Ketika sentuhan tangan dan bibir Alice semakin liar tak terkendali hingga kursi yang dia duduki nyaris terjengkang ke belakang, Matthew membawa gadis itu dengan gendongannya menuju ke ranjang. Dia menurunkan tubuh Alice di atas ranjang super king size itu dengan perlahan. Dengan gesit Alice membanting badan Matthew yang dua kali ukuran tubuhnya hingga tertindih di bawah tubuh mungilnya.Tangan kekar Matthew mencekal kedua lengan Alice yang mungil dan membanting balik tubuh gadis itu di bawah tubuhnya. "No ... no ... no, Darling! Tidak boleh! Lihat mataku, Sweetie. Ini tidak benar!" "Aku ingin kamu ... sentuh aku, Sayang!" pinta Alice merengek manja melumat bibir Matthew hingga bengkak.'Wow! Damn ... this little girl is very wild!" umpat Matthew dalam hatinya. American banana milik Matthew mengeras di balik risleting celananya. Sangat bohong bila dia tidak menginginkan Alice. Namun, ada banyak konsekuensi termasuk kebencian gadis itu ketika tersadar dari pengaruh obat perangsang na
Ketika pintu penthouse itu terbuka dan menampakkan seorang bule bertelanjang dada dengan celana menggantung tak tertutup sempurna di pinggulnya, Rayden rasanya ingin mengamuk."Dimana Kak Alice?! Lepaskan Kakakku, Bastard!" sembur Rayden seraya melotot menuding-nuding wajah Matthew Leigh.Kesembilan pria pengawal dua kubu yang tadinya heboh bertarung pun sontak berhenti dan mendadak suasana hening melihat kedua bos mereka berhadapan. Mereka menunggu perkembangan situasinya."Hey, Brat! Sopan sedikit pada orangtua! Kau tunggulah di lobi. Aku akan membawa Alice turun ke bawah," ujar Matthew lalu membalik badannya akan masuk kembali ke penthouse-nya.Di luar dugaan Matthew, bocah remaja itu mendorongnya ke samping dengan keras hingga tubuhnya menabrak pintu lalu berlari masuk ke dalam penthouse itu."KAK ALICE!" jerit Rayden ketika melihat penampilan Alice yang kacau di atas ranjang dengan posisi kedua tangan terikat dasi di dua pilar kepala tempat tidur itu. Rayden berdiri di sisi ranja
Melihat kakaknya sudah berpakaian lengkap sekalipun tampak kebesaran karena itu pinjaman si bule gila, Rayden pun bangkit berdiri dari tepi ranjang."Ayo, Kak, kita turun. Kunci unitnya sudah dikirim pengelola apartment barusan," ujar Rayden mendekati kakaknya dan menatap sengit pada Matthew Leigh.Alice tidak setuju dengan sikap kasar adiknya pada Matthew. Dia pun menyentuh lengan Matthew seraya berkata, "Matt, terima kasih sudah mencarikan kami tempat untuk menginap malam ini. Aku pamit dulu bersama Rayden."Ucapan Alice menyurutkan amarah Matthew pada bocah tengik itu. Gadis itu benar-benar berhati malaikat, dia sangat menyukainya. Matthew pun menjawab, "Beristirahatlah malam ini, Alice. Besok akan kujemput untuk sarapan dan kuantar ke rumah karantina.""Ini sudah pagi kali, Om! Nggak usah sok-sokan deh, besok Kak Alice mau kubawa pulang ke rumah saja. Nggak perlu lanjut Top Sing Idol, dia bukan pelacur yang bisa sembarangan kau jamah!" sindir Rayden pedas seraya memicingkan matan
"Pagi bener sudah apel kemari, Om!" ucap Rayden sembari menguap lebar karena masih mengantuk.Sedangkan, Matthew menyeringai tampan menatap pemuda itu tampak begitu kacau penampilannya. "Aku datang untuk mengurusi kalian, Bocah tengil!"Rayden pun manggut-manggut merasa sedikit tersentuh oleh perhatian pria bule itu. Dia pun berbicara dalam bahasa Inggris agar dipahami Matthew dengan baik sembari merangkulnya, "Aku ingin menanyakan kepadamu, Matt. Apa kau serius dengan Kak Alice? Mungkin ada baiknya kau mengenalkan diri pada papa mama kami.""Hmm ... aku serius. Hal itu sedang aku pertimbangkan karena tidak mudah. Apalagi kami baru berkenalan minggu lalu. Tenanglah, Ray, kakakmu berada di tangan pria yang tepat!" balas Matthew dengan yakin menepuk-nepuk punggung pemuda jangkung itu.Gadis yang mereka bicarakan pun berjalan mendekati mereka berdua dari belakang dan berkata, "Kalian lagi ngomongin aku ya?"Matthew dan Rayden pun melonjak kecil karena kaget. Mereka pun membalik badan."A
Pagi itu, Leon mengantar istrinya bekerja, tetapi kali ini tidak ke Rumah Sakit Siloam International melainkan ke gedung pusat Indrajaya Realty. Leon membuat ruang praktik psikolog di lantai 9 dari gedung berlantai 30 itu untuk Evita."Apa kau suka ruang praktikmu yang baru, Eve?" tanya Leon sembari berjalan mengelilingi ruangan yang luas itu. Adrian, sekretarisnya yang menata isi ruangan itu dan membuatnya mirip dengan yang ada di rumah sakit tempat kerja Evita sebelumnya. Dia menata buku-buku Evita di rak buku kaca dengan rapi. Ada sebuah meja kerja dari kayu jati berpelitur, kursi panjang untuk terapi, dan sofa untuk tamu juga."Kurasa sekretarismu itu pria serba bisa, Hubby," ucap Evita memuji Adrian lalu mendekati suaminya untuk memberikan sebuah ciuman terima kasih."Aku senang kalau kau puas dengan pengaturan yang dibuat Adrian. Baiklah, selamat bekerja, Sayangku. Aku akan menjemputmu untuk makan siang nanti," jawab Leon lalu mengecup kening istrinya sebelum meninggalkan ruang
Di dalam mobilnya, Matthew Leigh memutar otaknya bagaimana cara untuk memberi pelajaran si bajingan kecil itu. Sayang sekali ini di Indonesia, seandainya Leon berada di Amerika, Matthew merasa sangat mudah menghancurkan bisnis pria itu.Namun, di sisi lain dia pun cemas dengan hubungannya dengan Alice. Gadis yang dia sukai itu separuh tubuhnya mengalir darah klan Indrajaya. Dan dia malah merongrong paman keempat Alice. Ahh, pusing!Matthew mulai merindukan gadis mungilnya. Maka dia menelepon Belvin, "Halo, Belvin. Kirimkan jadwal kegiatan idol di rumah karantina ke ponselku." Mendengar permintaan pamannya itu, Belvin pun tertawa. Dia menyahut, "Baik, Paman Matthew. Oya, bagaimana semalam apa seru?"Pertanyaan Belvin membuatnya teringat kejadian semalam dan mendadak naik pitam. "Dasar keponakan kurang ajar! Apa maksudmu mencekoki Alice dengan obat perangsang?!" damprat Matthew kasar."Aku membuatnya mudah untuk Paman. Dia pasti seperti kucing minta kawin 'kan semalam?" goda Belvin den
Bersama Alice, dia selalu merasa ringan untuk tertawa. Selalu ada saja yang membuat Matthew geli dengan kepolosan sifat gadis mungil dari Indonesia itu. Seolah-olah segala amarah di hatinya sirna dan perasaannya seperti mengalami musim semi yang penuh bunga. Pria bule itu membelai rambut panjang Alice. "Jadi apa kegemaran papamu, Alice?" tanya Matthew berusaha mencari kelemahan untuk mendekati mertuanya itu.Dengan tersipu malu Alice menjawab, "Emm ... papa suka bermain games Free Fire di waktu luangnya dan papa suka mencoba vape dengan aroma-aroma menarik."Matthew tak menyangka papa Alice memiliki kegemaran seperti bocah remaja, seorang CEO perusahaan nasional yang childish. Dia tertawa kering lalu berkata, "Hahaha ... aku akan mendownload game Free Fire sepulang dari sini, Alice."Hari pun semakin petang dan Alice belum mandi sejak mengikuti senam Zumba sore tadi. Jadi Matthew memutuskan untuk berpamitan dengan pacar kecilnya itu. "Kamu mandi ya, Baby girl. Aku pamit pulang dulu,
"Ciiiittttt!" Suara ban mobil sport menggasak jalan beraspal di halaman parkir gedung pusat Young Entertainment dimana sebuah Audi S6 hitam dan sebuah Lamborghini Aventador gold terparkir bersebelahan, sementara kedua pengemudinya turun dengan bergaya. Kedua pria gagah itu mengenakan kaca mata hitam yang sekilas membuat mereka mirip artis yang bernaung di managemen Young Entertainment. Leon dan Michael Indrajaya melangkah dengan penuh percaya diri memasuki lobi gedung berlantai 12 itu lalu bertanya ke resepsionis dimana kantor Matthew Leigh."Tuan Matthew Leigh berada di kantornya yang ada di lantai 12. Apa Anda berdua ingin bertemu beliau? Bisa sebutkan nama identitas Anda?" ujar pegawai di bagian resepsionis itu dengan simpatik.Michael yang menjawab pertanyaan itu, "Iya, kami memiliki hal yang perlu dibicarakan langsung dengan Matthew Leigh. Katakan saja Michael Indrajaya dan adiknya ingin bertemu dengan atasan Anda.""Baik, tolong tunggu sebentar, akan saya hubungi sekretaris be
Kini Leon sudah ahli mengganti popok bayi, serta merawat bayi dengan minyak telon, bedak bayi, serta losion bayi. "Diego ... jagoan Papi! Ututu cayaaangg ...," ucap Leon menimang-nimang puteranya sambil menggoda bayi yang terkekeh-kekeh itu sehabis memandikannya pagi ini.Sementara Evita sedang membuat makanan pendamping ASI karena putera pertamanya semakin bertambah usianya. Dia membuat bubur kentang dan daging salmon yang lembut dicampur wortel dan brokoli. Setelah selesai Evita mendekati ayah dan anak itu di balkon sambil membawa semangkuk bubur bayi."Eve, kurasa kali ini genetikku yang kuat mendominasi tampilan fisik Diego. Rambutnya semakin hitam dan iris matanya juga hitam. Aku bisa berbangga di depan abang-abangku, Leeray dan James yang selalu kalah genetiknya dari istri mereka," ujar Leon tertawa girang saat Evita menyuapi Diego di baby stroller.Sepertinya bayi laki-laki itu menyukai makanan pendamping ASI buatan maminya. Diego seolah menikmati buburnya dan menelannya begitu
"Hai, Matt. Tumben kau mencariku?" sapa Michael Benedict Indrajaya berjabat tangan dan merangkul menantunya.Mereka berdua pun duduk di sofa kantor CEO Tanurie Grup. Matthew pun mulai berbicara, "Mike, aku ingin melebarkan sayap ke bisnis di Indonesia. Kurasa di Jakarta belum ada kasino yang besar seperti di Singapore atau Macau atau sejenis di Las Vegas atau Atlantic City. Aku berpikir itu sebuah ide bisnis yang menarik untuk digarap. Bagaimana menurutmu?" Michael terpekur sejenak memikirkan ide itu lalu dia pun menjawab, "Bisnis yang menarik, tapi kau butuh uang banyak untuk setoran keamanan ke banyak pihak, Matt. Ini Indonesia, hanya yang memiliki sumber daya kuat yang mampu bertahan. Selama ini grup Tanurie dan grup Indrajaya berfokus di sarana prasarana bidang jasa niaga. Entertainment belum kami sentuh.""Papa Mertua, aku butuh bantuanmu untuk lebih mengenal negara ini dengan baik. Belum ada, tapi bisa dicoba. Oya, cucumu laki-laki dan aku ingin nanti dia yang meneruskan legacy
Leon memeluk Evita yang merasa cemas pasca kedatangan Joe Allen Leigh yang ingin membawa Diego. "Tenanglah, Eve! Pria itu sudah pergi dari rumah sakit," hibur Leon seraya membelai punggung Evita dengan lembut."Bagaimana bila hasil test DNA Diego mengatakan bahwa Joe adalah ayahnya, Hubby?" ucap Evita dengan jantung berdebar-debar.Helaan napas meluncur dari mulut Leon. Dia sendiri pun agak bingung dengan penampilan bayinya setelah lahir. Rambut Diego tidak merah seperti maminya, tidak hitam seperti Leon, melainkan kecoklatan gelap. Kemudian warna iris matanya juga biru begitu, tidak hijau, tidak pula hitam seperti dirinya.Genetik itu permainan kode DNA yang dominan dan resesif bisa teracak sempurna. Itu yang Leon tahu dari ilmu IPA yang pernah ia pelajari saat sekolah dulu. Sebetulnya kalau puteranya seperti maminya, Leon juga tidak keberatan. Ini malah bikin bingung karena tidak ada ciri khas papi maminya. Pusing!"Eve, kalau ternyata ayah kandung Diego adalah Joe. Apa yang harus k
"Hello, Eve!"Suara bass husky pria itu mengirimkan teror ke sekujur tubuh Evita. Dia mendadak gemetaran dan menatap nanar ke arah pria itu berjalan mendekatinya di bed pasien ruang ibu dan anak.Joe Allen menyeringai melihat Evita yang tampak ketakutan melihatnya. "Ckckckck ... kenapa harus takut kepadaku? Aku ingin melihat puteraku juga. Coba biarkan aku menggendongnya, Eve!" ujar Joe Allen mendekat ke samping ranjang."Jangan mendekat!" teriak Evita lalu menekan tombol panggilan untuk perawat.Diego ada di dekapannya dan sedang menyusu dengan tenang tanpa tahu bahwa maminya sedang tegang berhadapan dengan monster predator wanita."Bayi yang tampan dan sehat. Aku ingin menggendongnya!" Joe Allen mengangkat Diego dari dekapan Evita lalu menimang-nimang bayi berusia beberapa hari itu sambil berdiri.Perawat jaga bergegas masuk ke ruangan itu dan bertanya, "Apa Anda membutuhkan sesuatu, Nyonya?""Suster, pria ini berbahaya, dia mengambil puteraku!" teriak Evita histeris.Namun, Joe All
"Eve, kurasa HPL kelahiranmu sudah lewat. Kenapa anak ini tak kunjung lahir?" tanya Leon penasaran.Evita pun terpekur sejenak lalu dia berbisik di telinga suaminya, "Mungkin kau bisa membantuku kontraksi kali ini?"Dengan wajah berseri-seri Leon menjawab, "Itu keahlianku, Hot Mommy! Siap melayani dengan sepenuh hati."Perasaan bergetar saat menatap tubuh molek istrinya yang polos masih sama bagi Leon, little mermaid itu memiliki sejuta pesona yang membuatnya tak mampu berpaling. Perlahan telapak tangannya menekan perlahan bulatan indah di dada Evita. Bibirnya mencecap puncaknya yang mengalirkan susu dengan deras.Bagi Leon bercinta dengan wanita hamil memiliki sensasi istimewa tersendiri, dia sangat menyukainya. ASI dari Evita membuatnya bernostalgia dengan masa batitanya dulu yang hanya teringat samar-samar. Namun, satu yang pasti rasanya manis dan membuatnya ketagihan."Leon ... aku seperti merasa punya bayi besar," goda Evita yang membelai-belai bagian belakang kepala suaminya yan
Lisbon, Portugal.Kali ini Matthew mengajak Alice mengunjungi Lisbon Oceanarium yang terletak di perairan biru Estuary Tagus. Bangunan itu dari kejauhan tampak seperti kapal yang tinggi menjulang di atas laut yang terbuat dari kaca.Konsep tempat wisata ini mirip dengan sea world yang menampilkan kehidupan laut, ada banyak jenis ikan laut yang bisa dilihat seperti ikan hiu, ikan Puffer warna-warni, anemon laut, dan pinguin lucu yang senang berinteraksi dengan pengunjung."Matt, pinguinnya melambai kepadaku," ujar Alice terkikik geli melambai-lambaikan tangannya dengan beberapa ekor pingiun di balik kaca oceanarium.Pria itu pun tertawa geli melihat Alice dan pinguin-pinguin itu. "Wah, sepertinya kalian cocok bersahabat satu sama lain."Mereka bergandengan tangan berkeliling melihat-lihat isi oceanarium yang menarik. Ikan pari lebar melewati kaca di atas kepala mereka. Tiba-tiba ponsel Matthew berdering tanda panggilan telepon masuk. Dia segera menerimanya. "Halo?" "Halo, Boss. Saya
Sudah tiga bulan terakhir ini pria itu tak bisa menikmati hobinya berhubungan seks dengan wanita. Penyebabnya adalah alat kelaminnya mengalami radang dan bernanah bercampur darah. Ingin melakukannya, tetapi saat bergesekan atau hanya bersentuhan saja bagian yang dulu sempat jadi kebanggaannya untuk menaklukkan wanita itu tak bisa lagi digunakan karena sangat sakit.Akhirnya Belvin hanya bisa mengalihkan hasrat seksualnya dengan berhalusinasi menggunakan obat-obatan terlarang. Angel dust telah menjadi sahabatnya berfantasi. Angannya dapat terbuai melayang jauh sekalipun jiwanya sakit.Dari hari ke hari tubuhnya semakin kurus karena dia kehilangan napsu makannya dan hanya ingin berbaring dan berfantasi dalam dunia maya. Dosis obat-obatan yang dia konsumsi dari hari ke hari semakin meningkat. Awalnya hanya jenis serbuk yang dihirup melalui lubang hidung. Lama kelamaan dia menggantinya dengan jenis obat injeksi yang efeknya lebih kuat.Pergaulan yang buruk merusak tubuh, pepatah itu sung
Petang itu sebelum makan malam bersama awak kapal yacht Lady Marine, Matthew sengaja mengajak Alice ke Pastel de Belem. Bakery itu menjual Patel de Nata yang terkenal di Lisbon. Mereka memesan dua lusin makanan ringan bercita rasa manis itu untuk menjamu awak kapal.Bentuk pastel berisi krim putih bertabur bubuk kayu manis itu lebih mirip pie yang buah sebenarnya, hanya tidak menggunakan buah sebagai isiannya dan bentuknya memang seperti pastel tutup yang dipanggang.Alice menggigit sebuah Patel de Nata lalu menyuapi suaminya juga. "Aaa ... apa manis?""Manis seperti istriku!" sahut Matthew terkekeh sambil melingkarkan lengannya di sekitar pinggang Alice yang sedang duduk di high chair menunggu pesanannya.Bibir Alice mendekati bibir suaminya dan langsung disambar dengan ganas. "Aahh ... I got a strike, Boy!" seru Alice terengah menata napasnya.Matthew tertawa dan bertanya, "Why?!" "I got a monster bit my lips like a Giant Traveley fish!" ("Aku mendapat monster yang menggigit bibirk
Perlahan kapal yacht Lady Marine merapat ke dermaga Lisbon. Kapten Eugene Dunn mengarahkan kapal pesiar mewah berukuran sedang itu dengan roda kemudi kapal. "Mister Leigh, tujuan Anda dan Nyonya telah tercapai. Welcome to Lisbon!" ujarnya di depan alat pengeras suara yang terhubung ke semua ruangan di kapal yacht itu.Alice bersorak gembira dan melompat ke pelukan Matthew. "Ahh ... tak sabar rasanya untuk turun ke daratan, Hubby!" seru Alice penuh semangat.Pria tampan itu tersenyum miring menatap istrinya yang imut dan membalas, "Mungkin Lisbon tak seterkenal Paris, Rome, London, atau Amsterdam, tapi aku yakin kau pasti tidak akan melupakan petualangan romantis kita di Lisbon!"Akhirnya sauh dibuang ke dalam laut dan tali tambang kapal diikat ke tonggak dermaga. Matthew membantu Alice turun dari kapal, sedangkan Calvin membawakan koper kedua majikannya."Capt. Eugene, aku akan berjalan-jalan seminggu di Lisbon. Bersenang-senanglah juga, turun dari yacht!" seru Matthew yang mendapat