Maaf ya kak up nya malam. Nah Dion sudah mulai protes, menurut kak bagaimana seharusnya sikap Renata. Share di kolom komentar ya kak 😘😘😘
Renata yang lelah tentu langsung emosi dengan ucapan Dion, dia tidak menyangka jika suaminya bisa berkata seperti itu. Menjadi ibu baru tentu tidak mudah apalagi anaknya lahir sebelum waktunya. "Kamu pikir aku nggak ingin melayani kamu, kamu pikir aku nggak ingin manjain kamu, kamu pikir aku mau seperti ini," sahut Renata dengan emosi. Dion menghela nafas lalu menatap istrinya sekilas, ada rasa menyesal karena terlalu menuntut tapi dia juga sangat merindukan istrinya. "Maafkan aku," ucap Dion lalu pergi begitu saja meninggalkan Renata. Dia yang tak ingin ada pertengkaran dengan Renata memilih pergi, dia ingin menenangkan dirinya sejenak sambil ngopi di sebuah kafe. Saat Dion pergi Andika diminta papanya untuk menjenguk Dion dan Renata karena sudah lama Dion dan Renata tidak memberi kabar. "Nyonya Renata ada?" tanya Andika saat pelayan Dion membukakan pintu. "Ada Tuan Andika," jawab pelayan Dion. Pelayan mempersilahkan Andika untuk masuk kemudian dia memanggil Renata yang ada d
Dion memeluk Renata dengan erat, dirinya benar-benar menyesal akan sikapnya selama ini, dia berjanji akan menjadi suami dan papa yang lebih baik lagi untuk keluarganya. Puas memeluk sang istri kini Dion menggendong baby Aron, dia meminta maaf pada bayinya karena terlalu sibuk dengan pekerjannya. "Maafkan papa sayang karena terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga papa mengabaikan kamu," kata Dion sambil menciumi bayi mungilnya. Dion membawa bayinya masuk ke dalam, di ruang keluarga dia bercanda dengan bayi dan juga istrinya. "Anak papa ganteng," kata Dion yang membuat bayinya tertawa. Melihat pemandangan indah tersebut membuat Renata menitikkan air mata, dia menyesal telah bersikap yang kurang baik terhadap Dion, seharusnya dia menyadari kalau Dion sudah bekerja mencari nafkah untuk dia dan juga baby Aron yang pastinya sepulang kerja Dion membutuhkannya. "Mas baby Aron kegelian." Renata melarang Dion untuk mendekatkan janggutnya karena itu membuat baby Aron kegelian. "Lucu saya
Dion dan Renata nampak terdiam, ucapan Andika benar-benar menyindir mereka berdua.beberapa saat suasana nampak canggung hingga suara ketawa Andika mengurai semua."Kalian serius sekali, aku hanya bercanda kali Kak," kata Andika.Dion tersenyum lalu memeluk adiknya, dia cukup tau jika apa yang diucapkan Andika adalah ungkapan dari hatinya."Udah nggak usah dipikir, aku hanya bercanda," kata Andika sambil menatap Renata.Tak ingin telat Andika segera menuju mobilnya mengingat tempat pesta berlawanan arah dengan rumah Rea.Setelah Andika pergi Dion dan Renata masuk ke dalam, mereka ingin menemui pak Ferdi."Papa mana Om?" tanya Dion."Tuan di kamarnya," jawab Pak Rangga.Dian dan Renata berjalan menuju ke kamar Papanya, mereka yang sangat rindu ingin sekali berbincang dengan papanya."Papa," panggil Dion sambil mengetuk pintu.Mendengar ketukan pintu dari luar membuat Pak Ferdi bangun lalu membukakan pintu, betapa senangnya dia melihat Dion, Renata dan juga baby Aron mengunjunginya.Pak
Setibanya di tempat pesta semua mata tertuju pada Andika, mereka sangat senang karena Andika yang merupakan pemilik kampus bisa hadir."Lihat lah Andika mereka semua menatap kamu," bisik Rea."Biarin saja," sahut Andika yang cuek dengan para seniornya tersebut.Saat dirinya dan Rea mengambil minum, Soraya tuan rumah mendekati Andika, tak hanya Soraya papanya yang merupakan Dekan di kampus juga ikut mendatangi Andika.Mereka yang sudah kenal tentu mengobrol panjang kali lebar sehingga Andika melupakan Rea yang datang bersamanya.Rea nampak menjauh, apalagi Soraya terlihat suka dengan Andika, di tepi kolam menjadi tempat Rea untuk menikmati pesta. Entah mengapa hatinya sangat sakit melihat Soraya yang terlihat sangat akrab dengan Andika.Rea yang tidak memiliki teman hanya bisa melihat teman-temannya yang berpesta dari tempat duduknya.Tak terasa waktu terus berlalu, Rea yang lelah memutuskan untuk pulang terlebih dahulu karena Andika juga terlihat sibuk dengan para wanita-wanita yang m
Bagi Andika bisa bertemu dengan keluarganya kembali sudah lebih dari cukup, lagipula Renata sudah bahagia dengan kakaknya jadi dia tidak ingin apa-apa lagi.Andika yang sudah merasakan sebuah pernikahan tidak ingin terlalu memikirkan jodoh karena yang terpenting kini adalah kuliah dan juga karirnya.Sepulang dari kantor tak sengaja Andika melihat papanya termenung sendiri, dengan langkah pelan Andika menghampiri papanya."Papa memikirkan apa?" tanya Andika."Tidak apa-apa Andika," jawab Pak Ferdi.Andika merangkul papanya lalu mengelus pundak lelaki paruh baya yang kini ada di sampingnya. Meksipun pak Ferdi berkata tidak apa-apa tapi Andika cukup tau kalau ada yang dipikirkan papanya."Katakan saja pa, apa yang papa pikirkan," pinta Andika."Sebenarnya papa memikirkan kamu Nak, papa sudah sering sakit sakitan, papa takut kalau sampai papa tutup usia papa masih belum bisa melihat kamu menikah," ungkap Pak Ferdi.Andika terdiam menatap papanya, senyumannya perlahan menghilang. Dia sungg
Untuk terus meyakinkan Papanya, selama seminggu ini Andika membawa Rea pulang ke rumahnya dan seperti hari sebelumnya Andika nampak mesra dengan Rea. Hingga suatu ketika, saat Renata menginap di rumah pak Ferdi Andika pulang lebih awal dengan membawa Rea juga. Saat itu Renata sibuk dengan baby Aron di teras rumah sehingga menarik perhatian Andika. Seketika dia melepas tangan Rea lalu menghampiri Renata dan baby Aron yang asik bercanda di teras. "Mana baby sitter baby Aron?" tanya Andika. "Dia sedang mandi mas," jawab Renata. "Kamu belum mandi?" tanya Andika lagi. "Belum mas," jawan Renata. Mengetahui Renata belum mandi Andika inisiatif mengajak baby Aron. "Kak Dion bentar lagi pulang lebih baik kamu mandi dan berdandan dan jangan lupa pakai daster ka...." Andika menghentikan ucapannya, dia lupa kalau sekarang Renata bukan istrinya lagi. Dulu Andika selalu meminta Renata untuk memakai daster, selain santai mereka juga lebih gampang saat melakukan hal intim. "Maaf Re
Setibanya di pulau B, mereka berempat langsung menuju hotel mereka. Andika dan Rea awalnya meminta kamar terpisah tapi berhubung ini adalah hari libur jadi ketersediaan kamar terbatas sehingga mau nggak mau mereka sekamar. "Kenapa kita nggak cari hotel lain saja," protes Andika. "Nggak bisa Andika, aku sudah ada janji di hotel ini," sahut Dion. Akhrinya mau nggak mau Andika tetap harus sekamar dengan Rea. Setelah di kamarnya, Dion langsung membawa Renata ke tempat tidur. Tanpa ada aba-aba Dion menindih tubuh istrinya. "Kamu mau apa mas?" tanya Renata. "Mau minta jatah makan kamu," jawab Dion. "Sabar dong mas, kita kan baru sampai," sahut Renata. Tak ingin istrinya protes, Dion langsung membungkam mulut Renata dengan mulutnya. Awalnya protes namun setelah Dion menyumpal mulutnya, Renata turut terbawa hanyut dalam hasrat Dion yang mulai menggebu. Puas dengan bibir manis sang istri bibir Dion mencoba turun ke bawah, dia meninggalkan beberapa tanda cinta di leher Renata. Nafas k
"Andika boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Rea. Andika menatap Rea dengan tatapan bingung, memangnya apa yang ingin Rea tanyakan malam-malam seperti ini. "Apa Rea?" tanya Andika. "Menurut aku, perhatian kamu terhadap kakak ipar kamu tidak wajar. Itu bukan perhatian seorang adik terhadap kakaknya melainkan perhatian seseorang kepada wanita yang dia cintai, apakah kamu belum bisa move on dari kakak ipar kamu?" Pertanyaan Rea benar-benar membuat Andika tak tau harus menjawab apa, dia sendiri juga tidak tau kenapa tiba-tiba kenangan Renata hadir kembali, seolah memaksa masuk ke dalam pikirannya. "Kenapa kamu hanya diam Andika?" tanya Rea lagi. "Aku tidak tau Rea, selama ini aku berusaha melupakan Renata dengan berbagai kesibukan aku selama ini, mulai dari menggantikan Pak Jerry asisten kak Dion dulu, kuliah dan juga kegiatan lainnya, aku berhasil melupakannya namun kehadirannya saat ini seolah menarik aku kembali masuk ke lubang kenangan yang aku sudah tutup," jawab Andika. "Kamu ta
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes