Selama 3 hari Ramel terbaring di atas tempat tidur, selama 3 hari juga ia tidak masuk kantor. Pria tampan itu benar-benar drop dan tak bisa beraktifitas sama sekali, bahkan makanannya harus diantar ke kamar.Begitu juga dengan Bella, wanita cantik itu terpaksa meliburkan diri dan tak masuk kuliah. Ia fokus mengurus Ramel selama tiga hari ini, membersihkan tubuh pria tampan itu dengan air hangat dan menyuapinya makan."Tok...tok...tok.." tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu."Sebentar, aku buka pintu dulu," ucap Bella sambil menaruh mangkuk bubur ke atas meja kecil yang terletak di samping tempat tidur."Ada apa Mbok?" tanya Bella setelah membuka pintu dan melihat Mbok Inem."Ada tamu yang ingin bertemu dengan Tuna, Nyonya," jawab Mbok Inem."Antar mereka kemari," sahut Ramel dari dalam kamar.Mbok Inem segera ke lantai satu untuk memanggil tamu yang ingin bertemu dengan Ramel, sedangkan Bella kembali menghampiri Ramel ke tempat tidur."Makannya sudah cukup, aku sudah kenyang," ucap
"Apa kamu sengaja menggodaku," ucap Ramel yang membuat Bella tersadar.Ia refleks bangkit, namun kedua tangan Ramel melingkarkan di pinggulnya yang membuat Bella sulit untuk berdiri."Ma...ma...maaf," ucap Bella dengan gugup.Sungguh ini pertama kalinya ia merasakan gugup yang luar biasa. Seluruh tubuhnya benar-benar menempel sempurna di tubuh Ramel, bahkan ia bisa merasakan sesuatu yang mengganjal di bawah sana."Kamu mau ke mana?" tanya Ramel yang semakin mengeratkan kedua tangannya, karena Bella berusaha bangkit."A...a..aku," ucapnya Bella seketika terhenti.Ramel melumat bibir wanita cantik itu dengan rakus. Memaksa lidahnya masuk ke dalam sana untuk merasakan manisnya saliva milik Bella.Saat melihat Bella sulit untuk bernapas, Ramel melepaskan bibirnya hanya beberapa detik lalu kembali melumatnya. Bella hanya diam dan sama sekali tidak berniat untuk menolak, rasa nikmat tiba-tiba saja tumbuh dalam dirinya. Bahkan ia membiarkan tangan Ramel menyelusup masuk ke dalam bajunya.Pri
"Hem..."Suara itu membuat Bella dan Rara refleks memutar kepala. Keduanya terkejut melihat Kevin ada di sana, pria tampan itu tersenyum manis sambil mengedipkan mata."Kenapa kalian melihatku seperti itu? Apa wajahku terlihat aneh?" ucap Kevin seraya bertanya."Oh iya, bagaimana keadaan Tuan Ramel, Bel?" lanjutnya bertanya sambil menjatuhkan bokongnya di samping Bella."A...Tuan Ramel sudah sembuh, hari ini dia sudah mulai bekerja," jawab Bella ragu-ragu."Ow, baguslah. Aku ikut senang mendengarnya, apalagi melihat kamu kembali kuliah." Pria tampan itu kembali mengedipkan sebelah matanya kepada Bella."Kamu sejak kapan berdiri di situ, Kev?" Kali ini Rara yang membuka mulut, ia ingin memastikan kalau Kevin tidak mendengar perbincangannya dengan Bella."Baru saja, memang kenapa? Kamu kangen sama aku?" Kevin berusaha mengalihkan pembicaraan dan berpura-pura tidur mendengar perbincangan kedua wanita cantik itu."Bukan aku, tapi Bella yang kangen sama kamu," sahut Rara diiringi dengan ta
Setibanya di ruang tamu, Bella terlebih dahulu berbicara sebelum Ramel membuka mulut."Aku tidak bisa menghubungi Kakek, jika kamu marah karena itu! Hukumlah aku," ucapnya dengan pasrah.Ramel tidak merespon ucapan Bella, ia hanya menatap wanita cantik itu dengan tatapan yang sulit untuk diartikan."Aku tahu kamu marah karena kakek menjual warisan milik Papah." Bella kembali membuka mulut sambil menaruh surat yang ditinggikan James, di atas meja tepat di hadapan Ramel."Apa ini sebagian dari sandiwara?" tanya Ramel dengan santai.Bella menarik napas sambil memejamkan mata, lalu kembali membukanya untuk menatap mata elang Ramel."Aku tidak pernah bersandiwara, tetapi jika kamu menganggap semua ini adalah sandiwara! Terserah kamu," ucap Bella dengan lembut."Benarkah?" Nada itu seperti mencibir di telinga Bella."Bukankah sebagai uang penjualan Hotel itu masuk ke rekening kamu?" lanjut Ramel.Tentu Ramel mengetahui uang yang masuk ke rekening Bella, karena pihak bank langsung menghubung
Panggilannya baru berdering dua kali, tiba-tiba Ramel muncul dari pintu utama. Pria tampan itu terlihat sempoyongan, ia bisa berjalan karena dituntun dua orang pengawal.Mbok Inem segera menaruh ponselnya di atas meja, ia berlari ringan menuju pintu."Tuan kenapa Pak?" tanya Mbok Inem."Tuan terlalu banyak minum Mbok," jawab salah satu pengawal."Ya Tuhan, ayo bawa Tuan ke kamar Pak." Mbok Inem meminta pengawal untuk membawa Ramel ke kamar. Setibanya di kamar, pengawal membaringkan Ramel di atas tempat tidur, sedangkan Mbok Inem menghampiri Bella ke balkon. Wanita cantik itu larut dalam khayalan, sehingga ia tidak menyadari ada orang yang masuk ke kamarnya."Nyonya," panggil Mbok Inem dengan lembut."Iya Mbok," sambil memutar kepala ke arah datangnya suara."Tuan sepertinya sedang mabuk, aku sudah meminta pengawal untuk membawanya ke kamar," ucap Mbok Inem."Baik Mbok, aku akan mengurusnya. Terima kasih ya Mbok.""Iya Nyonya, kalau begitu saya permisi dulu Nyonya." Mbok Inem meningga
Setibanya di kediaman Wijaya, Ramel turun dari mobil sebelum Lukas membukakan pintunya. Kaki jenjangnya melangkah masuk ke dalam rumah, menaiki tangga menuju lantai dua.Pintu kamar yang tidak tertutup rapat, membuat Ramel langsung masuk ke dalam."Mataku sudah ngantuk, aku tutup teleponnya dulu ya Kak Kevin." Kata-kata itu menyambut kedatangan Ramel, seketika amarahnya memuncak mendengar Bella bicara dengan Kevin melalui sambungan telepon."Oh... ternyata kamu seperti ini selama aku tidak di rumah?" Bella refleks memutar kepala ke arah datangnya suara. Ia terkejut melihat Ramel berdiri di bibir pintu dengan posisi kedua tangan terlipat di dada."Ramel, kamu sudah pulang." Bella menaruh ponselnya di atas meja lalu bangkit dari sofa, melangkah menghampiri Ramel yang juga melangkah ke arahnya."Berikan padaku," ucap Ramel sambil menyodorkan telapak tangannya kepada Bella."Maksud kamu?" Bella bertanya karena tidak mengerti apa maksud Ramel."Berikan ponselmu padaku." Ramel bicara deng
Ramel sudah menunggu 30 menit di gerbang, baru Bella muncul bersama Rara dan Kevin. Tentu Ramel semakin kesal melihat pemandangan itu! Apalagi ketiganya terlihat kompak sambil tertawa-tawa."Tin...tin...tin.." Ramel sengaja membunyikan klakson mobilnya.Sesuai harapannya, Bella yang masih berjarak lima meter darinya, refleks memutar mata ke arah datangnya suara."Bel, bukannya itu mobil Ramel?" tanya Rara dengan nada berbisik agar Kevin tidak mendengarnya.Bella menyipitkan mata untuk memperjelas penglihatannya, "Iya, itu mobil Ramel," ucapnya setelah memastikan."Bicara apa sih?" protes Kevin."Haaaa, gak bicara apa-apa," sahut Rara."Oh iya Ra, kak, aku pulang duluan ya? Sepertinya Tuan Ramel meminta sopirnya untuk menjemput aku," ucap Bella."Benarkah?" tanya Kevin dengan rasa tidak percaya."Iya Kak, itu mobil yang di gerbang," sambil Bella mengarahkan satu jari tangannya ke arah mobil Ramel."Hum, gagal lagi kita pulang bersama. Padahal aku udah sengaja naik motor, biar agak roma
Di bab ini sedikit panas, jadi bijaklah dalam membaca karena cerita ini khusus dewasa."Iya Ramel, ada apa?" sahut Bella yang sedang membersihkan lantai.Seketika itu Sarah ke luar dari kamar mandi, ia langsung menghampiri Ramel ke tempat tidur."Sini, aku ganti pakaian kamu," ucap Sarah sambil berusaha membuka kancing kemeja Ramel."Kamu pulang saja, biar Bella yang mengurusku." Ramel menepis tangan Sarah."Tapi Ramel....""Bella lebih paham dalam mengurusku," sela Ramel yang membuat Sarah tidak melanjutkan kata-katanya."Baiklah," ucap pasrah Sarah.Sebenarnya ia berencana menginap di sana untuk menemani Ramel. Bahkan Sarah sudah memberitahu ayahnya, kalau ia tidak akan pulang dan menginap di kediaman Wijaya. Tetapi karena Ramel mengusirnya! Sarah terpaksa harus pergi."Jangan coba-coba untuk macam-macam, Ramel adalah kekasihku dan hanya milikku seorang," ucap Sarah sebelum pergi.Bella hanya diam, ia mengerutkan kening karena bingung mendengar ucapan Sarah. Gak ada hujan dan gak ad