekali Aldrick merapikan rambut itu. "Eh kok sudah bisa senyum? Sudah sembuh?" Celetuk Aldrick membuat Alice nyengir."Belum, tapi karena musiknya sudah mati, jadi gigiku tidak terlalu berdenyut seperti tadi," "Oh maafkan keegoisanku madam," Aldrick meminta maaf sambil membungkuk dengan sikap hormat. "Hahahah! Aku merasa jadi lebih tua," "Oh maaf, nona. Aku lupa kau belum menikah atau apakah sudah?" sindiran penuh rasa penasaran. "Tentu saja belum," Alice tersenyum manis sekali, sampai rasanya Aldrick akan membutuhkan suntik insulin. "Baiklah, aku akan mengambilkan minum untukmu" diberikannya obat pereda nyeri itu,

  • Gairah Paman Sahabatku   101. Rumah pink jadi menggoda

    Semua hal di dalam dunia menjadi indah jika kita mensyukuri apa yang sudah dimiliki. Namun Aldrick hanya memiliki sebagian sebagian besar yang diinginkan kebanyakan orang. Uang bukan sesuatu yang benar-benar menggiurkan jika kau memiliki seisi Bank. Tapi Aldrick bersyukur dia memiliki Nut. Meskipun sebelum ini Aldrick tidak pernah bertanya siapa ibunya, tapi dia juga tidak menampik akan rasa penasaran terhadap sosok ibunya. Meski begitu, selera Aldrick tentang perempuan juga tidak main-main. Mungkin karena itu dipengaruhi oleh pengasuh nya sejak bayi, yaitu Bibi Sally. "Kau tau! tidak ada seorang ibu yang ingin melihat anaknya menderita. Semua ibu itu memiliki cinta yang paling besar untuk anak-anak mereka. Anak adalah hidupnya, dan dia rela menukar hidupnya untuk kebahagiaan anaknya," Dulu, Aldrick tidak mengerti ucapan yang selalu di ulang-ulang oleh Bibi Sally. Namun belakangan, Aldrick sudah mengetahui maknanya. Hingga ia memutuskan untuk

  • Gairah Paman Sahabatku   100. Chepstow Villas

    Nut terheran-heran. Sejak tadi Aldrick terus memandang ke jendela dan tersenyum seperti orang gila. Bahkan dia tidak memberi tahu Nut, siapa yang dia kunjungi di Brick Lane tadi. Namun Nut tidak ingin mengganggu apapun yang membuat tuannya tampak bahagia. Dia bersimpati pada gadis yang membuat Aldrick tampak berbeda. Binar matanya yang kelam menunjukkan cahaya meski sedikit. Mobil berhenti didepan rumah yang berdempetan rapi. Setiap rumah di cat dengan warna-warna cerah , menambah keindahan kawasan di Notting Hill itu.Aldrick membeli rumah di Chepstow Villas ini sejak tahun lalu, saat perjumpaannya dengan Alice. Dia memiliki harapan yang cerah begitu mengunjungi kawasan yang selalu ramai wisatawan itu. Rumah dengan warna cat biru pastel. Disebelah rumah berwarna pink. Dia mengira rumah itu kosong dan akan manis sekali jika yang menempatinya itu seorang gadis. Selain lingkungannya yang bagus, Chepstow dekat dengan Westbourne Grove, y

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status