Arsenio dan Cantika memutuskan untuk menemani Duchess of Beaufort makan malam di kediamannya dari pada pergi kencan dinner ke luar rumah. Toh seharian ini mereka telah puas berkeliling sebagian kota London dan masih ada rencana iseng di malam hari."Bagaimana Cantika, apa kamu suka tinggal di Inggris?" tanya Nyonya Bernadete sembari menikmati santap malam bersama cucu dan cucu menantunya.Cantika menelan potongan steak domba lezat di mulutnya lalu menjawab, "London kota yang menarik sekali, Nek. Aku suka tinggal di sini, hanya saja pekerjaan kami di Jakarta belum bisa untuk ditinggalkan terlalu lama."Arsenio pun menimpali, "Kami sudah membuat perusahaan kargo dan penanganan barang ekspor impor yang berpusat di Jakarta. Doakan agar usaha itu sukses ya, Nek!""Wow, itu hal yang menakjubkan. Semoga kalian berhasil dalam bisnis apa pun yang sedang kalian rintis. Ingatlah bahwa memiliki sebuah bisnis sama seperti menanam benih pohon buah, semakin kalian memperhatikan dan merawatnya maka i
"BUUKKK!" Suara tinju Arsenio yang bertemu dengan tulang wajah Eric Palmer yang keras jelas menyiratkan rasa sakit yang mengerikan."ARSEN! Stop, dia Mister Eric—" Cantika segera melerai kedua pria yang saling menatap seolah ingin saling membunuh karena dirinya.Dengan kening berkerut dalam karena Cantika nampaknya mengenal baik pemuda yang telah membuat hidungnya berdarah, Eric pun bertanya sinis, "Siapa dia, Cantika?!""Aku suami Cantika, tolong singkirkan tangan kotormu dari istriku dan jangan pernah berpikir untuk menidurinya, Brengsek!" sembur Arsenio dengan galak. Wajah Eric yang lebam sontak berubah masam mendengar identitas pemuda itu yang ternyata suami Cantika. Mereka baru bertemu kali ini setelah sempat berbicara di telepon tempo hari saat kunjungannya ke Jakarta. "Hehh, kau pria macam apa?! Istrimu dikerumuni pria-pria mesum yang ingin mencari kesempatan dalam kesempitan di meja bar tadi. Kau malah ke mana? Bersembunyi seperti pengecut, hahh?!" balas Eric menekankan telu
"Ouch!" Arsenio mengaduh kesakitan ketika terbangun keesokan paginya akibat perkelahian semalam dengan Eric Palmer di XOYO Night Club.Cantika yang sudah mandi serta berdandan elok pun menghampiri tempat tidur dan duduk di tepinya. "Hubby, mana yang sakit? Apa perlu periksa dokter ke rumah sakit?" Dia memeriksa wajah Arsenio yang membiru keunguan, tepi bibirnya sobek padahal bibir yang sama itu sibuk lembur mencumbunya tadi malam."Sepertinya iya dari pada infeksi. Ckk ... aku masih kesal pada si Eric itu, Honey!" sahut Arsenio lalu bangkit dari ranjang dan bergegas ke kamar mandi. Terdengar suara shower pertanda suaminya sedang mandi, Cantika pun memilih berjalan ke balkon untuk duduk-duduk santai. Dia menikmati udara sejuk di pagi hari dengan sinar matahari yang hangat menyentuh kulit halusnya. Beberapa menit setelahnya sebuah kecupan menyentuh puncak kepalanya dari arah belakang. Dia menoleh sekalipun tahu bahwa pasti itu si ganteng, berondong kesayangannya."Kamu wangi sekali, Ca
"Boris, nampaknya kita kedatangan tamu!" tukas Duchess of Beaufort sedikit terkejut dari kursi belakang limousine.Sopir kepercayaan Nyonya Bernadete itu mengendikkan bahunya sembari mengamati plat nomor mobil bermerk Jaguar di halaman depan rumah majikannya. Dia lalu menjawab, "Sepertinya itu kendaraan milik Earl of Richmond, Madam Bernadete!"Sang duchess menghela napas lelah, dia menoleh ke cucunya seraya berkata, "Eric Palmer nampaknya berkunjung ke mari. Ayo kita temui beliau, Arsen dan kamu juga, Cantika!" Ketiga penumpang limousine itu bergegas turun lalu masuk ke dalam rumah induk. Mister Winston Kremlin membukakan pintu dan menyambut kedatangan nyonya rumahnya, "Welcome home, Duchess. Anda ditunggu di ruang tamu oleh Earl of Richmond sejak dua jam tadi!""Winston, apa ada sesuatu yang penting sampai beliau harus menungguku begitu lama?" sahut Nyonya Bernadete tak habis pikir, ada masalah penting apa? Jangan-jangan kedatangan tuan muda bangsawan yang kaya raya itu untuk membi
Pesawat yang membawa Arsenio dan Cantika meninggalkan Bandara Heathrow, London telah mengudara dengan stabil. Langit biru pagi hari di atas daratan Eropa memberikan semangat untuk sebagian orang di kabin yang sama dengan mereka. Obrolan ringan terdengar sayup-sayup di telinga Arsenio, dia pun mengajak istrinya berbincang."Cantika, apa sudah ada kabar dari anak buah kita di Jakarta?" tanya pemuda itu sambil membolak-balik majalah travelling pesawat."Ada. Bobby bilang besok ada beberapa klien yang ingin meeting untuk membicarakan kontrak dengan perusahaan kita, Sen. Awal yang bagus, semoga kita berhasil mendapatkan tanda tangan ACC dari mereka," jawab Cantika yang membuat Arsenio tersenyum lebar."Itu hal yang bagus. Selama ada usaha pasti akan ada jalan!" tukasnya bersemangat.Perjalanan 16 jam lebih itu lebih banyak diisi dengan tidur dan terkadang obrolan singkat hingga pesawat mereka mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Arsenio menjaga istrinya saat turun dari pesawat. Mereka menga
Pagi berikutnya pasangan suami istri yang mesra itu telah siap untuk berangkat ke kantor. Seusai sarapan berdua di restoran apartment, Cantika dan Arsenio turun ke lantai underground untuk naik mobil Porsche silver yang terparkir di sana."Kita masih belum ngadain acara syukuran apa pun lho buat perusahaan baru ini, Cantika!" ujar Arsenio sembari mengemudikan kendaraan meninggalkan Sangri-La Residence Apartment."Seperti kata Papa Sandiaga kemarin, jangan pake duit modal buat hal yang nggak penting, Sen. Aku ada ide deh, nanti pas jam makan siang kita makan siang bareng seluruh karyawan di kantor aja. Nanti biar kupesenin nasi box ke katering langganan perusahaan keluarga Wiryawan dulu, mereka bisa bikin dadakan kok asal ada waktu beberapa jam buat masak!" tutur Cantika dengan cerdik.Dengan senyum bangga, Arsenio menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Ide bagus, Sayang. Kita pasti bisa merintis perusahaan ini dengan modal mini dan efisiensi biaya!"***Ketika pasangan Arsen dan Canti
Semenjak wasirnya kumat parah hingga berdarah-darah, Hans menolak ajakan Yosef untuk berkencan. Dia berkelit sedang berobat ke Singapura karena rasa sakit yang tak tertahankan akibat wasir."Mas Hans, rencana berapa hari urusan kerja di Singapura ini?" tanya Baby iseng. Mereka pergi berdua saja, pamitnya ke Papa Vano untuk babymoon.Hans yang sedang membaca majalah travelling di kabin pesawat yang sedang mengudara pun menjawab, "Seminggu kali, Beb. Ini cuma sekadar liburan ya, bukannya kerja. Keluarga Ghozali nggak ada relasi pekerjaan dengan businessmen di Singapura.""Ohh, gitu ya. Memangnya perusahaan keluarga Mas Hans itu bidangnya apa sih?" Baby masih ingin mengobrol untuk menghabiskan waktu selama penerbangan sekitar hampir 2 jam itu."Perusahaan keluargaku bisnisnya produsen dan distributor susu dan olahan susu; keju, krim, SKM, yogurt, es krim, permen. Ada juga sabun susu dan lotion. Kakek dan papaku, orangnya kreatif berinovasi sejak mereka muda jadi usaha kami menggurita," c
"Pak Hans, kondisi wasir yang Anda derita ini sudah terlalu besar pembengkakan venanya. Tidak bisa kalau hanya sekadar diobati dengan salep atau obat telan saja. Saya sarankan untuk dioperasi saja untuk memotong sebagian tepi anus yang menebal untuk dibetulkan ke bentuk normal. Hindari juga penyebabnya pasca dikoreksi dengan operasi!" tutur Dokter Lee Kai Ming dalam bahasa Inggris.Baby yang duduk di sebelah kursi Hans mendengarkan penjelasan sang dokter dengan seksama. Dia menghela napas dalam-dalam tak berani berkomentar karena kuatir suaminya akan murka kepadanya. 'Tuh ... dengerin nasihat Dokter Lee! Kamu kalau sama si Yosep ditusbol lagi apa nggak kumat wasir kamu sekalipun sudah dioperasi?!' gerutu Baby dalam hatinya seraya diam-diam melirik tajam."Dokter Lee, apakah anal sex dapat menyebabkan wasir susulan sekalipun sudah menjalani operasi sebelumnya?" tanya Hans seolah resonate dengan pemikiran istrinya padahal tak terucap langsung hingga Baby terbatuk-batuk karena tersedak.