"Wah ... siapa tuh, ganteng bingits?!"
"Ehh, iya lho mirip artis deh!"
"Cari siapa tuh cowok?"
"Lho ... kok ke ruangan Bu Tika sih?!"
Bisik-bisik para karyawati perusahaan Golden Wing Packaging and Cargo Corp. terdengar berisik seperti dengungan sarang lebah mengiringi kehadiran sosok pria tampan dan macho di lantai 10 Wiryawan Grup Building.
"Selamat pagi, Miss Cantik ... ka!" ucap Arsenio saat dia menghadap bos barunya di ruangan presdir.
Penampilan wanita matang di hadapannya begitu profesional dengan kaca mata baca bertenger di hidung mancungnya yang mungil, nampaknya Cantika sedang sibuk memeriksa email di layar laptopnya.
"Hai, Sen. Pagi juga. Apa kita bisa mulai pekerjaan kamu sekarang?" balas Cantika yang memang sudah sibuk di meja kerjanya sejak tiba di kantor.
Wanita yang memegang jabatan presdir itu memang workaholic di kesehariannya hingga seperti memasang kaca mata kuda pada lawan jenis yang lewat seganteng apa pun. Bahkan, Arsenio yang ganteng nggak ada obat pun tak cukup membuat Cantika jatuh hati.
"Jadi saya harus mengerjakan apa nih, Miss?" tanya balik Arsenio sembari melangkah menuju ke samping kursi Cantika di balik meja kayu jati yang kokoh.
Dengan segera Cantika menjelaskan apa yang harus sekretaris barunya kerjakan. Membuatkannya dokumen kontrak elektronik untuk beberapa klien yang sebelumnya telah sepakat memakai jasa pelayanan kargonya sebagai agen ekspedisi barang ke luar negeri. Selain itu Arsenio juga harus mengirim balasan email follow up untuk calon klien yang sempat menanyakan tarif dan detail servis perusahaan tempat kerjanya yang baru.
Bosnya yang cantik itu tak hanya sekadar menjabat karena puteri pemilik perusahaan saja, tetapi Cantika memang menguasai kemampuan menjalankan perusahaan papanya dengan luar biasa profesional. Arsenio pun mendadak terkagum-kagum dalam hatinya. Dia memang lulusan Oxford University. Namun, bila dihadapkan dengan Cantika, dia bak anak kemarin sore yang canggung menangani tuntutan klien-klien perusahaan tersebut.
"Baik, Miss Cantika. Saya paham. Kalau begitu saya permisi dulu ke meja depan!" pamit Arsenio dengan sopan membawa setumpuk berkas data klien yang harus dia buatkan surat kontrak kesepakatan pemesanan jasa pengiriman barang.
Sayangnya baru saja dia duduk di balik meja kerjanya, rekan-rekan kerjanya yang berjenis kelamin perempuan menyerbu Arsenio untuk mengajak berkenalan. Mereka kepo maksimal dengan pria ganteng berperawakan gagah itu.
"Sudah punya pacar belum, Mas Arsen?" tanya Cindy terang-terangan karena dia masih jomblo.
Arsenio mulai menyalakan laptop milik papanya di meja sambil menjawab singkat, "Belum."
"Wah masih single dong. Gimana kalau nanti sepulang kantor kita hangout rame-rame ke mall?" ujar Melinda yang juga naksir dengan pemuda tersebut.
Namun, Arsenio teringat permintaan Cantika bahwa dia harus mengantarkan bosnya ke Hotel Mariott petang ini. "Maaf, hari ini sudah ada acara. Mungkin lain kali ya, Mel. Oya, sudah dulu dong ngobrolnya, kerjaanku nggak kelar-kelar kalau kalian ajak ngobrol melulu!" jawab pemuda itu seraya mengusir halus fans-fans barunya di hari pertama dia masuk kerja.
"Oke deh, yuk temen-temen kita balik kerja dulu. Makan siang nanti kita bareng ya, Arsen!" sahut Rosana mencoba caper kepada pemuda gebetan barunya sama seperti teman-teman sekantornya.
"Boleh. Kalau Miss Cantika nggak minta aku nemenin dia ya!" jawab Arsenio karena yang menjadi fokusnya adalah bos barunya saat ini. Papanya serius berpesan untuk selalu mendampingi Cantika.
"Yaaahh!" seruan kekecewaan kompak terdengar dari mulut para perempuan yang mengerumuni meja kerja Arsenio.
Namun, pemuda berusia 25 tahun itu memberikan kode agar mereka untuk bekerja kembali di meja masing-masing. Akhirnya kehebohan instan di kantor tersebut mereda.
Sesekali para karyawati yang duduk di deretan meja berseberangan dengan Arsenio curi-curi pandang ke arah pemuda itu. Beberapa juga kesal karena bos mereka yang perawan tua justru menjadi pusat perhatian sekretaris baru yang kece badai tersebut.
Jelang jam 12 siang, para karyawati di lantai managemen itu telah bersiap-siap untuk mengajak Arsenio makan siang bersama. Namun, sayangnya mereka harus menelan kekecewaan.
Langkah kaki di atas high heels 12 cm itu mengetuk-ngetuk lantai marmer hingga berhenti di depan meja sekretaris. "Sen, kita makan siang bareng yuk. Aku mau makan di luar kantor aja!" ajak Cantika yang didengar juga oleh para karyawatinya.
Sedangkan, para karyawan Cantika diam-diam menertawakan rekan-rekan karyawati mereka yang sedari tadi heboh berencana untuk makan siang bersama sekretaris baru yang konon katanya ganteng tak ada obat itu. Pupus sudah harapan mereka.
"Ohh ... boleh, Miss. Ayo kita berangkat sekarang saja!" sambut Arsenio dengan riang. Dia malas meladeni rekan-rekan kerja baru di kantor yang agresif mengejar dirinya.
Cantika memberikan senyuman ramahnya kepada semua karyawannya yang masih duduk di kursi kerja mereka masing-masing. Tangannya memegang lekuk lengan kekar berotot pemuda di sampingnya sambil melangkah penuh percaya diri.
"HA-HA-HA. Kapok kalian semua, kelar sudah rencana makan siang bareng mas sekretaris yang ganteng!" ejek Bobby yang menjadi general manager perusahaan pimpinan Cantika.
Cindy pun menyahut, "Ckk ... seneng loe! Besok masih bisa dicoba lagi kok."
"Oke, tunggu aja. Kali besok ditikung sama Bu Tika lagi pas jam makan siang," balas Bobby sambil tertawa geli melenggang bersama karyawan lainnya menuju ke lift untuk turun.
Mendengar cemoohan Bobby maka Melinda pun berkata ke rekan-rekannya, "Bu Tika ngapain sih sok akrab sama si Arsen. Dia mah udah tuwir, ibarat kata expired kalo jadi perawan. Masa mau ngegebet daun muda sih?!"
"Iya, Mel. Kasihan tuh halu kalo Arsen bakalan mau sama dia," timpal Rosana yang mendapat anggukan setuju dari para karyawati yang bergosip itu.
Sementara pasangan yang menjadi bahan perbincangan di kantor justru damai-damai saja di dalam mobil Porsche silver yang melaju di tengah hiruk pikuk lalu lintas ibu kota di siang hari. Sekali lagi Arsenio yang mengemudikan mobil milik bosnya.
"Gimana kerjaanmu di hari pertama, Sen. Apa kamu seneng?" tanya Cantika santai.
Arsenio menoleh sekilas sembari tertawa pelan. "Temen-temen kantor yang cewek agresif deh, Miss. Kalau soal pekerjaan sih so far so good, petunjuk dari Miss Cantika sudah jelas kok tadi!" jawabnya.
Mendengar jawaban sekretaris barunya, Cantika pun puas. Dia tak mempermasalahkan para karyawatinya yang agresif mendekati pemuda ganteng itu. Wajar sih, tampang dan perawakan Arsenio di atas rata-rata.
"Aduh, aku lupa deh, Sen. Kalau kamu nganterin aku ke hotel lantas kapan jengukin papa kamu di rumah sakit?" ujar Cantika tak enak hati memonopoli waktu Arsenio seharian.
"Santai, Miss. Sepulang dari acara di hotel aja, saya jenguk papa lagi sendirian," jawab Arsenio tak menganggap kesibukannya sebagai beban.
'Setidaknya khusus hari ini saja aku merepotkan Arsenio,' pikir Cantika. Rasanya malas sekali harus menuruti keinginan papanya untuk bertunangan dengan Hans. Dia punya rencana jitu agar calon tunangannya membatalkan perjodohan yang tak diinginkannya.
Rahang Arsenio jatuh hingga mulutnya ternganga menatap bosnya dalam penampilan gaun malam satin semata kaki yang anggun nan sexy. Kain warna hitam yang menutupi bustier itu tak mampu menahan sepasang bulatan kembar berukuran mantap yang mengintip."Sen ... kok malah jadi bengong? Are you okay?" tegur Cantika yang dipelototi oleh sekretaris pribadinya hingga jadi salah tingkah.Arsenio pun tersadar dari kebengongannya. Dia pun menyahut, "Sorry, Miss ... ehm ... ehm ... apa sudah siap berangkat?" "Yap, aku sudah siap dari tadi kok. Ayo kita berangkat jangan sampai telat deh!" Cantika segera menutup pintu unit apartment yang telah bertahun-tahun dia tinggali sendiri. Rasanya begitu melow saat dia teringat kenangan buruk mengapa dia memilih tinggal terpisah dari keluarga Wiryawan. Itu rahasianya.Saat mereka berdua telah berada di dalam mobil Porsche silver milik Cantika yang dikemudikan oleh Arsenio. Wanita matang itu pun mulai memaparkan rencananya kepada sekretarisnya. "Sen, kali ini
"HAHH?! DIA MENOLAK HANS?" teriak Nyonya Ribka dengan suara nyaring yang terkesan lebay hingga membuat Cantika memutar bola matanya terang-terangan.Mama tirinya itu memang sejak dulu mereka serumah selalu bereaksi berlebihan bahkan tak jarang playing victim di hadapan papanya. Sayang sekali bukannya mempercayai puterinya, justru papanya selalu memercayai omongan tak benar dari istri keduanya."Kamu lucu banget sih, Tik. Yang kamu tolak tuh multimilyarder dan demi seorang ... sekretaris? HA-HA-HA, apa kata dunia tuh, Mas Julian?!" Nyonya Ribka selalu saja manipulatif dan mengadu domba ayah dengan puteri tirinya itu.Baby, adik tiri Cantika pun dalam hatinya yang tamak merasakan adanya angin segar. Sudah menjadi impiannya untuk menjadi istri konglomerat yang hartanya unlimited. "Pa, kalau Mbak Cantika nggak mau dijodohin, gimana kalau Baby aja yang gantiin sama Mas Hans?" usulnya mengajukan diri menggantikan posisi kakak tirinya. Dia melirik dengan tatapan genit kepada pria yang sehar
"Kamu apa tadi sempat kepentok kepalamu, Sen? Kok jadi membagongkan begini sih omonganmu!" tegur Cantika sambil tertawa kering memalingkan wajahnya ke jendela mobilnya.Karena merasa tawarannya ditampik oleh bosnya, Arsenio pun tahu diri dan memilih menjalankan mobil Porsche silver yang dikemudikannya menuju ke rumah sakit tempat papanya dirawat."Emang kamu belum punya pacar apa gebetan sih, Sen?" selidik Cantika sambil melirik takut-takut jaim ke arah Arsenio.Pemuda 25 tahun itu terkekeh sembari fokus menyetir. "Kenapa kok mendadak kepo? Kamu toh udah nolak ajakan buat asek-asek dariku tadi 'kan?" sindirnya lalu menoleh sekilas memeriksa ekspresi wajah wanita di sebelahnya."Ckk ... malah bengong sih! Kamu tuh terlalu serius jalanin hidupmu, Cantik. Okay ... let's say kamu keren banget kalo di kerjaan kantor, tapi kehidupan pribadi kamu justru gersang. Ngadepin lawan jenis apa lagi ... cupu!" celoteh Arsenio yang membuat Cantika terdiam merenungkan perkataan putera sekretaris keper
Cantika seolah kehilangan kata-katanya, kedua lengannya ditahan di sofa oleh Arsenio. Pemuda itu entah kenapa semenjak pulang dari makan malam bersama keluarga Wiryawan dan Ghozali tadi menjadi agresif untuk mendapatkannya.Pada akhirnya Cantika merasa harus menyuarakan isi hatinya yang dia pendam sejak tadi, "Sen ... kalau memang kamu menyukaiku, please take it slow. Terserah deh kamu bilang aku cupu ngadepin lawan jenis, tapi memang selama ini aku nggak punya minat buat ngebagi kehidupan pribadiku sama pria manapun!" "Kenapa kok kamu tertutup banget jadi cewek sih, Cantika?" tanya Arsenio penasaran. Dia melepaskan pegangannya di lengan wanita matang yang sexy itu. Arsenio kembali menenggak botol bir dinginnya.Tangan Cantika perlahan menelusup untuk melingkari pinggang pemuda di sisinya yang berotot kencang di bawah balutan kemeja biru mudanya. Wanita itu merebahkan kepalanya ke bahu Arsenio lalu memejamkan matanya. Bulir bening air matanya jatuh membasahi lengan kemeja lengan panj
"Selamat pagi, Miss Cantika. Apa ada tugas untuk saya hari ini?" sapa Arsenio berdiri di seberang meja kerja atasannya. Penampilan wanita matang yang elegan itu nampak apik di indera penglihatannya. Lekat-lekat dia memandangi Cantika dalam diam sembari menunggu serentetan petunjuk untuk pekerjaannya. Cantika mempersilakannya duduk di kursi seberangnya. "Pagi, Sen. Pertama, kamu tulis email balasan untuk Mr. William Chan ya, beliau meminta perincian biaya ekspedisi barangnya sekaligus pemrosesan muat kontainer kapal kargo ke Santa Monica, Los Angeles. Sudah kutulis coret-coretan isinya, oke?" tutur Cantika dengan profesional."Siap, Miss. Next apa ada lagi?" sahut Arsenio."Hmm ... kedua, kamu kirim lampiran berisi price list tarif jasa perusahaan ke beberapa calon customer. Sudah aku tulis juga di catatan kertas ini nama klien plus alamat surel mereka, total ada 8 deh. Paham 'kan ya?" lanjut Cantika dengan sangat jelas setiap patah katanya sembari sesekali melihat ke wajah Arsenio y
"Cantika, apa kau mau menemaniku clubbing malam ini?" ajak Arsenio iseng saja. Memang semenjak dia kembali dari Inggris belum sekalipun pemuda itu bersenang-senang.Kondisi kesehatan papanya yang membuat Arsenio memutuskan untuk pulang ke Jakarta dan dia pun harus menggantikan posisi Pak Sandiaga Gunadharma sebagai sekretaris kepercayaan bosnya.Di dalam lift yang melaju turun ke lantai underground parkir kendaraan karyawan, Cantika menimbang-nimbang haruskah dia menerima tawaran Arsenio. Sebenarnya dia merasa lelah karena seharian bekerja, tetapi ia teringat akan Baby yang membuatnya menghamburkan 100 juta rupiah demi melunasi sebagian tagihan kartu kredit adik tirinya yang declined saat digunakan."Oke, kenapa nggak ... mungkin aku pun bisa sesekali have fun go mad, Sen!" sahut Cantika yang tidak seperti dia biasanya."Ohh ... cool! Kujemput di apartment jam 9 malam ya. Makan di rumah aja sendiri-sendiri terus langsung berangkat ke night club," terang Arsenio agar Cantika tidak menu
"Aahh ... aahh ... mmhh!" Suara desahan lembut setengah sadar itu meluncur dari bibir bengkak Cantika yang habis dilumat oleh Arsenio beberapa saat sebelumnya. Bagian kecil dari dirinya yang sangat sensitif sedang diusap-usap dengan sapuan lidah basah pemuda itu di bawah sana. Dia menikmati setiap inchi dari tubuh wanita pujaan hatinya. Arsenio seolah telah terbius oleh aroma manis yang menguar dari raga polos yang tergolek tanpa daya di atas ranjang sekaligus di bawah badan kekar berotot padatnya."Honey, aku suka suara manjamu seperti ini!" gumam Arsen sambil mengisap dan menggigiti daun telinga Cantika. Dia telah sama polosnya dengan wanita itu saat ini, siap untuk mencuri mahkota seorang Cantika Paramitha di ujung pagi yang dingin.Kedua lutut Arsenio melebarkan paha wanita yang tak mungkin melawan kehendak laki-lakinya, dia pun sama sucinya dengan Cantika. Ini adalah kali pertama baginya melakukan hubungan terlarang sebelum menikah dengan seorang perempuan. Dia itu perjaka ting-
Arsenio merasa bersalah karena telah merengut kesucian wanita pujaan hatinya. Ternyata kenikmatan yang mereka bagi semalam menyisakan lara di dalam diri Cantika. Mungkin caranya memang yang tak benar, dia tidak meminta izin dan mengambil haknya sebelum menunaikan kewajibannya terlebih dahulu."Kita nikah ya, Sayang? Aku harus bertanggung jawab atas apa yang kulakukan sama kamu tadi malam. Dan itu kulakukan bukan hanya didasari napsu sesaat, aku jatuh cinta sejak pertama kita ketemu di rumah sakit!" bujuk Arsenio seraya mengangkat dagu Cantika dengan telunjuknya."Nikah kilat?!" tukasnya terkejut hingga jantungnya nyaris melompat dari dadanya.Arsenio menatapnya serius, pemuda itu tidak main-main sama sekali. "Ya." Cantika menggeleng keras. "Nggak, nanti kamu nyesel, Sen, lantas ceraiin aku—""Jangan konyol, denger baik-baik ya. Aku cinta kamu, Cantika Paramitha!" tegas Arsenio memegangi kedua lengan wanita itu kuat-kuat.Namun, belum sampai Cantika menjawab, suara bel unit apartment
Dua puluh tahun kemudian. "Jessica, tolong taruh buket bunga dalam vas ini di meja depan panggung ya!" pinta Baby Alexandra kepada keponakannya yang telah berusia 19 tahun.Puteri bungsu Cantika dan Arsenio itu baru saja lulus SMA dua hari yang lalu. Sedangkan, hari ini adalah hari jadi pernikahan mama papanya yang ke-25. Dia bersama keluarga Gunadharma dan Gozhali menjadi panitia acara meriah yang diadakan di resort Pulau Mutiara Permai."Sudah, Tante Baby. Apa ada lagi yang belum kelar persiapan pestanya?" tanya Jessica sambil celingukan mencari saudara-saudaranya. Putera Baby; Justin dan Aaron juga ikut ke pulau pribadi itu. Mereka justru asik bermain selancar dengan ombak sedang cenderung tinggi bersama ketiga putera bibi mereka; Kenneth, Daniel, dan Zeus."OMG, cowok-cowok ini ya! Memang minta dijewer, para tamu sudah pada berdatangan kok masih ngelaut aja mereka!" omel Jessica dengan gemas menatap ke arah lautan. Tenda besar dengan tirai kain putih dan pink yang dibuat di tep
Setelah Zeus genap berusia dua setengah tahun, Arsenio memeriksakan kehamilan mommy tiga putera itu yang telah menginjak usia kehamilan 18 minggu. Pasangan suami istri itu begitu bersemangat untuk mengetahui jenis kelamin janin di rahim Cantika."Kuharap kali ini perempuan, kita sudah punya tiga anak laki-laki, Darling. Kau memiliki empat jagoan untuk mengawalmu; aku, Ken, Danny, dan Zeus!" ujar Arsenio yang mengemudikan sendiri mobil Lexus LS500 menuju ke rumah sakit.Cantika yang duduk di sebelah bangku pengemudi menghela napas pasrah. Dia pun bertanya, "Bagaimana kalau ternyata jagoan keempat? Bukankah bagus seperti film drakor Boys Before Flower, empat serangkai cowok-cowok kece, Daddy Arsen?""Ohh ... tidak! Aku pengin anak cewek untuk kumanjakan di rumah, Cantika!" protes Arsenio menolak keras. Dia memarkir mobil di lantai basement Rumah Sakit Siloam.Internasional lalu membantu Cantika turun dari mobil lalu naik lift ke poli obsgyn.Ternyata antrean mereka masih kurang dua pasie
Tepat seperti janji Leon kepada Arsenio, istana untuk keluarga kecil dan ratu hatinya itu selesai dalam tempo tiga bulan semenjak mereka pulang berbulan madu ke Eropa. Sebuah pesta meriah digelar untuk acara syukuran ditempatinya rumah baru tersebut.Sekitar pukul 18.00 WIB, para tamu kolega Cantika dan Arsenio mulai berdatangan hingga halaman di depan serta samping kanan kiri kediaman Cantika Gunadharma itu dipenuhi kendaraan mewah berbagai merk.Cantika malam itu mengenakan gaun berkerah Sabrina berbahan satin warna merah mawar yang berekor panjang. Di sampingnya, Arsenio berdiri dalam balutan tuxedo warna hitam yang membuatnya nampak gagah serta tampan. Mereka berdua menyambut tamu dengan wajah berhiaskan senyum bangga."Selamat untuk rumah baru kalian yang sangat megah, Cantika, Arsen! Om turut berbahagia dengan kesuksesan bisnis kalian yang nampaknya berkembang pesat!" ujar Pak Revano Gozhali yang hadir dalam pesta meriah itu bersama keluarganya termasuk Baby Alexandra, adik tiri
Negara spagetti menjadi tujuan terakhir perjalanan bulan madu Arsenio dan Cantika. Keindahan negara Italia yang terletak di jantung Laut Mediterania itu memang memukau dengan banyak bangunan peninggalan sejarah seperti colloseum dan kuil Pantheon. Selain itu Italia juga terkenal dengan sepak bola sama seperti kebanyakan negara besar di Benua Eropa. "Pantai Amalfi yang disarankan oleh nenek untuk dikunjungi berada di Positano. Aku sudah memesan kamar di Hotel Marina Riviera, lokasinya strategis tak jauh dari pantai, sekitar 200 meter saja dan ada outdoor swimming pool. Sangat nyaman dan indah, kamu pasti suka sekali, Darling!" ujar Arsenio saat mereka naik taksi dari Stasiun Milan Central untuk tinggal sehari di kota Milan sebelum berpindah ke kota Positano."Aku ikut saja apa yang kamu pikir itu bagus, Arsen. Kamu sangat bisa diandalkan, Hubby!" jawab Cantika lalu mengecup bibir Arsenio di bangku belakang taksi sekalipun Suster Nina duduk di sebelahnya bersama Daniel.Rombongan itu s
Dari Amsterdam, rombongan asal Indonesia itu bertolak ke Spanyol dengan kereta Eurostar yang melintasi antar negara di benua Eropa. Negeri Matador itu memang sangat menarik sebagai salah satu tujuan wisata. Kereta api itu berhenti di Estacion de Atocha, Madrid. Arsenio seperti biasa mengajak rombongannya untuk menaruh barang di hotel serta beristirahat sejenak sebelum berkeliling kota. Rencananya dia akan singgah tiga hari di Spanyol untuk berkeliling kota Madrid dan Barcelona sebelum pindah ke negara tetangga yaitu Italia yang tak boleh terlewatkan untuk dikunjungi selama melancong ke Benua Eropa."Tidurlah sebentar bersamaku, Darling. Hari masih cukup pagi, satu atau dua jam lagi barulah kita berangkat ke museum," bujuk Arsenio sambil merengkuh tubuh Cantika hingga tenggelam di pelukannya di bawah selimut.AC kamar memang membuat Cantika mengantuk, dia menguap lalu bertanya," Kita mau ke mana saja hari ini, Sen?""Sebenarnya ada banyak museum di Madrid, tapi aku memilih satu saja y
Setelah singgah di London selama empat hari, Arsenio dan keluarga kecilnya berpamitan dengan Nyonya Bernadete Sloan. Mereka ingin meneruskan tour ke Amsterdam terlebih dahulu dengan kereta cepat Eurostar. Kereta api itu berhenti di Stasiun Amsterdam Centraal yang bangunannya indah karena merupakan peninggalan bersejarah abad ke-18 akhir dengan gaya bangunan Gothic, Renaissans revival. Arsenio membawa koper mereka semua dengan sebuah troli karena ketiga perempuan yang bersamanya masing-masing menggendong anak-anaknya. Dia nampak seperti seorang pria yang memiliki tiga istri di mata orang-orang awam yang berpapasan dengan rombongan itu. Sebuah taksi dari Stasiun Amsterdam Centraal mengantarkan mereka ke Hotel Royal Amsterdam yang terletak di pusat keramaian kota. Arsenio telah membuat rencana untuk menikmati obyek wisata menarik di sana."Aku ingin melihat taman bunga Tulip, Sen. Belanda terkenal karena bunga Tulip, kincir angin, dan bendungannya bukan?" ujar Cantika sambil mengamati
"Hai, Arsen, Cantika! Senang bertemu lagi dengan kalian di London. Masuklah!" sambut Duchess of Beaufort di teras depan kediamannya petang itu. Dia begitu antusias karena ketiga cicitnya ikut mengunjunginya juga. Ketiga putera Arsenio yang dilahirkan oleh Cantika berparas rupawan. Garis wajah mereka menuruni genetik keluarga Sloan, kakek Arsenio yang bergaris rahang tegas, hidung mancung, dan tulang pipi tinggi. "Halo, Nek. Senang melihat Nenek sehat seperti ini. Kami sebelumnya mengunjungi Paris. Setelah ini sepertinya kami akan ke Madrid lalu Amsterdam. Sebulan saja mengunjungi Eropa tak akan cukup!" balas Arsenio sembari duduk di sofa bersebelahan dengan istrinya."Ya, tentu saja. Terlalu banyak yang menarik untuk dikunjungi. Kau harus mengajak Cantika mengunjungi Italia, sangat indah terutama di Pantai Amalfi," sahut Nyonya Bernadete.Arsenio juga belum pernah berkunjung ke sana, dia mengiyakan saran neneknya dan menambahkannya di daftar tempat untuk dikunjungi selama berkunjung
Setelah menjalani berbagai meeting management yang hectic di Cantika Gunadharma Jaya Center demi mengatur langkah operasional yang lebih mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Cantika bersama Arsenio berpamitan dengan top management perusahaannya seraya berpesan menjaga kinerga agar tetap stabil selama ditinggal ke Eropa sekitar sebulan.Pelaporan keuangan mingguan dan meeting akan dilakukan secara online setiap hari Senin pagi di mana pun Cantika dan Arsenio singgah di Benua Biru itu. Hari berikutnya, dengan diantarkan oleh Pak Joko ke Bandara Soekarno-Hatta, keluarga kecil dengan tiga anak dan kedua baby sitter itu melakukan check in ulang tiket pesawat Singapore Airlines tujuan Paris. Kabin business class pesawat Singapore Airlines terkenal sangat nyaman bagi para penumpang yang bersedia merogoh kocek lumayan dalam. Namun, Arsenio tidak masalah membayar mahal yang terpenting berkualitas. Suster Nina menjaga Kenneth, Suster Henny menjaga Daniel, dan Zeus bersama daddy mommy-nya.
"Aahhh ... mmhh ... Seenn. Bawa aku ke kamar istirahat!" desahan penuh hasrat meluncur dari bibir Cantika yang bengkak dan kebas karena baru saja dilumat ganas oleh suaminya.Dia masih duduk di pangkuan Arsenio di ruangan presdir sambil didekap erat oleh kedua lengan kekar pemuda itu. Leher mulus Cantika menjadi sasaran empuk suaminya yang mulai bergairah."Sebaiknya begitu, celanaku terasa begitu sempit karena ulahmu, Darling!" balas Arsenio lalu meraup tubuh ramping nan sexy itu ke gendongannya. Tatap matanya tak lepas dari wajah istrinya."Kenapa aku gemetaran melihat tatapan matamu yang seperti ingin melahapku bulat-bulat begitu, Sen!" tukas Cantika terkikik. Dia tak berani membayangkan seperti apa suaminya yang selama 42 hari tak mendapat jatah sebagaimana mestinya.Kemudian Arsenio mendorong pintu kamar istirahat presdir lalu merebahkan Cantika di tengah ranjang. Dia meninggalkannya untuk menutup pintu kamar terlebih dahulu serta menguncinya. "Lebih baik kukunci agar mangsaku ti