Arsenio merasa bersalah karena telah merengut kesucian wanita pujaan hatinya. Ternyata kenikmatan yang mereka bagi semalam menyisakan lara di dalam diri Cantika. Mungkin caranya memang yang tak benar, dia tidak meminta izin dan mengambil haknya sebelum menunaikan kewajibannya terlebih dahulu."Kita nikah ya, Sayang? Aku harus bertanggung jawab atas apa yang kulakukan sama kamu tadi malam. Dan itu kulakukan bukan hanya didasari napsu sesaat, aku jatuh cinta sejak pertama kita ketemu di rumah sakit!" bujuk Arsenio seraya mengangkat dagu Cantika dengan telunjuknya."Nikah kilat?!" tukasnya terkejut hingga jantungnya nyaris melompat dari dadanya.Arsenio menatapnya serius, pemuda itu tidak main-main sama sekali. "Ya." Cantika menggeleng keras. "Nggak, nanti kamu nyesel, Sen, lantas ceraiin aku—""Jangan konyol, denger baik-baik ya. Aku cinta kamu, Cantika Paramitha!" tegas Arsenio memegangi kedua lengan wanita itu kuat-kuat.Namun, belum sampai Cantika menjawab, suara bel unit apartment
"Papa, nanti malam Om Sandiaga mau lamar Cantika buat puteranya. Jam 7 malam bisa 'kan?" ucap Cantika di telepon sambil berjalan di koridor rumah sakit bersama Arsenio di sampingnya."Hmm ... bisa sih. Kok cepet banget dia lamar kamu. Kalian sudah yakin mau merid?" jawab Pak Julianto Wiryawan terkesan cuek dinilai dari nada bicaranya.Wanita bergaun batik itu menghela napas, sulit baginya mendapatkan dukungan dari orang tua kandung satu-satunya yang masih hidup di dunia ini. Cantika pun membalas, "Iya, Tika yakin. Sampai besok malam di rumah ya?" "Oke." Jawaban singkat dan datar itu disusul dengan bunyi klik panggilan telepon yang diakhiri. Sekalipun Cantika tidak mengatakan apa pun, tetapi Arsenio seolah mengerti situasi tak mengenakkan yang dihadapi oleh calon istrinya baru saja. Dia merangkul bahu Cantika lalu mengecup pipinya. "Setelah kita menikah, aku yang bakalan mengurusimu, Sayang. Itu akan jadi hobi baruku!" hibur Arsenio tanpa diminta oleh Cantika."Ehh ... aku nggakpapa
"Barang lamarannya sudah ditaruh di bagasi mobil Mbak Tika semua. Hati-hati di jalan ya, Mbak, sudah larut malam!" ujar Junot, asisten rumah tangga keluarga Wiryawan setelah menutup bagasi mobil sedan Honda Civic silver milik Cantika.Perempuan yang baru saja dilamar oleh Arsenio itu mengambil uang pecahan 20.000 rupiah dari tas tangannya lalu memberikannya ke Junot. "Makasih ya, Not. Ini buat beli kopi. Aku pamit dulu!" ucap Cantika lalu tersenyum sekilas sebelum bergegas ke bangku pengemudi.Anggota keluarganya justru sama sekali tidak ada yang melepas kepergiannya apa lagi berinisiatif membantunya membawakan bingkisan mahar lamaran pernikahan dari keluarga Gunadharma yang terbilang banyak. Sejak dulu memang mereka selalu abai terhadapnya.Selama perjalanan kembali ke apartmentnya, Cantika tidak mengetahui bahwa di belakang mobilnya si calon suami mengawalnya pulang. Memang Arsenio menyuruh sopir untuk mengantar Pak Sandiaga langsung pulang ke rumah mereka. Dia menyetir sendiri mobi
Pagi itu Arsenio menjemput Cantika untuk berangkat ke kantor bersamanya. Pemuda gagah tinggi semampai bermata cokelat teduh itu melingkarkan lengannya ke bahu Cantika sembari keluar dari lift menuju ke ruang kantornya."Selamat pagi!" sapa Cantika ke para anak buahnya yang telah stand by di kubikel masing-masing untuk mulai pekerjaan hari ini. Langkahnya ringan dan pasti di atas stiletto 12 cm warna putih yang juga hadiah lamaran dari pria di sampingnya."Pagiii, Bu Tika!" sahut para bawahan wanita tersebut kompak serentak.Namun, ketika Cantika dan Arsenio masuk ke dalam ruang kerja presdir, segera para karyawati di lantai itu bergerombol untuk mulai bergosip."Astaga, gile bener ... tuh perawan tua kok bisa ngegaet berondong ganteng sih!" ucap Cindy bersedekap dengan ekspresi tidak senang.Melinda yang sedang membuka website perusahaan tempat mereka bekerja spontan memekik terkejut, "WHATTT?! Temen-temen, tanggal 11 November kita semua bakalan libur total. Bu Tika nikah sama Arsen!"
"Wahh ... siapa peri yang menyulap apartmentku jadi seindah ini, Sen?" Cantika terkesima saat memasuki unit miliknya. Setengah hari dia meninggalkan tempat itu untuk acara pernikahan sederhananya dengan Arsenio. Kini saat kembali, bunga-bunga segar yang wangi dan indah tersebar di vas-vas yang diletakkan tersebar di dalam ruangan tersebut. Lilin-lilin aromaterapi masih belum dinyalakan terapung di wadah-wadah kaca berisi air warna ungu, biru, pink. Sebelum memulai malam panjang nan bergairah bersama Cantika, dia menyalakan lilin-lilin wangi itu satu per satu. "Apa kamu suka dengan dekorasi untuk sarang bercinta kita malam pertama ini, Cintaku?" tanya Arsenio.Di sisinya Cantika mengikuti sembari tertawa riang memuji dekorasi indah kamar pengantin mereka. "Surprise kamu so sweet banget deh, Sen. Thank you ya udah nyiapin semua ini!" ucap Cantika sambil menarik setangkai mawar pink dari buket bunga yang begitu banyak itu lalu menghirup aroma segar manisnya.Setelah semua lilin menyala
Di dalam shower box unit apartment Cantika, pasangan pengantin baru itu berbasah-basahan sembari memacu gairah mereka. Tubuh polos berlekuk-lekuk elok milik istrinya membuat Arsenio tergila-gila. Air shower yang menyelimuti kulit Cantika menjadi tetesan bulir bening membasuh busa sabun beraroma wangi bunga Sakura. "You're so beautiful, My Wife!" geram Arsenio yang sedang menggenjot tubuh Cantika dalam posisi berdiri. Betis kanan ramping wanita itu dia tahan di pinggulnya."Hubby, aku nggak tahan ... akkhh ... aku keluarr ... mmhh!" desah Cantika dalam serangkaian racauan abstrak melepaskan orgasmenya untuk ketiga kalinya dalam satu ronde bersama suami berondongnya yang perkasa.Arsenio tersenyum kalem menanggapi Cantika yang puas lemas dalam dekapannya. Dia terpesona dengan elok paras wanita berumur 36 tahun itu. Baginya dia beruntung karena bisa mendapatkan Cantika sebagai istrinya sekalipun menikah kilat ditambah alpa-nya keluarga mertuanya yang tak nampak batang hidung seorang pun
"Sayang, tubuhmu bikin aku kecanduan ... aarghh ...," ujar Arsenio di ujung pagi sambil membenamkan bukti gairahnya yang mengalami morning horny ke lipatan hangat nan basah istrinya.Setelah beberapa menit lalu dia membuka matanya. Hal pertama yang dilakukannya adalah bercinta dengan Cantika. Semalaman bertarung beronde-ronde dan baru beristirahat sekitar pukul 02.30, tak membuat Arsenio kelelahan. Dari balik punggung Cantika yang berbaring miring membelakanginya, Arsen mendekap erat wanitanya. Bibirnya menyusuri leher dan tengkuk beraroma bunga memabukkan, sedangkan jemarinya menggoda tonjolan klitoris di bawah sana. Lenguhan panjang istrinya jelas sekali menandakan Cantika sedang terangsang hebat oleh tindakannya."Aahh ... Hubby, kamu nakal banget sih!" protes Cantika saat bulatan kembar dadanya diremas-remas dan pucuknya dipelintir gemas oleh Arsenio. "Biarin, aku suka. Ngaku aja deh kamu juga keenakan, Sayang!" goda Arsenio, menjawab protes dari istrinya. Dia lalu menambahkan,
Sebelum turun dari mobil sedan Porsche silver, Cantika menahan tangan suaminya. "Sebentar, Sen, aku mau ngomong sesuatu!""Oke, ada apa, Sayang? Kok kayaknya serius sih!" sahut Arsenio memerhatikan ekspresi wajah Cantika."Iya, ehm ... gini—" Cantika merasa tak nyaman menyampaikan kekuatirannya, tetapi dia tahu sebaiknya Arsenio tahu sebelum nanti mengalami hal tak mengenakkan saat makan malam, "kamu nanti bersikap biasa saja ya, jangan terbawa emosi untuk apa pun yang dikatakan sama keluargaku!" Pemuda itu berpikir sejenak lalu mengangguk. "Itu aja? Ayo kita turun, Cantik!" ajaknya lalu bergegas membukakan pintu mobil untuk istrinya. Terserah orang mau berpikir bagaimana tentang mereka. Namun, baginya Cantika Paramitha Sloan-Gunadharma adalah ratunya sekarang.Dengan gestur yang mesra pengantin baru itu bergandengan tangan memasuki kediaman megah keluarga Wiryawan. Ternyata tamu yang diundang di acara makan malam itu bukan hanya mereka berdua, setidaknya ada dua lusin orang yang mem
Dua puluh tahun kemudian. "Jessica, tolong taruh buket bunga dalam vas ini di meja depan panggung ya!" pinta Baby Alexandra kepada keponakannya yang telah berusia 19 tahun.Puteri bungsu Cantika dan Arsenio itu baru saja lulus SMA dua hari yang lalu. Sedangkan, hari ini adalah hari jadi pernikahan mama papanya yang ke-25. Dia bersama keluarga Gunadharma dan Gozhali menjadi panitia acara meriah yang diadakan di resort Pulau Mutiara Permai."Sudah, Tante Baby. Apa ada lagi yang belum kelar persiapan pestanya?" tanya Jessica sambil celingukan mencari saudara-saudaranya. Putera Baby; Justin dan Aaron juga ikut ke pulau pribadi itu. Mereka justru asik bermain selancar dengan ombak sedang cenderung tinggi bersama ketiga putera bibi mereka; Kenneth, Daniel, dan Zeus."OMG, cowok-cowok ini ya! Memang minta dijewer, para tamu sudah pada berdatangan kok masih ngelaut aja mereka!" omel Jessica dengan gemas menatap ke arah lautan. Tenda besar dengan tirai kain putih dan pink yang dibuat di tep
Setelah Zeus genap berusia dua setengah tahun, Arsenio memeriksakan kehamilan mommy tiga putera itu yang telah menginjak usia kehamilan 18 minggu. Pasangan suami istri itu begitu bersemangat untuk mengetahui jenis kelamin janin di rahim Cantika."Kuharap kali ini perempuan, kita sudah punya tiga anak laki-laki, Darling. Kau memiliki empat jagoan untuk mengawalmu; aku, Ken, Danny, dan Zeus!" ujar Arsenio yang mengemudikan sendiri mobil Lexus LS500 menuju ke rumah sakit.Cantika yang duduk di sebelah bangku pengemudi menghela napas pasrah. Dia pun bertanya, "Bagaimana kalau ternyata jagoan keempat? Bukankah bagus seperti film drakor Boys Before Flower, empat serangkai cowok-cowok kece, Daddy Arsen?""Ohh ... tidak! Aku pengin anak cewek untuk kumanjakan di rumah, Cantika!" protes Arsenio menolak keras. Dia memarkir mobil di lantai basement Rumah Sakit Siloam.Internasional lalu membantu Cantika turun dari mobil lalu naik lift ke poli obsgyn.Ternyata antrean mereka masih kurang dua pasie
Tepat seperti janji Leon kepada Arsenio, istana untuk keluarga kecil dan ratu hatinya itu selesai dalam tempo tiga bulan semenjak mereka pulang berbulan madu ke Eropa. Sebuah pesta meriah digelar untuk acara syukuran ditempatinya rumah baru tersebut.Sekitar pukul 18.00 WIB, para tamu kolega Cantika dan Arsenio mulai berdatangan hingga halaman di depan serta samping kanan kiri kediaman Cantika Gunadharma itu dipenuhi kendaraan mewah berbagai merk.Cantika malam itu mengenakan gaun berkerah Sabrina berbahan satin warna merah mawar yang berekor panjang. Di sampingnya, Arsenio berdiri dalam balutan tuxedo warna hitam yang membuatnya nampak gagah serta tampan. Mereka berdua menyambut tamu dengan wajah berhiaskan senyum bangga."Selamat untuk rumah baru kalian yang sangat megah, Cantika, Arsen! Om turut berbahagia dengan kesuksesan bisnis kalian yang nampaknya berkembang pesat!" ujar Pak Revano Gozhali yang hadir dalam pesta meriah itu bersama keluarganya termasuk Baby Alexandra, adik tiri
Negara spagetti menjadi tujuan terakhir perjalanan bulan madu Arsenio dan Cantika. Keindahan negara Italia yang terletak di jantung Laut Mediterania itu memang memukau dengan banyak bangunan peninggalan sejarah seperti colloseum dan kuil Pantheon. Selain itu Italia juga terkenal dengan sepak bola sama seperti kebanyakan negara besar di Benua Eropa. "Pantai Amalfi yang disarankan oleh nenek untuk dikunjungi berada di Positano. Aku sudah memesan kamar di Hotel Marina Riviera, lokasinya strategis tak jauh dari pantai, sekitar 200 meter saja dan ada outdoor swimming pool. Sangat nyaman dan indah, kamu pasti suka sekali, Darling!" ujar Arsenio saat mereka naik taksi dari Stasiun Milan Central untuk tinggal sehari di kota Milan sebelum berpindah ke kota Positano."Aku ikut saja apa yang kamu pikir itu bagus, Arsen. Kamu sangat bisa diandalkan, Hubby!" jawab Cantika lalu mengecup bibir Arsenio di bangku belakang taksi sekalipun Suster Nina duduk di sebelahnya bersama Daniel.Rombongan itu s
Dari Amsterdam, rombongan asal Indonesia itu bertolak ke Spanyol dengan kereta Eurostar yang melintasi antar negara di benua Eropa. Negeri Matador itu memang sangat menarik sebagai salah satu tujuan wisata. Kereta api itu berhenti di Estacion de Atocha, Madrid. Arsenio seperti biasa mengajak rombongannya untuk menaruh barang di hotel serta beristirahat sejenak sebelum berkeliling kota. Rencananya dia akan singgah tiga hari di Spanyol untuk berkeliling kota Madrid dan Barcelona sebelum pindah ke negara tetangga yaitu Italia yang tak boleh terlewatkan untuk dikunjungi selama melancong ke Benua Eropa."Tidurlah sebentar bersamaku, Darling. Hari masih cukup pagi, satu atau dua jam lagi barulah kita berangkat ke museum," bujuk Arsenio sambil merengkuh tubuh Cantika hingga tenggelam di pelukannya di bawah selimut.AC kamar memang membuat Cantika mengantuk, dia menguap lalu bertanya," Kita mau ke mana saja hari ini, Sen?""Sebenarnya ada banyak museum di Madrid, tapi aku memilih satu saja y
Setelah singgah di London selama empat hari, Arsenio dan keluarga kecilnya berpamitan dengan Nyonya Bernadete Sloan. Mereka ingin meneruskan tour ke Amsterdam terlebih dahulu dengan kereta cepat Eurostar. Kereta api itu berhenti di Stasiun Amsterdam Centraal yang bangunannya indah karena merupakan peninggalan bersejarah abad ke-18 akhir dengan gaya bangunan Gothic, Renaissans revival. Arsenio membawa koper mereka semua dengan sebuah troli karena ketiga perempuan yang bersamanya masing-masing menggendong anak-anaknya. Dia nampak seperti seorang pria yang memiliki tiga istri di mata orang-orang awam yang berpapasan dengan rombongan itu. Sebuah taksi dari Stasiun Amsterdam Centraal mengantarkan mereka ke Hotel Royal Amsterdam yang terletak di pusat keramaian kota. Arsenio telah membuat rencana untuk menikmati obyek wisata menarik di sana."Aku ingin melihat taman bunga Tulip, Sen. Belanda terkenal karena bunga Tulip, kincir angin, dan bendungannya bukan?" ujar Cantika sambil mengamati
"Hai, Arsen, Cantika! Senang bertemu lagi dengan kalian di London. Masuklah!" sambut Duchess of Beaufort di teras depan kediamannya petang itu. Dia begitu antusias karena ketiga cicitnya ikut mengunjunginya juga. Ketiga putera Arsenio yang dilahirkan oleh Cantika berparas rupawan. Garis wajah mereka menuruni genetik keluarga Sloan, kakek Arsenio yang bergaris rahang tegas, hidung mancung, dan tulang pipi tinggi. "Halo, Nek. Senang melihat Nenek sehat seperti ini. Kami sebelumnya mengunjungi Paris. Setelah ini sepertinya kami akan ke Madrid lalu Amsterdam. Sebulan saja mengunjungi Eropa tak akan cukup!" balas Arsenio sembari duduk di sofa bersebelahan dengan istrinya."Ya, tentu saja. Terlalu banyak yang menarik untuk dikunjungi. Kau harus mengajak Cantika mengunjungi Italia, sangat indah terutama di Pantai Amalfi," sahut Nyonya Bernadete.Arsenio juga belum pernah berkunjung ke sana, dia mengiyakan saran neneknya dan menambahkannya di daftar tempat untuk dikunjungi selama berkunjung
Setelah menjalani berbagai meeting management yang hectic di Cantika Gunadharma Jaya Center demi mengatur langkah operasional yang lebih mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Cantika bersama Arsenio berpamitan dengan top management perusahaannya seraya berpesan menjaga kinerga agar tetap stabil selama ditinggal ke Eropa sekitar sebulan.Pelaporan keuangan mingguan dan meeting akan dilakukan secara online setiap hari Senin pagi di mana pun Cantika dan Arsenio singgah di Benua Biru itu. Hari berikutnya, dengan diantarkan oleh Pak Joko ke Bandara Soekarno-Hatta, keluarga kecil dengan tiga anak dan kedua baby sitter itu melakukan check in ulang tiket pesawat Singapore Airlines tujuan Paris. Kabin business class pesawat Singapore Airlines terkenal sangat nyaman bagi para penumpang yang bersedia merogoh kocek lumayan dalam. Namun, Arsenio tidak masalah membayar mahal yang terpenting berkualitas. Suster Nina menjaga Kenneth, Suster Henny menjaga Daniel, dan Zeus bersama daddy mommy-nya.
"Aahhh ... mmhh ... Seenn. Bawa aku ke kamar istirahat!" desahan penuh hasrat meluncur dari bibir Cantika yang bengkak dan kebas karena baru saja dilumat ganas oleh suaminya.Dia masih duduk di pangkuan Arsenio di ruangan presdir sambil didekap erat oleh kedua lengan kekar pemuda itu. Leher mulus Cantika menjadi sasaran empuk suaminya yang mulai bergairah."Sebaiknya begitu, celanaku terasa begitu sempit karena ulahmu, Darling!" balas Arsenio lalu meraup tubuh ramping nan sexy itu ke gendongannya. Tatap matanya tak lepas dari wajah istrinya."Kenapa aku gemetaran melihat tatapan matamu yang seperti ingin melahapku bulat-bulat begitu, Sen!" tukas Cantika terkikik. Dia tak berani membayangkan seperti apa suaminya yang selama 42 hari tak mendapat jatah sebagaimana mestinya.Kemudian Arsenio mendorong pintu kamar istirahat presdir lalu merebahkan Cantika di tengah ranjang. Dia meninggalkannya untuk menutup pintu kamar terlebih dahulu serta menguncinya. "Lebih baik kukunci agar mangsaku ti