"Selamat ya, Kak Alice!" seru Rayden menyelamati kakak perempuannya yang baru saja dinyatakan lolos ke babak top 9 ajang pencarian bintang baru di dunia industri musik Indonesia."Thank you, Dek!" sahut Alice yang berjalan tergesa-gesa dan dikawal oleh beberapa pria bule tegap dengan setelan jas hitam berkaca mata.Rayden merasa agak aneh dengan pengaturan itu, kontestan lain padahal masih di atas panggung melakukan selebrasi hasil lolos babak berikutnya. Kenapa kakaknya dibawa pergi dengan tergesa-gesa?Tanpa berpikir panjang Rayden bergegas menuju ke parkiran mobilnya seraya berkata pada pengawalnya, "Ikuti mobil Alphard hitam yang membawa Kak Alice. Cepat! Jangan sampai kehilangan jejaknya!""Baik, Tuan Muda Rayden!" sahut para pengawalnya lalu berlarian menuju ke mobil mereka dan buru-buru tancap gas mengikuti mobil Alphard yang dimaksud oleh Rayden.Dalam hatinya Rayden kuatir karena Alice adalah kesayangan papa mamanya, kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk dengan kakaknya, di
Alice menganggukkan kepalanya dengan anggun sembari menatap pria bule yang matang itu. Dia berkata, "Matt, aku akan memberimu kesempatan untuk mendekatiku, tapi aku ingin kau berjanji satu hal kepadaku. Aku menganut adat timur, bila kau berpacaran denganku jangan melewati batas."Seringai lebar menghiasi wajah Matthew Leigh. "Aku berjanji kepadamu, Alice. Baru kali ini aku menemukan gadis sepertimu. Bagaimana kalau suatu hari aku ingin menikahimu, apa kau mau?" ucapnya lalu mengecup jemari tangan Alice yang begitu mungil di genggaman tangannya.Gadis manis itu terkikik lalu membalas, "Hey, kau terlalu cepat. Kita baru berkenalan belum sampai 2 jam yang lalu, bukan? Aku ingin mengenalmu lebih dalam lagi, Matt. Kau mirip paman sulungku, Paman Leeray, dia sangat dominan.""Hmm ... benar, aku pria tipe alpha. Beberapa atau malah kebanyakan orang takut kepadaku, bahkan mungkin membenciku," jawab Matthew jujur sambil meringis jengah.Pria bertubuh besar itu bangkit dari kursinya dan berjala
Setelah liburan seminggu di Maldives bersama Evita dan mertuanya, Leon pun kembali bekerja dengan tubuh dan pikiran yang segar. Namun, sayang sekali hal itu tak bertahan lama. Masalah demi masalah datang ke meja kerjanya."Maaf, Pak Leon. Archibald Steel Pipe Company menolak pesanan pipa besi dari Indrajaya Realty. Pemiliknya mengatakan bahwa Anda harus segera menghubunginya bila ingin mengetahui alasan kenapa dia menolak pesanan," ujar Giorgio sambil berdiri di hadapan Leon yang duduk di kursi kebesarannya."FUCK! Oke, aku akan menghubunginya segera. Apa lagi, Adri?" sahut Leon memaki lalu menanyai sekretarisnya yang satu lagi yang nampaknya gugup. Pasti ada yang tak beres, pikir Leon risau.Adrian berdehem lalu membuka layar ipad di tangannya. "Pak Leon, harga saham $INRT selama Anda pergi liburan ke Maldives merosot drastis sebanyak 40%. Ehh ... ada transaksi pembelian saham di pasar nego setelah jam market reguler usai dalam jumlah besar dan diguyurkan di penjualan market reguler
Usai menelepon telepon dari pamannya, Belvin menyeringai licik. Dia memiliki ide cemerlang yang akan menuang bensin ke tengah api. Dan dia akan menjadi penonton yang bertepuk tangan di pinggir arena pertempuran yang seru. Kedua pamannya melawan klan Tanurie dan Indrajaya. Musuh yang sepadan untuk sebuah perang bisnis atau juga perang senjata secara langsung. Bila Leon meremehkan paman-pamannya dari keluarga Leigh, maka dia salah besar. Mungkin keluarga Young lemah karena tidak sesolid keluarga Leigh. Malam konser babak 9 besar Top Sing Idol pun tiba. Satu per satu peserta maju ke atas pentas dan menampilkan kemampuan menyanyi terbaik mereka. Karena Alice adalah salah satu peserta favorit, penampilannya diberikan urutan terakhir dari 9 kontestan itu. "Alice! Alice! Alice!"Sorak-sorai penonton di studio 4 Populer TV bergema meneriakkan nama Alice yang telah ditunggu-tunggu. Seluruh anggota keluarga Indrajaya dan kedua orangtua Alice di rumah pun ingin menyaksikan pertunjukan Alice d
Ketika sentuhan tangan dan bibir Alice semakin liar tak terkendali hingga kursi yang dia duduki nyaris terjengkang ke belakang, Matthew membawa gadis itu dengan gendongannya menuju ke ranjang. Dia menurunkan tubuh Alice di atas ranjang super king size itu dengan perlahan. Dengan gesit Alice membanting badan Matthew yang dua kali ukuran tubuhnya hingga tertindih di bawah tubuh mungilnya.Tangan kekar Matthew mencekal kedua lengan Alice yang mungil dan membanting balik tubuh gadis itu di bawah tubuhnya. "No ... no ... no, Darling! Tidak boleh! Lihat mataku, Sweetie. Ini tidak benar!" "Aku ingin kamu ... sentuh aku, Sayang!" pinta Alice merengek manja melumat bibir Matthew hingga bengkak.'Wow! Damn ... this little girl is very wild!" umpat Matthew dalam hatinya. American banana milik Matthew mengeras di balik risleting celananya. Sangat bohong bila dia tidak menginginkan Alice. Namun, ada banyak konsekuensi termasuk kebencian gadis itu ketika tersadar dari pengaruh obat perangsang na
Ketika pintu penthouse itu terbuka dan menampakkan seorang bule bertelanjang dada dengan celana menggantung tak tertutup sempurna di pinggulnya, Rayden rasanya ingin mengamuk."Dimana Kak Alice?! Lepaskan Kakakku, Bastard!" sembur Rayden seraya melotot menuding-nuding wajah Matthew Leigh.Kesembilan pria pengawal dua kubu yang tadinya heboh bertarung pun sontak berhenti dan mendadak suasana hening melihat kedua bos mereka berhadapan. Mereka menunggu perkembangan situasinya."Hey, Brat! Sopan sedikit pada orangtua! Kau tunggulah di lobi. Aku akan membawa Alice turun ke bawah," ujar Matthew lalu membalik badannya akan masuk kembali ke penthouse-nya.Di luar dugaan Matthew, bocah remaja itu mendorongnya ke samping dengan keras hingga tubuhnya menabrak pintu lalu berlari masuk ke dalam penthouse itu."KAK ALICE!" jerit Rayden ketika melihat penampilan Alice yang kacau di atas ranjang dengan posisi kedua tangan terikat dasi di dua pilar kepala tempat tidur itu. Rayden berdiri di sisi ranja
Melihat kakaknya sudah berpakaian lengkap sekalipun tampak kebesaran karena itu pinjaman si bule gila, Rayden pun bangkit berdiri dari tepi ranjang."Ayo, Kak, kita turun. Kunci unitnya sudah dikirim pengelola apartment barusan," ujar Rayden mendekati kakaknya dan menatap sengit pada Matthew Leigh.Alice tidak setuju dengan sikap kasar adiknya pada Matthew. Dia pun menyentuh lengan Matthew seraya berkata, "Matt, terima kasih sudah mencarikan kami tempat untuk menginap malam ini. Aku pamit dulu bersama Rayden."Ucapan Alice menyurutkan amarah Matthew pada bocah tengik itu. Gadis itu benar-benar berhati malaikat, dia sangat menyukainya. Matthew pun menjawab, "Beristirahatlah malam ini, Alice. Besok akan kujemput untuk sarapan dan kuantar ke rumah karantina.""Ini sudah pagi kali, Om! Nggak usah sok-sokan deh, besok Kak Alice mau kubawa pulang ke rumah saja. Nggak perlu lanjut Top Sing Idol, dia bukan pelacur yang bisa sembarangan kau jamah!" sindir Rayden pedas seraya memicingkan matan
"Pagi bener sudah apel kemari, Om!" ucap Rayden sembari menguap lebar karena masih mengantuk.Sedangkan, Matthew menyeringai tampan menatap pemuda itu tampak begitu kacau penampilannya. "Aku datang untuk mengurusi kalian, Bocah tengil!"Rayden pun manggut-manggut merasa sedikit tersentuh oleh perhatian pria bule itu. Dia pun berbicara dalam bahasa Inggris agar dipahami Matthew dengan baik sembari merangkulnya, "Aku ingin menanyakan kepadamu, Matt. Apa kau serius dengan Kak Alice? Mungkin ada baiknya kau mengenalkan diri pada papa mama kami.""Hmm ... aku serius. Hal itu sedang aku pertimbangkan karena tidak mudah. Apalagi kami baru berkenalan minggu lalu. Tenanglah, Ray, kakakmu berada di tangan pria yang tepat!" balas Matthew dengan yakin menepuk-nepuk punggung pemuda jangkung itu.Gadis yang mereka bicarakan pun berjalan mendekati mereka berdua dari belakang dan berkata, "Kalian lagi ngomongin aku ya?"Matthew dan Rayden pun melonjak kecil karena kaget. Mereka pun membalik badan."A
Kini Leon sudah ahli mengganti popok bayi, serta merawat bayi dengan minyak telon, bedak bayi, serta losion bayi. "Diego ... jagoan Papi! Ututu cayaaangg ...," ucap Leon menimang-nimang puteranya sambil menggoda bayi yang terkekeh-kekeh itu sehabis memandikannya pagi ini.Sementara Evita sedang membuat makanan pendamping ASI karena putera pertamanya semakin bertambah usianya. Dia membuat bubur kentang dan daging salmon yang lembut dicampur wortel dan brokoli. Setelah selesai Evita mendekati ayah dan anak itu di balkon sambil membawa semangkuk bubur bayi."Eve, kurasa kali ini genetikku yang kuat mendominasi tampilan fisik Diego. Rambutnya semakin hitam dan iris matanya juga hitam. Aku bisa berbangga di depan abang-abangku, Leeray dan James yang selalu kalah genetiknya dari istri mereka," ujar Leon tertawa girang saat Evita menyuapi Diego di baby stroller.Sepertinya bayi laki-laki itu menyukai makanan pendamping ASI buatan maminya. Diego seolah menikmati buburnya dan menelannya begitu
"Hai, Matt. Tumben kau mencariku?" sapa Michael Benedict Indrajaya berjabat tangan dan merangkul menantunya.Mereka berdua pun duduk di sofa kantor CEO Tanurie Grup. Matthew pun mulai berbicara, "Mike, aku ingin melebarkan sayap ke bisnis di Indonesia. Kurasa di Jakarta belum ada kasino yang besar seperti di Singapore atau Macau atau sejenis di Las Vegas atau Atlantic City. Aku berpikir itu sebuah ide bisnis yang menarik untuk digarap. Bagaimana menurutmu?" Michael terpekur sejenak memikirkan ide itu lalu dia pun menjawab, "Bisnis yang menarik, tapi kau butuh uang banyak untuk setoran keamanan ke banyak pihak, Matt. Ini Indonesia, hanya yang memiliki sumber daya kuat yang mampu bertahan. Selama ini grup Tanurie dan grup Indrajaya berfokus di sarana prasarana bidang jasa niaga. Entertainment belum kami sentuh.""Papa Mertua, aku butuh bantuanmu untuk lebih mengenal negara ini dengan baik. Belum ada, tapi bisa dicoba. Oya, cucumu laki-laki dan aku ingin nanti dia yang meneruskan legacy
Leon memeluk Evita yang merasa cemas pasca kedatangan Joe Allen Leigh yang ingin membawa Diego. "Tenanglah, Eve! Pria itu sudah pergi dari rumah sakit," hibur Leon seraya membelai punggung Evita dengan lembut."Bagaimana bila hasil test DNA Diego mengatakan bahwa Joe adalah ayahnya, Hubby?" ucap Evita dengan jantung berdebar-debar.Helaan napas meluncur dari mulut Leon. Dia sendiri pun agak bingung dengan penampilan bayinya setelah lahir. Rambut Diego tidak merah seperti maminya, tidak hitam seperti Leon, melainkan kecoklatan gelap. Kemudian warna iris matanya juga biru begitu, tidak hijau, tidak pula hitam seperti dirinya.Genetik itu permainan kode DNA yang dominan dan resesif bisa teracak sempurna. Itu yang Leon tahu dari ilmu IPA yang pernah ia pelajari saat sekolah dulu. Sebetulnya kalau puteranya seperti maminya, Leon juga tidak keberatan. Ini malah bikin bingung karena tidak ada ciri khas papi maminya. Pusing!"Eve, kalau ternyata ayah kandung Diego adalah Joe. Apa yang harus k
"Hello, Eve!"Suara bass husky pria itu mengirimkan teror ke sekujur tubuh Evita. Dia mendadak gemetaran dan menatap nanar ke arah pria itu berjalan mendekatinya di bed pasien ruang ibu dan anak.Joe Allen menyeringai melihat Evita yang tampak ketakutan melihatnya. "Ckckckck ... kenapa harus takut kepadaku? Aku ingin melihat puteraku juga. Coba biarkan aku menggendongnya, Eve!" ujar Joe Allen mendekat ke samping ranjang."Jangan mendekat!" teriak Evita lalu menekan tombol panggilan untuk perawat.Diego ada di dekapannya dan sedang menyusu dengan tenang tanpa tahu bahwa maminya sedang tegang berhadapan dengan monster predator wanita."Bayi yang tampan dan sehat. Aku ingin menggendongnya!" Joe Allen mengangkat Diego dari dekapan Evita lalu menimang-nimang bayi berusia beberapa hari itu sambil berdiri.Perawat jaga bergegas masuk ke ruangan itu dan bertanya, "Apa Anda membutuhkan sesuatu, Nyonya?""Suster, pria ini berbahaya, dia mengambil puteraku!" teriak Evita histeris.Namun, Joe All
"Eve, kurasa HPL kelahiranmu sudah lewat. Kenapa anak ini tak kunjung lahir?" tanya Leon penasaran.Evita pun terpekur sejenak lalu dia berbisik di telinga suaminya, "Mungkin kau bisa membantuku kontraksi kali ini?"Dengan wajah berseri-seri Leon menjawab, "Itu keahlianku, Hot Mommy! Siap melayani dengan sepenuh hati."Perasaan bergetar saat menatap tubuh molek istrinya yang polos masih sama bagi Leon, little mermaid itu memiliki sejuta pesona yang membuatnya tak mampu berpaling. Perlahan telapak tangannya menekan perlahan bulatan indah di dada Evita. Bibirnya mencecap puncaknya yang mengalirkan susu dengan deras.Bagi Leon bercinta dengan wanita hamil memiliki sensasi istimewa tersendiri, dia sangat menyukainya. ASI dari Evita membuatnya bernostalgia dengan masa batitanya dulu yang hanya teringat samar-samar. Namun, satu yang pasti rasanya manis dan membuatnya ketagihan."Leon ... aku seperti merasa punya bayi besar," goda Evita yang membelai-belai bagian belakang kepala suaminya yan
Lisbon, Portugal.Kali ini Matthew mengajak Alice mengunjungi Lisbon Oceanarium yang terletak di perairan biru Estuary Tagus. Bangunan itu dari kejauhan tampak seperti kapal yang tinggi menjulang di atas laut yang terbuat dari kaca.Konsep tempat wisata ini mirip dengan sea world yang menampilkan kehidupan laut, ada banyak jenis ikan laut yang bisa dilihat seperti ikan hiu, ikan Puffer warna-warni, anemon laut, dan pinguin lucu yang senang berinteraksi dengan pengunjung."Matt, pinguinnya melambai kepadaku," ujar Alice terkikik geli melambai-lambaikan tangannya dengan beberapa ekor pingiun di balik kaca oceanarium.Pria itu pun tertawa geli melihat Alice dan pinguin-pinguin itu. "Wah, sepertinya kalian cocok bersahabat satu sama lain."Mereka bergandengan tangan berkeliling melihat-lihat isi oceanarium yang menarik. Ikan pari lebar melewati kaca di atas kepala mereka. Tiba-tiba ponsel Matthew berdering tanda panggilan telepon masuk. Dia segera menerimanya. "Halo?" "Halo, Boss. Saya
Sudah tiga bulan terakhir ini pria itu tak bisa menikmati hobinya berhubungan seks dengan wanita. Penyebabnya adalah alat kelaminnya mengalami radang dan bernanah bercampur darah. Ingin melakukannya, tetapi saat bergesekan atau hanya bersentuhan saja bagian yang dulu sempat jadi kebanggaannya untuk menaklukkan wanita itu tak bisa lagi digunakan karena sangat sakit.Akhirnya Belvin hanya bisa mengalihkan hasrat seksualnya dengan berhalusinasi menggunakan obat-obatan terlarang. Angel dust telah menjadi sahabatnya berfantasi. Angannya dapat terbuai melayang jauh sekalipun jiwanya sakit.Dari hari ke hari tubuhnya semakin kurus karena dia kehilangan napsu makannya dan hanya ingin berbaring dan berfantasi dalam dunia maya. Dosis obat-obatan yang dia konsumsi dari hari ke hari semakin meningkat. Awalnya hanya jenis serbuk yang dihirup melalui lubang hidung. Lama kelamaan dia menggantinya dengan jenis obat injeksi yang efeknya lebih kuat.Pergaulan yang buruk merusak tubuh, pepatah itu sung
Petang itu sebelum makan malam bersama awak kapal yacht Lady Marine, Matthew sengaja mengajak Alice ke Pastel de Belem. Bakery itu menjual Patel de Nata yang terkenal di Lisbon. Mereka memesan dua lusin makanan ringan bercita rasa manis itu untuk menjamu awak kapal.Bentuk pastel berisi krim putih bertabur bubuk kayu manis itu lebih mirip pie yang buah sebenarnya, hanya tidak menggunakan buah sebagai isiannya dan bentuknya memang seperti pastel tutup yang dipanggang.Alice menggigit sebuah Patel de Nata lalu menyuapi suaminya juga. "Aaa ... apa manis?""Manis seperti istriku!" sahut Matthew terkekeh sambil melingkarkan lengannya di sekitar pinggang Alice yang sedang duduk di high chair menunggu pesanannya.Bibir Alice mendekati bibir suaminya dan langsung disambar dengan ganas. "Aahh ... I got a strike, Boy!" seru Alice terengah menata napasnya.Matthew tertawa dan bertanya, "Why?!" "I got a monster bit my lips like a Giant Traveley fish!" ("Aku mendapat monster yang menggigit bibirk
Perlahan kapal yacht Lady Marine merapat ke dermaga Lisbon. Kapten Eugene Dunn mengarahkan kapal pesiar mewah berukuran sedang itu dengan roda kemudi kapal. "Mister Leigh, tujuan Anda dan Nyonya telah tercapai. Welcome to Lisbon!" ujarnya di depan alat pengeras suara yang terhubung ke semua ruangan di kapal yacht itu.Alice bersorak gembira dan melompat ke pelukan Matthew. "Ahh ... tak sabar rasanya untuk turun ke daratan, Hubby!" seru Alice penuh semangat.Pria tampan itu tersenyum miring menatap istrinya yang imut dan membalas, "Mungkin Lisbon tak seterkenal Paris, Rome, London, atau Amsterdam, tapi aku yakin kau pasti tidak akan melupakan petualangan romantis kita di Lisbon!"Akhirnya sauh dibuang ke dalam laut dan tali tambang kapal diikat ke tonggak dermaga. Matthew membantu Alice turun dari kapal, sedangkan Calvin membawakan koper kedua majikannya."Capt. Eugene, aku akan berjalan-jalan seminggu di Lisbon. Bersenang-senanglah juga, turun dari yacht!" seru Matthew yang mendapat