Benar tuh kata pak Ferdi, duh pak Ferdi bijak bangat ya kak jadi pengen punya mertua kek pak ferdi😂eh kok ngelantur aku. Apa kak semua juga setuju Dion sama Renata? Yuk komen ya kak 😘😘
Dion tersenyum sembari melepaskan tangan Andika, menurut Dion Renata lebih pantas bersama Andika karena Andika lah yang bisa membuat Renata bangun. "Kamu lebih pantas bersamanya Andika," kata Dion. "Bukan kak," sahut Andika. "Bukankah dia bangun karena kamu Andika? kamu baru saja menemaninya beberapa saat dan dia langsung terbangun," timpal Dion. Andika tertawa mendengar ucapan Dion, asal Dion tau jika Renata bangun karena ucapannya bukan karena dirinya. "Dia bangun karena ucapanku kak." Dion merasa ambigu dengan ucapan Andika, ucapan apa sehingga bisa membuat Renata bangun. "Apa maksud kamu Andika?" tanya Dion. "Aku bilang saja kalau Kak Dion akan menikah lagi dengan wanita lain," jawab Andika dengan tertawa. Spontan Dion membogem bahu Andika, sungguh adiknya sangat kurang ajar sekali. Yang sangat ingin Dion nikahi adalah Renata bukannya wanita lain. Andika meminta Dion untuk menemui Renata karena pasti Renata akan mencarinya. Dengan senyum yang mengembang Dion bergegas me
Menjelang acara Andika pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. Untuk menggantikan Dion kakaknya dia harus berpakaian formal layaknya seorang bos besar. Setelah mengganti pakaiannya, Andika keluar dengan langkah percaya diri meski dia tidak menginginkan identitasnya terungkap saat ini tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Acara pun dimulai dan semua mahasiswa sudah berkumpul untuk mendengarkan sambutan yang akan dibawakan oleh Andika, Pak Ferdi dan semua petinggi kampus juga sudah berkumpul untuk turut meramaikan acara kampus. Pembawa acara memanggil Dion dan beberapa saat kemudian suara langkah kaki terdengar dari luar. Tepuk tangan meriah pun riuh terdengar, Semua mata memandang kagum pria yang disangka Dion. Setelah Andika membuka maskernya betapa terkejutnya semua mahasiswa yang ada disana, tak hanya para mahasiswa para dosen pun juga terkejut melihat Andika yang memakai pakaian formal layaknya seorang pengusaha sukses. "Andika apa yang kamu lakukan disitu?" tanya pem
Renata menatap Andika dengan lekat, dirinya sungguh tak percaya akan permintaan Andika, bagaimana bisa Andika menyuruhnya untuk kembali lagi pada Dion. Perlahan Renata menggeleng, sedari awal dia tidak ingin menyakiti keduanya. Memilih keduanya jelas tidak bisa oleh karena itu dia memutuskan untuk tidak memilih keduanya. "Tidak Mas aku sudah memutuskan aku tidak akan memilih di antara kalian," sahut Renata. "Jangan bodoh Renata anakmu membutuhkan sesosok ayah di sampingnya, karena seorang ibu saja tidak cukup," bujuk Andika. "Lantas bagaimana dengan kamu mas? jika aku bersama kakak kamu apa kamu tidak terluka?" tanya Renata dengan mata yang membasah. Andika tersenyum lalu menggenggam tangan Renata, Andika berusaha menjelaskan kalau pernikahan mereka telah usai, selama Renata tidak ada, dia sudah berusaha untuk move on dan hampir berhasil oleh sebab itu dia tidak ingin perjuangannya sia-sia. "Dengar Renata, pernikahan Kita telah usai untuk kembali lagi kelihatannya akan rumit," je
"Pasti Andika," sahut Dion. Dion sungguh bahagia akhirnya dia bisa mendapatkan cinta yang selama ini dia inginkan, baginya tidak ada wanita lain lagi selain Renata yang pantas menjadi istrinya. Pak Ferdi yang terbaru memeluk anak-anaknya, beliau sungguh bahagia memiliki anak yang saling menyayangi seperti Andika dan Dion. "Papa yakin mama kalian disana pasti sangat senang melihat kalian akur seperti ini," kata Pak Ferdi dengan mata yang basah. ******** Berhari-hari Dion merawat Renata dengan telaten, dia juga yang terus membantu Renata berjalan terkadang mereka bersama-sama mendatangi anak Renata yang dirawat di ruang khusus. Tak hanya dokter dalam negeri pak Ferdi juga mendatangnya dokter spesialis dari luar negeri untuk merawat cucunya. "Keadaan cucu anda semakin membaik pak, berat badannya juga naik, apa kita lakukan tes DNA sekarang?" tanya Pak Rangga. "Apa masih perlu tes itu Rangga?" Pak Ferdi bertanya balik pada Pak Rangga mengenai tes DNA anak Renata karena menurutnya
"Kebiasaan deh kaya gitu," kata Renata sambil memajukan bibirnya. "Kondisikan bibir kamu sayang atau aku akan berbuat lebih," bisik Dion. Sontak Renata langsung menutup mulutnya dia tidak mau Dion berbuat sesuka hatinya seperti dulu. Kali ini Renata akan benar-benar jual mahal karena tidak ada Budi atau hutang yang harus dia bayar. "Jangan macam-macam mas," ancam Renata sambil mengangkat tangannya yang mengepal. Dion tertawa melihat tingkah Renata yang menurutnya galak sekali, kalau dulu mungkin dia tidak peduli tapi untuk saat ini berbeda keadaannya. Dirinya tidak bisa lagi memaksakan kehendaknya terhadap Renata. "Baiklah nyonya Dion," ujar Dion. Setelah menemani bayinya cukup lama, Renata dan Dion memutuskan untuk pulang karena hari sudah larut. "Besok aku akan ke kantor, apa kamu mau ikut?" tanya Dion. "Nggak mas, aku mau bersih-bersih apartemen," jawab Renata. Mendengar Renata ingin bersih-bersih membuat Dion melemparkan tatapan tajamnya mengingat keadaan kekasihnya yang b
"Ini hasil tes DNA nya Tuan." Pak Rangga menyodorkan sebuah berkas warna coklat kepada pak Ferdi. Dengan perasaan yang berkecamuk Pak Ferdi membuka berkas tersebut. Matanya berkaca melihat hasil dari tes DNA kedua anaknya dengan bayi Renata. Harapan dan doanya benar-benar dikabulkan oleh sang Pencipta. "Akhirnya Tuhan mengabulkan doaku," kata pak Ferdi. Walaupun belum melihat hasil DNA tersebut Pak Rangga sudah cukup tahu jika bayi Renata adalah anak dari Dion. "Apakah hasil tes DNA-nya cocok dengan tuan muda Dion?" tanya pak Rangga. "Benar Rangga bayi itu adalah anak Dion, aku sangat lega karena setidaknya Andika tidak perlu memikirkan tanggung jawab dari bayi tersebut," jawab Pak Ferdi. Setelah anak-anaknya pulang dari kantor, Pak Ferdi meminta mereka untuk berbicara empat mata mengenai hasil tes DNA dari bayi Renata. "Ada apa pa?" tanya Andika. "Maksud dan tujuan Papa mengumpulkan kalian di sini untuk memberitahu hasil tes DNA dari bayi Renata," jawab Pak Ferdi "Dia anak s
"Seperti kamu dulu nggak saja," sahut Dion sambil menutup pintu kamar kembali. "Malah parah," seloroh Andika dengan tertawa. Dion yang kesal kini malah ikutan tertawa, sungguh adiknya menggemaskan sekali. Dia ingin sekali menjitak kepala Andika. "Sumpah aku ingin jitak kepalamu," kata Dion. "Nggak usah melakukan KDRT kak, atau aku laporkan ke Komnas perlindungan adik," sahut Andika. Dion menggelengkan kepala menurutnya Andika saat ini sangat menjengkelkan. Sikap Andika bukan karena sebab ya begitulah caranya untuk menetralisir sakit hatinya, meskipun rela dan ikhlas tapi bukan bearti tidak sakit hati karena bagaimanapun juga Renata adalah mantan istrinya yang belum sepenuhnya dia lupakan. Diantara staf kantor yang datang ternyata ada Rea yang turut datang, setelah dirinya mengucapkan selamat pada Dion, Rea mendekati Andika yang minum sendiri di teras rumah. "Andika," panggil Rea. Andika menatap Rea dengan nanar, kemudian dia meminta Rea untuk menemaninya lagipula di dalam Rea t
Sesampainya di rumah Dion dan Renata serta bayinya disambut oleh Pak Ferdi Pak Rangga dan juga Andika, mereka sangat senang sekali karena bertambah lagi anggota keluarga mereka. "Akhirnya Dion junior datang juga," kata pak Ferdi. "Iya, sini sini sama om ganteng," sahut Andika lalu menggendong bayi Dion. Saat menggendong bayi Dion dan Renata, mata Andika membasah, dadanya bergejolak hebat andaikan Renata tidak menjalin hubungan dengan kakaknya mungkin saat ini dialah ayah dari bayi yang dilahirkan oleh Renata. "Oh ya siapa namanya kak?" tanya Andika. Dia mencoba untuk mencari topik agar rasa sakitnya bisa teralihkan. "Entahlah Andika, aku belum memikirkan namanya," jawab Dion. Andika nampak berfikir sejenak, dia menyarankan nama yang diambil dari nama kedua orang tuanya. "Iya tapi siapa?" tanya Dion. "Rendi, Renata dan Dion," jawab Andika. Dion nampak mengerutkan alisnya seolah dia tidak setuju dengan nama yang diberikan oleh Andika. "Tidak adakah yang lain?" tanya Dion. "Ba
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes