Ketika Leon terbangun di pagi hari, hal pertama yang dia lakukan adalah menarik tubuh Evita lebih erat ke dalam dekapannya. Dia suka aroma lavender yang menguar dari tubuh hangat dan lembut itu.
"Aahhh ...Leon, kau terlalu kencang memelukku!" protes Evita yang tak berkutik ketika lengan kekar Leon membelitnya seperti gurita dan itu teramat posesif rasanya di tubuhnya.
"Leon Cintamu ini kecanduan tubuh indahmu, Eve, jadi bertahanlah sebentar ... mmmhh!" balas Leon dengan nada mengantuk manja.
Evita pun mengalah dan berdiam diri dalam pelukan Leon sekalipun dia sudah sepenuhnya membuka matanya di atas ranjang.
Bibir Leon mulai nakal mengecupi ceruk leher hingga tulang belakang punggung Evita yang halus. Hal itu mengirimkan deburan gairah di dalam tubuh Evita, sentuhan bibir Leon kelewat mesra dan membuatnya mendambakan kembali penyatuan seperti tadi malam.
"Aaaakkhhh ... Leon Cintaku! Ohhh ... aku ingin seperti yang semalam. Kumohon ... aaahhh!
"Aarrgghh! Bodoh sekali, kenapa membunuh seorang Leon saja tidak becus?!" maki Belvin dengan nada penuh amarah di teleponnya."Maaf, Bos. Kami sudah berusaha maksimal, tapi pengawalnya terlalu banyak. Benito juga terciduk polisi sekarang, aku untung bisa melarikan diri karena berada di atap gedung seberang jalan," jawab Abner membela dirinya.Belvin memutus panggilan teleponnya dengan pembunuh bayaran yang dia sewa untuk melenyapkan Leon. Dia kesal karena Leon telah merebut Evita, mantan tunangannya. Sedari kecil memang mereka sudah bermusuhan."Dasar anak jalang busuk!" rutuk Belvin kesal mengacak-acak rambut coklatnya yang mulai panjang.Diapun memikirkan sebuah rencana baru untuk merebut kembali Evita dari Leon. Bagaimanapun caranya, dia harus mendapatkan kembali Evita ke pelukannya. Dia sudah menunggu selama 5 tahun, tidak menyentuh wanita itu sama sekali sebelum mereka menikah. Namun, pada akhirnya malah Evita direbut oleh Leon. 'Jangan-jangan
Setelah merasa cukup mengorek informasi mengenai masa lalu Leon dengan hipnoterapi. Dokter Evita pun membawa Leon kembali ke alam sadar pria itu. Namun, dia masih merasa perlu sesi terapi berikutnya karena ada missing piece yang belum dia temukan dari masa lalu Leon yang membuatnya mampu bertindak kasar dan brutal pada waktu dan pihak tertentu.Dalam kuisioner yang pernah diisi oleh Leon sendiri tercantum bahwa pria itu sudah pernah melakukan pembunuhan yang disengaja dengan senjata api dan memukuli orang hingga nyaris mati. Apa pemicunya? Itu yang harus Dokter Evita temukan penyebabnya.Mata Leon perlahan membuka dan menatap wajah Evita yang bermata hijau seperti zamrud dan terbingkai rambut merah menyalanya yang unik itu."Aahh aku seperti bertemu little mermaid," ucap Leon dengan nada mengantuk memandangi wajah Evita.Tangannya mencekal pergelangan tangan wanita itu agar tidak beranjak dari hadapannya. Leon menariknya hingga tubuh Evita jatuh menimpany
Acara makan malam bersama orang tua Leon membuat Evita merasa hubungannya dengan Leon diterima dengan baik. Sebenarnya ketika dulu menjadi tunangan Belvin, dia merasa keluarga Belvin tidak antusias menerima kehadirannya. Mama Belvin, Nyonya Brenda Young seperti enggan memberikan restunya malahan terkadang bersikap sinis kepadanya.Memang keluarga Meyers bukanlah keluarga konglomerat, papa mama Evita dan dia sendiri adalah dokter profesional. Hal itu yang sepertinya membuat Nyonya Brenda Young memandangnya sebelah mata. Beliau menerima Evita karena Belvin sangat jatuh cinta kepadanya dan tidak ingin wanita lain untuk menjadi istrinya.Justru sebaliknya, Nyonya Elena Indrajaya seolah-olah otomatis menerimanya seperti sudah menjadi menantunya saja. Perlakuannya kepada Evita begitu hangat dan penuh perhatian."Evi, suka makan apa? Kami di sini biasanya lebih sering makan hidangan Chinese otentik. Maaf bila tidak sesuai dengan seleramu, Sayang," ujar Elena sembari me
Sesampainya di griya tawang miliknya di lantai 50 Nirwana Amanjiwo Tower, Leon melepas alas kakinya dan juga jasnya. Dia menarik lepas dasi di kerah kemejanya sembari menatap Evita dengan bergairah."Dokter Cinta, temani aku mandi ya?" pinta Leon sambil menarik tangan Evita menuju ke kamar mandinya yang sangat luas itu.Evita tak sempat menjawab sepatah kata pun saat dirinya diseret masuk ke kamar mandi. Leon mengisi bathtub dengan air hangat dan memasukkan bubble bath beraroma lavender, aroma favorit Evita.Kemudian pria itu mendesak tubuh Evita hingga punggungnya menempel ke dinding lalu melumat bibirnya dengan ganas. "Magnifique ma chérie," gumam Leon dalam bahasa Perancis yang artinya cantik sayangku.Tangan Leon begitu terlatih melucuti kancing kemeja chiffon yang dikenakan Evita hingga tak butuh waktu lama semua pakaiannya terlepas menyisakan tubuh polos wanita itu di hadapannya.Bibir Leon menyusuri leher Evita yang terengah-eng
Begitulah Leon, dingin di pagi hingga siang hari saat harus bekerja dan panas di malam hari saat bermain dengan wanita. Kini dia memiliki obsesi yang begitu besar pada Dokter Evita Caroline Meyers. Leon menolak ide bahwa wanita itu adalah mainannya, padahal yang dia inginkan adalah bermain-main bersamanya. Teman sepermainan atau teman fantasinya yang nakal?"Apa yang kau inginkan Leon?" tanya Evita tertutupi handuk putih yang hanya sanggup menyembunyikan sebagian buah dadanya yang berukuran extra large dan membalut tubuhnya hingga sedikit di bawah bokong tanpa bra dan celana dalam.Tatapan mata Leon begitu bergairah seolah membakar Evita. "Sepertinya kau akan membuatku mimisan lagi, Eve," keluh Leon."Haahh ... bagaimana bisa? Apa kau memiliki penyakit kelainan darah?" tanya Evita bingung.Tangan Leon turun dari punggung ke bawah meremas bokong Evita. "Mimisan karena terlalu bergairah kepada little mermaid-ku yang seksi ini," gumam Leon."Music pla
Stamina Leon yang luar biasa karena terlalu sering melembur wanita di atas ranjangnya seolah tak ada istilah turun mesin. Setelah semalam melayani Evita, ketika pagi tiba pun dia masih sanggup memanjakan lagi wanita itu.Kini Leon benar-benar yakin kekasihnya itu memiliki kecenderungan hiperseks. Evita bisa benar-benar agresif bila sedang 'ingin' seperti pagi ini."Leooonnn ... aahhh," panggil wanita itu sembari mendesah membuat Leon terkekeh geli melihatnya dari bawah.Evita sedang mengangkangi pangkal pahanya dan bermain kuda-kudaan dengan begitu liar bersamanya di ujung pagi dimana mentari masih malu-malu bersinar di balik awan."Apa Cintaku? Kenapa panggil-panggil?" balas Leon iseng seraya mengulum senyumnya sementara kedua tangannya menyangga bawah kepalanya di atas bantal memandangi indahnya wanita cantik telanjang yang sedang memuaskan dirinya sendiri dengan tubuh perkasanya.Wajah Evita merona antara malu dan terjebak gairah liar pada
Kedua wanita yang bertugas mengawal Evita itu berlarian menuruni tangga darurat hingga sampai di lantai lobi Rumah Sakit Siloam International. Hal yang mereka kuatirkan akhirnya terjadi juga, bos mereka berpapasan dengan mereka berdua di lobi."Dimana Evita?" seru Leon melihat gelagat tak beres karena kedua wanita pengawal itu berlarian terengah-engah seolah mengejar sesuatu."Di-dia dibawa seorang pria dengan pisau belati di lehernya untuk mengancam kami agar tidak mendekati mereka berdua, Pak Leon!" jawab Rosa masih terengah-engah.Leon tidak menunggu lagi, dia berlari ke parkiran luar seraya mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya mencari sosok Evita dan pria misterius itu.Sebuah mobil Ferrari merah berdecit di arah pintu keluar rumah sakit yang ditutup dengan palang petugas karcis parkir.Dengan segera Leon menaiki Lamborghini miliknya untuk mengejar Ferrari itu. Para pengawalnya mengikuti di belakangnya dengan Alphard hitam.Se
Warning Bab ini khusus area 21+ dan adegannya dewasa! Jangan baca kalau tidak suka, skip aja!Belvin mengendarai Ferrari merahnya yang pecah kaca jendelanya itu kembali ke unit apartment mewahnya di MT. Haryono. Amarah menggelegak di dalam hatinya. Hidungnya terasa sakit dan pegal, sepertinya tinju Leon tadi mematahkan tulang hidungnya. Dia menyumpal lubang hidung sebelah kirinya dengan tissue karena tak berhenti meneteskan darah segar."Dasar anak sundal brengsek!" makinya memukul setirnya sementara mobil yang dia kendarai melaju di tengah jalan raya kota Jakarta Pusat.Sesampainya Belvin di unit apartment exclusive miliknya, dia membuka ponsel pintarnya untuk mengecek pesan. Ternyata ada beberapa pesan masuk, tetapi satu id pengirim pesan yang menarik perhatiannya, teman akrabnya yang bernama Charles."Bro, besok nggak lupa kan, siang ada orgy party di Hotel Four Seasons? Loe dateng kan?" Isi pesan WA itu.Raut wajah Belvin yang tadinya men
Kini Leon sudah ahli mengganti popok bayi, serta merawat bayi dengan minyak telon, bedak bayi, serta losion bayi. "Diego ... jagoan Papi! Ututu cayaaangg ...," ucap Leon menimang-nimang puteranya sambil menggoda bayi yang terkekeh-kekeh itu sehabis memandikannya pagi ini.Sementara Evita sedang membuat makanan pendamping ASI karena putera pertamanya semakin bertambah usianya. Dia membuat bubur kentang dan daging salmon yang lembut dicampur wortel dan brokoli. Setelah selesai Evita mendekati ayah dan anak itu di balkon sambil membawa semangkuk bubur bayi."Eve, kurasa kali ini genetikku yang kuat mendominasi tampilan fisik Diego. Rambutnya semakin hitam dan iris matanya juga hitam. Aku bisa berbangga di depan abang-abangku, Leeray dan James yang selalu kalah genetiknya dari istri mereka," ujar Leon tertawa girang saat Evita menyuapi Diego di baby stroller.Sepertinya bayi laki-laki itu menyukai makanan pendamping ASI buatan maminya. Diego seolah menikmati buburnya dan menelannya begitu
"Hai, Matt. Tumben kau mencariku?" sapa Michael Benedict Indrajaya berjabat tangan dan merangkul menantunya.Mereka berdua pun duduk di sofa kantor CEO Tanurie Grup. Matthew pun mulai berbicara, "Mike, aku ingin melebarkan sayap ke bisnis di Indonesia. Kurasa di Jakarta belum ada kasino yang besar seperti di Singapore atau Macau atau sejenis di Las Vegas atau Atlantic City. Aku berpikir itu sebuah ide bisnis yang menarik untuk digarap. Bagaimana menurutmu?" Michael terpekur sejenak memikirkan ide itu lalu dia pun menjawab, "Bisnis yang menarik, tapi kau butuh uang banyak untuk setoran keamanan ke banyak pihak, Matt. Ini Indonesia, hanya yang memiliki sumber daya kuat yang mampu bertahan. Selama ini grup Tanurie dan grup Indrajaya berfokus di sarana prasarana bidang jasa niaga. Entertainment belum kami sentuh.""Papa Mertua, aku butuh bantuanmu untuk lebih mengenal negara ini dengan baik. Belum ada, tapi bisa dicoba. Oya, cucumu laki-laki dan aku ingin nanti dia yang meneruskan legacy
Leon memeluk Evita yang merasa cemas pasca kedatangan Joe Allen Leigh yang ingin membawa Diego. "Tenanglah, Eve! Pria itu sudah pergi dari rumah sakit," hibur Leon seraya membelai punggung Evita dengan lembut."Bagaimana bila hasil test DNA Diego mengatakan bahwa Joe adalah ayahnya, Hubby?" ucap Evita dengan jantung berdebar-debar.Helaan napas meluncur dari mulut Leon. Dia sendiri pun agak bingung dengan penampilan bayinya setelah lahir. Rambut Diego tidak merah seperti maminya, tidak hitam seperti Leon, melainkan kecoklatan gelap. Kemudian warna iris matanya juga biru begitu, tidak hijau, tidak pula hitam seperti dirinya.Genetik itu permainan kode DNA yang dominan dan resesif bisa teracak sempurna. Itu yang Leon tahu dari ilmu IPA yang pernah ia pelajari saat sekolah dulu. Sebetulnya kalau puteranya seperti maminya, Leon juga tidak keberatan. Ini malah bikin bingung karena tidak ada ciri khas papi maminya. Pusing!"Eve, kalau ternyata ayah kandung Diego adalah Joe. Apa yang harus k
"Hello, Eve!"Suara bass husky pria itu mengirimkan teror ke sekujur tubuh Evita. Dia mendadak gemetaran dan menatap nanar ke arah pria itu berjalan mendekatinya di bed pasien ruang ibu dan anak.Joe Allen menyeringai melihat Evita yang tampak ketakutan melihatnya. "Ckckckck ... kenapa harus takut kepadaku? Aku ingin melihat puteraku juga. Coba biarkan aku menggendongnya, Eve!" ujar Joe Allen mendekat ke samping ranjang."Jangan mendekat!" teriak Evita lalu menekan tombol panggilan untuk perawat.Diego ada di dekapannya dan sedang menyusu dengan tenang tanpa tahu bahwa maminya sedang tegang berhadapan dengan monster predator wanita."Bayi yang tampan dan sehat. Aku ingin menggendongnya!" Joe Allen mengangkat Diego dari dekapan Evita lalu menimang-nimang bayi berusia beberapa hari itu sambil berdiri.Perawat jaga bergegas masuk ke ruangan itu dan bertanya, "Apa Anda membutuhkan sesuatu, Nyonya?""Suster, pria ini berbahaya, dia mengambil puteraku!" teriak Evita histeris.Namun, Joe All
"Eve, kurasa HPL kelahiranmu sudah lewat. Kenapa anak ini tak kunjung lahir?" tanya Leon penasaran.Evita pun terpekur sejenak lalu dia berbisik di telinga suaminya, "Mungkin kau bisa membantuku kontraksi kali ini?"Dengan wajah berseri-seri Leon menjawab, "Itu keahlianku, Hot Mommy! Siap melayani dengan sepenuh hati."Perasaan bergetar saat menatap tubuh molek istrinya yang polos masih sama bagi Leon, little mermaid itu memiliki sejuta pesona yang membuatnya tak mampu berpaling. Perlahan telapak tangannya menekan perlahan bulatan indah di dada Evita. Bibirnya mencecap puncaknya yang mengalirkan susu dengan deras.Bagi Leon bercinta dengan wanita hamil memiliki sensasi istimewa tersendiri, dia sangat menyukainya. ASI dari Evita membuatnya bernostalgia dengan masa batitanya dulu yang hanya teringat samar-samar. Namun, satu yang pasti rasanya manis dan membuatnya ketagihan."Leon ... aku seperti merasa punya bayi besar," goda Evita yang membelai-belai bagian belakang kepala suaminya yan
Lisbon, Portugal.Kali ini Matthew mengajak Alice mengunjungi Lisbon Oceanarium yang terletak di perairan biru Estuary Tagus. Bangunan itu dari kejauhan tampak seperti kapal yang tinggi menjulang di atas laut yang terbuat dari kaca.Konsep tempat wisata ini mirip dengan sea world yang menampilkan kehidupan laut, ada banyak jenis ikan laut yang bisa dilihat seperti ikan hiu, ikan Puffer warna-warni, anemon laut, dan pinguin lucu yang senang berinteraksi dengan pengunjung."Matt, pinguinnya melambai kepadaku," ujar Alice terkikik geli melambai-lambaikan tangannya dengan beberapa ekor pingiun di balik kaca oceanarium.Pria itu pun tertawa geli melihat Alice dan pinguin-pinguin itu. "Wah, sepertinya kalian cocok bersahabat satu sama lain."Mereka bergandengan tangan berkeliling melihat-lihat isi oceanarium yang menarik. Ikan pari lebar melewati kaca di atas kepala mereka. Tiba-tiba ponsel Matthew berdering tanda panggilan telepon masuk. Dia segera menerimanya. "Halo?" "Halo, Boss. Saya
Sudah tiga bulan terakhir ini pria itu tak bisa menikmati hobinya berhubungan seks dengan wanita. Penyebabnya adalah alat kelaminnya mengalami radang dan bernanah bercampur darah. Ingin melakukannya, tetapi saat bergesekan atau hanya bersentuhan saja bagian yang dulu sempat jadi kebanggaannya untuk menaklukkan wanita itu tak bisa lagi digunakan karena sangat sakit.Akhirnya Belvin hanya bisa mengalihkan hasrat seksualnya dengan berhalusinasi menggunakan obat-obatan terlarang. Angel dust telah menjadi sahabatnya berfantasi. Angannya dapat terbuai melayang jauh sekalipun jiwanya sakit.Dari hari ke hari tubuhnya semakin kurus karena dia kehilangan napsu makannya dan hanya ingin berbaring dan berfantasi dalam dunia maya. Dosis obat-obatan yang dia konsumsi dari hari ke hari semakin meningkat. Awalnya hanya jenis serbuk yang dihirup melalui lubang hidung. Lama kelamaan dia menggantinya dengan jenis obat injeksi yang efeknya lebih kuat.Pergaulan yang buruk merusak tubuh, pepatah itu sung
Petang itu sebelum makan malam bersama awak kapal yacht Lady Marine, Matthew sengaja mengajak Alice ke Pastel de Belem. Bakery itu menjual Patel de Nata yang terkenal di Lisbon. Mereka memesan dua lusin makanan ringan bercita rasa manis itu untuk menjamu awak kapal.Bentuk pastel berisi krim putih bertabur bubuk kayu manis itu lebih mirip pie yang buah sebenarnya, hanya tidak menggunakan buah sebagai isiannya dan bentuknya memang seperti pastel tutup yang dipanggang.Alice menggigit sebuah Patel de Nata lalu menyuapi suaminya juga. "Aaa ... apa manis?""Manis seperti istriku!" sahut Matthew terkekeh sambil melingkarkan lengannya di sekitar pinggang Alice yang sedang duduk di high chair menunggu pesanannya.Bibir Alice mendekati bibir suaminya dan langsung disambar dengan ganas. "Aahh ... I got a strike, Boy!" seru Alice terengah menata napasnya.Matthew tertawa dan bertanya, "Why?!" "I got a monster bit my lips like a Giant Traveley fish!" ("Aku mendapat monster yang menggigit bibirk
Perlahan kapal yacht Lady Marine merapat ke dermaga Lisbon. Kapten Eugene Dunn mengarahkan kapal pesiar mewah berukuran sedang itu dengan roda kemudi kapal. "Mister Leigh, tujuan Anda dan Nyonya telah tercapai. Welcome to Lisbon!" ujarnya di depan alat pengeras suara yang terhubung ke semua ruangan di kapal yacht itu.Alice bersorak gembira dan melompat ke pelukan Matthew. "Ahh ... tak sabar rasanya untuk turun ke daratan, Hubby!" seru Alice penuh semangat.Pria tampan itu tersenyum miring menatap istrinya yang imut dan membalas, "Mungkin Lisbon tak seterkenal Paris, Rome, London, atau Amsterdam, tapi aku yakin kau pasti tidak akan melupakan petualangan romantis kita di Lisbon!"Akhirnya sauh dibuang ke dalam laut dan tali tambang kapal diikat ke tonggak dermaga. Matthew membantu Alice turun dari kapal, sedangkan Calvin membawakan koper kedua majikannya."Capt. Eugene, aku akan berjalan-jalan seminggu di Lisbon. Bersenang-senanglah juga, turun dari yacht!" seru Matthew yang mendapat