Beranda / Romansa / Gairah Liar Presdir Posesif / 46. Pak... Hentikan....

Share

46. Pak... Hentikan....

Penulis: Caramelodrama
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-03 07:56:42

"Sejak awal, kamu selalu membangun dinding di sekitarmu," lanjut Aldric, suaranya serak di udara. "Menjaga jarak, seolah-olah kamu takut... takut kalau aku akan menarikmu ke dalam sesuatu yang lebih dalam."

Jantung Ziandra berdetak semakin keras.

Sesuatu yang lebih dalam.

Bukan hanya hubungan transaksional, bukan hanya permainan kekuasaan di balik meja perjanjian. Tetapi sesuatu yang benar-benar bisa mengubah segalanya.

Dan itulah yang selama ini dia takuti.

Dia bisa mengendalikan segala hal—kehidupannya, pekerjaannya, bahkan hubungannya dengan Aldric. Namun, dia tidak yakin bisa mengendalikan perasaannya sendiri.

Tangan bebas Aldric menyentuh dagunya dengan jemari hangat, lalu perlahan memutar wajah Ziandra lebih intens hingga mereka bertemu pandang. Mata abu-abu pria itu begitu pekat, seperti lautan yang bisa menyeret siapa pun ke dalam pusarannya.

"Jika aku menciummu sekarang," bisik Aldric, "apakah kamu akan menolakku?"

Dada Ziandra naik turun. Dia tidak menjawab.

Tangan Aldric be
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Gairah Liar Presdir Posesif   47. Pagi yang Menegangkan: Konfrontasi dengan Aurelind

    Matahari pagi menyinari kota Mauva dengan kehangatan yang lembut. Dari balkon kamar hotelnya, Ziandra bisa melihat kehidupan kota mulai menggeliat—orang-orang yang berlalu-lalang, suara klakson mobil, dan aroma kopi yang samar-samar tercium dari kedai-kedai di bawah.Namun, tidak ada kehangatan yang menyentuh dirinya pagi ini.Sejak Aldric pergi tadi malam, pikirannya tak henti-henti bergemuruh. Wajahnya masih bisa merasakan sentuhan ringan pria itu di pelipisnya, kata-katanya terus terngiang di benaknya."Karena saat kau akhirnya menyerah... aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja." Ziandra menggeleng pelan, menegakkan bahu, mencoba mengusir bayang-bayang Aldric yang terus menghantuinya.“Aku tidak bisa membiarkan pikiranku dikendalikan lelaki itu. Aku harus tetap fokus pada pekerjaanku, bukan emosiku.”Namun, ketenangan pagi itu tidak bertahan lama.Ketukan di pintu mengusiknya dari lamunannya.Ziandra menoleh dan melangkah ke pintu, membuka sedikit celah untuk melihat siapa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Gairah Liar Presdir Posesif   48. Menerima Ajakannya

    "Kenapa Bu Aurelind menolak lamaran Pak Aldric?" tanya Ziandra dengan hati berdebar-debar.Aurelind tersenyum kecil, tetapi bukan senyum bahagia. "Karena aku tau dia tidak akan pernah bisa setia. Aku tidak mau menghabiskan hidupku dengan lelaki yang terus mencari sesuatu yang lebih... dan lebih lagi."Ziandra mencoba memproses semua yang baru saja dia dengar.Sisi gelap Aldric.Kebiasaannya yang tidak bisa hanya dengan satu wanita.Lamaran yang ditolak Aurelind karena dia tau Aldric tak akan pernah puas.Aurelind melihat perubahan di wajah Ziandra dan tersenyum tipis. "Jadi, jika kamu berpikir bahwa Aldric bisa menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar atasan, aku sarankan kamu berpikir ulang," katanya pelan. "Dia mungkin bisa membuatmu merasa istimewa sekarang, tapi cepat atau lambat, kamu hanya akan menjadi salah satu koleksi lamanya."Ziandra menarik napas dalam, menekan gelombang emosi yang mulai mengoyaknya."Terima kasih atas peringatannya, Bu Aurelind," katanya dengan suara yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Gairah Liar Presdir Posesif   49. Dua Amarah, Dua Alasan Berbeda

    Ziandra menegang di tempatnya, tetapi Kenzo tetap tenang seperti biasa. Bahkan, pemuda itu hanya mengangkat alis dan menyeringai santai."Ah, Papa!" kata Kenzo ringan. "Kebetulan sekali kita bertemu. Kamu mau ikut duduk dan makan siang bersama kami?"Aldric tidak menjawab. Matanya yang tajam langsung mengarah ke Ziandra, seolah menuntut jawaban.Sementara itu, Aurelind melipat tangan di depan dadanya dan menatap tajam ke arah Ziandra. "Aku seharusnya sudah menduga," gumamnya. "Kamu benar-benar cepat bergerak, yah?"Ziandra menelan ludah, mencoba tetap tenang meskipun hatinya berdebar. "Saya hanya makan siang, Bu Aurelind," jawabnya pelan.Namun, Aurelind tertawa kecil—bukan tawa yang ramah, melainkan sinis. "Makan siang, yah? Dengan putranya Aldric?" Dia menatap tajam ke arah Kenzo sebelum kembali ke Ziandra. "Apa kamu sekarang mencoba mendekati keluarganya satu per satu?"Ziandra terkejut. "Apa maksud Anda?"Aurelind melangkah lebih dekat, ekspresinya tajam. "Kamu pikir aku tidak tau

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Gairah Liar Presdir Posesif   50. Sebuah Tempat Tak Terduga

    Aurelind mengetuk meja dengan jari-jarinya, menatap putranya dengan ekspresi serius. "Karena dia wanita bersuami."Kenzo tersenyum tipis. "Yang mana suaminya?"Aurelind terdiam sejenak sebelum mendesah. "Dion Pradipta, pria itu masih berstatus sebagai suaminya."Tentu saja demi putranya, Aurelind akan mengerahkan semua sumber dayanya untuk mendapatkan informasi mengenai Ziandra."Tapi itu bukan merupakan sebuah alasan valid untuk melarangku berteman dengannya, Ma." Kenzo menyesap kopinya dengan santai. "Dan aku tidak memilah teman dari status pernikahannya."Aurelind menggeleng, ekspresinya semakin tak senang. "Kenzo, dengarkan aku baik-baik. Aku ibumu, dan aku tahu wanita seperti dia bukan tipe yang baik untukmu. Dia sedang menggoda Aldric, dan kamu tau itu!"Kenzo menatap ibunya dengan mata penuh ketertarikan. "Jadi? Aku justru penasaran siapa yang akan dia pilih pada akhirnya."Aurelind menghela napas, kesal dengan sikap santai putranya. "Dengar, sayang… Aku tidak akan membiarkanmu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Gairah Liar Presdir Posesif   1. Pengorbanan Seorang Ibu

    "Anak saya mengidap leukemia, Dok? Kok bisa?"Ziandra Askara nyaris pingsan saat dokter spesialis anak memberitahu penyakit Clara, anaknya yang masih berusia 5 tahun. Dia sedang berada di dalam ruang dokter anak rumah sakit Mayapada.Dokter menjelaskan. "Berdasarkan hasil pemeriksaan, Clara mengidap Acute Lymphoblastic Leukemia atau ALL. Yaitu jenis leukemia akut yang biasa terjadi pada anak-anak."Di tangan Ziandra, terdapat dua kertas. Yaitu hasil pemeriksaan medis dari dokter Ilham dan satu lagi tagihan biaya rumah sakit Clara dari kasir. Dia mengerutkan kening saat membaca keduanya.Ziandra menatap dokter yang menangani anaknya. "Lalu, kenapa dia bisa pingsan, Dok?"Saat hendak pergi bekerja tadi, Clara jatuh pingsan. Dia panik dan membawanya ke rumah sakit dibantu ibu dan adiknya. Sedangkan Dionーsuaminya, tidak peduli.Dion kecanduan judi online selama satu tahun belakangan ini. Utang pinjaman online Dion menggunung. Tidak terasa, Ziandra mulai menangis. Hatinya benar-benar hancu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Gairah Liar Presdir Posesif   2. Surat Perjanjian Jual Diri

    “Tolong … pinjami saya uang, Pak!” Ziandra mengulangi permohonannya karena tak juga dia mendengar sahutan dari Aldric. “Sa-satu miliar rupiah ….” Suaranya seperti mencicit karena gugup, malu, dan ragu ketika mengatakannya.Awalnya dia hendak meminjam Rp100 juta, tapi mendadak dia berubah pikiran dan menyatakan nominal Rp1 miliar ke Aldric. Dia pikir, uang sebanyak itu bisa mencukupi seluruh biaya pengobatan anaknya.‘Aku tak peduli dianggap terlalu serakah. Ini semua demi Clara!’ seru batinnya.Jantungnya berdegup kencang menanti jawaban bosnya. Dia tahu, permintaannya sangat keterlaluan. Mana ada karyawan meminjam sebanyak itu? Terlebih lagi, dia bukan jajaran eksekutif. Apakah dia akan menerima semburan marah bosnya? Ziandra ingin menangis. “Kenapa jumlahnya sebesar itu?” Suara Aldric meninggi tanpa berteriak. Tentu saja dia sangat terkejut mendengar nominal yang disebutkan kepala sekretarisnya. Mana ada bawahannya yang berani meminjam sebanyak itu?Ziandra meremas erat tangannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Gairah Liar Presdir Posesif   3. Menjadi Pendosa Demi Anak

    ‘Uff! Lelahnya! Bos sialan! Satu jam lebih dia mengerjai aku!’ rutuk Ziandra di hatinya sambil berjalan lunglai di lorong rumah sakit.Masih teringat jelas bagaimana Aldric sangat buas dan agresif ketika menyetubuhinya. Badannya terasa remuk akibat kegilaan sang Bos. Tadi mengendarai motor pun, nyaris menabrak beberapa kali.Dia kembali ke rumah sakit hanya untuk memastikan anaknya masuk ke ruang operasi dan kemudian pulang ke rumah untuk mandi. Untung saja Susan dan Namila mau menunggui Clara menjalani operasi.“Aku harus mandi … aku butuh mandi!” tegasnya, berbisik sambil mengemudikan motor ke rumah.Selama ini, dia masih menempati rumah orang tuanya bersama Dion dan Clara. Mereka belum memiliki rumah sendiri. Dulu dia hendak mengontrak sebuah rumah kecil agar mandiri, tapi Dion tak setuju. Dion lebih suka tinggal di rumah mertua yang cukup lapang dan nyaman.Tiba di rumah, dia melihat suaminya masih asyik bermain game online di sofa.Dia harus bersikap senormal mungkin di depan sua

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Gairah Liar Presdir Posesif   4. Melayani dengan 'Baju Dinas'

    ‘Satu hal yang aku pelajari sekarang … jangan terburu-buru menilai seorang pria dari sikap baik yang ditampilkan di publik.’ Ziandra membatin, merasa tertipu.Dia berjalan gontai di lorong rumah sakit. Setiap selesai melayani Aldric, dia selalu merasa dirinya tak pantas ada di dunia ini. Malu kepada suami dan juga keluarga.Hanya karena tekad besar menyembuhkan anaknya yang membuat dia terus bertahan menjalani kegilaan yang sama sekali belum pernah dia rambah.“Kamu kenapa, Zia?” tanya Susan ketika putri sulungnya sudah tiba di depan ruang tunggu operasi. “Mukamu pucat begitu. Kamu sudah makan?”Ziandra lekas duduk di bangku panjang dan menjawab, “Sudah, Ma. Mukaku pucat … mungkin karena lelah, Ma.”Ya, dia lelah karena kegilaan Aldric.“Mila di mana?” tanya Ziandra ketika tidak melihat adiknya menemani Susan.“Dia baru saja pergi, katanya mau live di Tik Tak, makanya pulang lebih dulu.” Susan menyahut.Ziandra menghela napas. Tak habis pikir dengan kelakuan adiknya.“Bocah itu … dulu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12

Bab terbaru

  • Gairah Liar Presdir Posesif   50. Sebuah Tempat Tak Terduga

    Aurelind mengetuk meja dengan jari-jarinya, menatap putranya dengan ekspresi serius. "Karena dia wanita bersuami."Kenzo tersenyum tipis. "Yang mana suaminya?"Aurelind terdiam sejenak sebelum mendesah. "Dion Pradipta, pria itu masih berstatus sebagai suaminya."Tentu saja demi putranya, Aurelind akan mengerahkan semua sumber dayanya untuk mendapatkan informasi mengenai Ziandra."Tapi itu bukan merupakan sebuah alasan valid untuk melarangku berteman dengannya, Ma." Kenzo menyesap kopinya dengan santai. "Dan aku tidak memilah teman dari status pernikahannya."Aurelind menggeleng, ekspresinya semakin tak senang. "Kenzo, dengarkan aku baik-baik. Aku ibumu, dan aku tahu wanita seperti dia bukan tipe yang baik untukmu. Dia sedang menggoda Aldric, dan kamu tau itu!"Kenzo menatap ibunya dengan mata penuh ketertarikan. "Jadi? Aku justru penasaran siapa yang akan dia pilih pada akhirnya."Aurelind menghela napas, kesal dengan sikap santai putranya. "Dengar, sayang… Aku tidak akan membiarkanmu

  • Gairah Liar Presdir Posesif   49. Dua Amarah, Dua Alasan Berbeda

    Ziandra menegang di tempatnya, tetapi Kenzo tetap tenang seperti biasa. Bahkan, pemuda itu hanya mengangkat alis dan menyeringai santai."Ah, Papa!" kata Kenzo ringan. "Kebetulan sekali kita bertemu. Kamu mau ikut duduk dan makan siang bersama kami?"Aldric tidak menjawab. Matanya yang tajam langsung mengarah ke Ziandra, seolah menuntut jawaban.Sementara itu, Aurelind melipat tangan di depan dadanya dan menatap tajam ke arah Ziandra. "Aku seharusnya sudah menduga," gumamnya. "Kamu benar-benar cepat bergerak, yah?"Ziandra menelan ludah, mencoba tetap tenang meskipun hatinya berdebar. "Saya hanya makan siang, Bu Aurelind," jawabnya pelan.Namun, Aurelind tertawa kecil—bukan tawa yang ramah, melainkan sinis. "Makan siang, yah? Dengan putranya Aldric?" Dia menatap tajam ke arah Kenzo sebelum kembali ke Ziandra. "Apa kamu sekarang mencoba mendekati keluarganya satu per satu?"Ziandra terkejut. "Apa maksud Anda?"Aurelind melangkah lebih dekat, ekspresinya tajam. "Kamu pikir aku tidak tau

  • Gairah Liar Presdir Posesif   48. Menerima Ajakannya

    "Kenapa Bu Aurelind menolak lamaran Pak Aldric?" tanya Ziandra dengan hati berdebar-debar.Aurelind tersenyum kecil, tetapi bukan senyum bahagia. "Karena aku tau dia tidak akan pernah bisa setia. Aku tidak mau menghabiskan hidupku dengan lelaki yang terus mencari sesuatu yang lebih... dan lebih lagi."Ziandra mencoba memproses semua yang baru saja dia dengar.Sisi gelap Aldric.Kebiasaannya yang tidak bisa hanya dengan satu wanita.Lamaran yang ditolak Aurelind karena dia tau Aldric tak akan pernah puas.Aurelind melihat perubahan di wajah Ziandra dan tersenyum tipis. "Jadi, jika kamu berpikir bahwa Aldric bisa menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar atasan, aku sarankan kamu berpikir ulang," katanya pelan. "Dia mungkin bisa membuatmu merasa istimewa sekarang, tapi cepat atau lambat, kamu hanya akan menjadi salah satu koleksi lamanya."Ziandra menarik napas dalam, menekan gelombang emosi yang mulai mengoyaknya."Terima kasih atas peringatannya, Bu Aurelind," katanya dengan suara yang

  • Gairah Liar Presdir Posesif   47. Pagi yang Menegangkan: Konfrontasi dengan Aurelind

    Matahari pagi menyinari kota Mauva dengan kehangatan yang lembut. Dari balkon kamar hotelnya, Ziandra bisa melihat kehidupan kota mulai menggeliat—orang-orang yang berlalu-lalang, suara klakson mobil, dan aroma kopi yang samar-samar tercium dari kedai-kedai di bawah.Namun, tidak ada kehangatan yang menyentuh dirinya pagi ini.Sejak Aldric pergi tadi malam, pikirannya tak henti-henti bergemuruh. Wajahnya masih bisa merasakan sentuhan ringan pria itu di pelipisnya, kata-katanya terus terngiang di benaknya."Karena saat kau akhirnya menyerah... aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja." Ziandra menggeleng pelan, menegakkan bahu, mencoba mengusir bayang-bayang Aldric yang terus menghantuinya.“Aku tidak bisa membiarkan pikiranku dikendalikan lelaki itu. Aku harus tetap fokus pada pekerjaanku, bukan emosiku.”Namun, ketenangan pagi itu tidak bertahan lama.Ketukan di pintu mengusiknya dari lamunannya.Ziandra menoleh dan melangkah ke pintu, membuka sedikit celah untuk melihat siapa

  • Gairah Liar Presdir Posesif   46. Pak... Hentikan....

    "Sejak awal, kamu selalu membangun dinding di sekitarmu," lanjut Aldric, suaranya serak di udara. "Menjaga jarak, seolah-olah kamu takut... takut kalau aku akan menarikmu ke dalam sesuatu yang lebih dalam."Jantung Ziandra berdetak semakin keras.Sesuatu yang lebih dalam.Bukan hanya hubungan transaksional, bukan hanya permainan kekuasaan di balik meja perjanjian. Tetapi sesuatu yang benar-benar bisa mengubah segalanya.Dan itulah yang selama ini dia takuti.Dia bisa mengendalikan segala hal—kehidupannya, pekerjaannya, bahkan hubungannya dengan Aldric. Namun, dia tidak yakin bisa mengendalikan perasaannya sendiri.Tangan bebas Aldric menyentuh dagunya dengan jemari hangat, lalu perlahan memutar wajah Ziandra lebih intens hingga mereka bertemu pandang. Mata abu-abu pria itu begitu pekat, seperti lautan yang bisa menyeret siapa pun ke dalam pusarannya."Jika aku menciummu sekarang," bisik Aldric, "apakah kamu akan menolakku?"Dada Ziandra naik turun. Dia tidak menjawab.Tangan Aldric be

  • Gairah Liar Presdir Posesif   45. Godaan Tuan Besar

    “Nhh… Pak….” Ziandra berjuang menahan suaranya.Ziandra menggigit bibirnya, menekan napas yang tersendat di tenggorokannya. Sentuhan Aldric begitu mendominasi, mengunci dirinya dalam pusaran sensasi yang sulit dia lawan. Tubuhnya terperangkap di antara dada pria itu dan dinding dingin yang terasa kontras dengan hangatnya kehadiran Aldric. "Kenapa hanya berbisik?" suara pria itu rendah, hampir seperti geraman samar di telinganya. "Bukankah biasanya kamu selalu punya jawaban untuk mendebatku seperti tadi?" Ziandra berusaha mengatur pikirannya yang berantakan, namun sulit ketika jemari Aldric bergerak seperti angin, menyentuhnya dengan cara yang nyaris membuatnya kehilangan kendali atas diri sendiri. "Pa-Pak Aldric...." suaranya terdengar goyah. Aldric hanya tertawa pelan, suaranya dalam dan bergetar di udara. "Aku menyukaimu seperti ini, Zia. Terdiam, hanya fokus padaku." Panas merambati kulitnya. Ziandra bukan gadis lugu yang tak memahami apa yang sedang terjadi, tetapi dia juga b

  • Gairah Liar Presdir Posesif   44. Ada yang Cemburu

    "Hmh!" Ziandra mendenguskan napasnya, cukup jelas. "Anggap ini sebagai sikap baik saya pada putra Bos saya."Ziandra tidak ingin berdebat lebih lama. Jadi, dia hanya berjalan masuk ke hotel dengan Kenzo yang tetap membuntutinya.Mereka menaiki lift bersama dalam keheningan. Kenzo, tentu saja, sesekali mencuri pandang ke arahnya, senyum jahilnya masih bertahan di wajahnya."Kakak Cantik, kamu begitu cantik menawan. Bahkan kurasa kamu lebih cantik ketimbang para model yang kukenal." Kenzo masih sempat melontarkan rayuannya.Ziandra bertahan dalam diam dan tidak ingin menanggapi. Pemuda itu semakin tidak bisa dibungkam jika ditanggapi.Begitu lift sampai di lantai tempat Ziandra menginap, dia segera keluar dengan langkah cepat. Kenzo masih mengikutinya sampai mereka berhenti di depan pintu kamarnya.Ziandra menoleh dan menatap Kenzo dengan ekspresi tegas. "Terima kasih sudah mengantar, Tuan Muda. Sekarang, kembalilah ke kamar Anda."Kenz

  • Gairah Liar Presdir Posesif   43. Malam yang Masih Panjang

    Kenzo terkekeh. "Selalu kembali ke 'Tuan Muda' ya? Kamu tau, panggilan itu membuatku terdengar jauh lebih tua dari usiaku.""Tapi memang itu kenyataannya," balas Ziandra cepat."Bagaimana kalau aku menyuruhmu memanggil namaku?" tantang Kenzo.Ziandra mendengus pelan. "Saya tidak akan melakukannya.""Oh?" Kenzo mencondongkan tubuhnya sedikit, wajahnya hanya beberapa inci dari Ziandra. "Kalau aku terus menggodamu, akankah kamu akhirnya menyerah?"Ziandra menahan napas, tapi sebelum dia bisa menjawab, tiba-tiba terdengar suara lonceng kecil dari toko di dekat mereka yang menandakan ada pelanggan masuk.Momen itu buyar, dan Ziandra segera menarik tangannya sebelum Kenzo bisa menggodanya lebih jauh. Dia melangkah mundur dan menatap Kenzo dengan tatapan peringatan."Kalau Anda ingin berjalan-jalan, maka berjalanlah," ucap Ziandra, nadanya lebih tegas dari sebelumnya. "Jangan bermain-main dengan saya."Kenzo mengangkat kedua tangan de

  • Gairah Liar Presdir Posesif   42. Tuan Muda Tidak Menyerah

    ‘Tidak! Aku tak boleh lengah!’ seru Ziandra dalam batin. 'Aku sudah cukup dipermainkan ayahnya, maka jangan sampai itu terjadi pula dengan anaknya.'Dengan satu tarikan halus, Ziandra berhasil melepaskan tangannya. Dia melirik Kenzo dengan tatapan peringatan. “Jangan begini, Tuan Muda.”Kenzo tertawa kecil, lalu mengangkat kedua tangan lagi. “Baiklah, baiklah. Aku akan bersikap manis.” Namun, matanya tetap penuh kilatan jahil yang berbahaya.Ziandra sadar, ini belum selesai. Malam masih panjang, dan Kenzo belum menunjukkan tanda-tanda akan menyerah.‘Pemuda ini… sama berbahayanya seperti ayahnya,’ bisik batin Ziandra.Ziandra menarik napas dalam, berusaha menetralisir sensasi aneh yang muncul akibat interaksi barusan.‘Tuan Muda Kenzo terlalu… mengganggu,’ batinnya.Dengan cara yang sulit dijelaskan, pemuda itu membuat udara terasa lebih panas meskipun angin malam bertiup sejuk.Mereka berjalan berdampingan di sepanjang trotoar kota yang dipenuhi lampu-lampu cantik, bayangan mereka me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status